tag:blogger.com,1999:blog-58223560916487326842024-02-19T13:26:45.641+07:00Kang AdjatBerbagi Sebening HatiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.comBlogger62125tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-5132529431614981182016-06-04T19:51:00.001+07:002016-06-04T19:55:58.188+07:00Seputar nge-Blog: Apa sih Ngeblog Itu?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEdXQY7kqUatKGWz3240sUd21R_vzp16VfaM03TenpBcgHtwg4yUFEFCul7vK_SdcLjm-LC2K2sfjf0R_nz2HLRkkShYTRN3Q0tKZi6eBfFBgTpEK-op8sMRrSz_fP_ijLKw_WTvuxy7Vn/s1600/ngeblog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEdXQY7kqUatKGWz3240sUd21R_vzp16VfaM03TenpBcgHtwg4yUFEFCul7vK_SdcLjm-LC2K2sfjf0R_nz2HLRkkShYTRN3Q0tKZi6eBfFBgTpEK-op8sMRrSz_fP_ijLKw_WTvuxy7Vn/s400/ngeblog.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Di antara kita mungkin masih ada yang belum tahu tentang nge-Blog. Bahkan andaikata sudah mengetahuinya, terkadang masih memiliki persepsi yang keliru. Seperti misalnya seorang yang aktif memposting tulisannya pada blog keroyokan semacam <a href="http://www.kompasiana.com/" target="_blank">Kompasiana</a>, atawa <a href="https://indonesiana.tempo.co/" target="_blank">Indonesiana</a>, dia melihat kalau ngeblog itu hanyalah menyajikan reportase berita saja, dan menganggap postingan yang tidak bersifat reportase bukanlah gawenya seorang Blogger. Hadeuh!<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Nah, untuk itu ada baiknya kita simak yang diuraikan rekan Blogger <span style="background-color: #eeeeee;">kuncunk, yang mengatakan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #eeeeee;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Pada dasarnya dalam menyampaikan unek - unek ataupun yang dalam pikiran kita tidak harus berbicara langsung ataupun curhat empat mata dengan seseorang. Di zaman sekarang ini banyak cara yang bisa di lakukan. Bisa lewat puisi, ataupun karya tulis yang biasa kita temukan di sebuah blog. Dan cara penyampaian nya pun berbeda beda, ada yang lewat sebuah cerita atau banyak cara yang bisa kita lakukan dan tidak langsung ke pokok permasalahan yang akan kita utarakan.</span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Blog itu apa sih?</span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Seperti yang saya sebutkan di atas, dalam menyampaikan unek unek kita bisa lewat blog. Nah sekarang yang akan saya bahas disini adalah pengertian dari sebuah blog. Saya sempat mencari cari di rumahnya mamang google arti sebuah blog dan saya menemukannya di <a href="http://www.wikipedia.org/" style="text-decoration: none;" title="Bagaimana Cara Ngeblog Yang Baik">Wikipedia</a>, blog itu singkatan dari web blog adalah <u>bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan tulisan pada sebuah halaman web umum. Tulisan tulisan ini seri di muat dalam urut terbalik (isi terlebih dahulu baru kemudian di ikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian.</u></span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Berdasarkan arti blog yang saya dapat tersebut, saya sendiri dapat menyimpulkannya bahwa ngeblog itu ya harus menulis mengenai apa saja yang ada di otak kita. Namun belakangan ini saya banyak menemukan berbagai macam blog yang hanya membagikan sebuah berkas dengan rincian berkasnya saja tanpa adanya sepenggal kalimat yang di utarakan oleh admin blog tersebut. Penomena tersebut tidak hanya terjadi di MyWapBlog saja melainkan di platform blog lainnya juga banyak yang seperti itu</span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">(<a href="http://www.kuncunk.com/ngeblog-itu-apa-sih.xhtml">lanjutkan...</a>)</span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 21.6px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Sedangkan Blogger Sugeng Riyadi mengatakan:</span></div>
<h3 style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4c565f; line-height: 1.2; margin: 0px 0px 15px;">
<span style="color: #5a5a5a; font-family: "times" , "times new roman" , serif; line-height: 26px;"><span style="font-size: small;">Jika sobat bener-bener baru dalam dunia blog, maka kemungkinan sobat masih belum begitu paham apa itu blog.</span></span></h3>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Di internet sebenernya sudah banyak artikel-artikel yang membahas apa itu blog, tapi di sini saya akan memberikan penjelasan gampangnya saja.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Blog adalah satu dari sekian banyak jenis website yang ada di internet.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Contoh jenis website yang ada di internet adalah:</span></div>
<ul style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin: 0px 0px 28px 40px; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Portal berita</span> (contohnya: detik.com, kompas.com, dll.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Social Networking</span> (contohnya: facebook.com. twitter.com, dll.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Search Engine</span> (contohnya: google.com, yahoo.com, dll.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Forum</span> (contohnya: kaskus.co.id, ads.id, dll.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Toko Online</span> (contohnya: bhinneka.com, lazada.co.id, dll.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">BLOG</span> (contohnya: SUGENG.ID, SUGENG.ID, SUGENG.ID, DLL.)</span></li>
<li style="box-sizing: border-box; list-style-type: disc;"><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">DLL.</span></li>
</ul>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Terus apa bedanya blog dengan jenis website yang lain?</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Jawabannya: <span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">BEDANYA BANYAK…</span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Satu hal yang paling membedakan antara blog dengan jenis website yang lain adalah fungsi dari blog itu sendiri.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Fungsi utama dari blog pada awalnya adalah untuk memudahkan orang menulis catatan pribadi di internet.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Tapi saat ini blog sudah memiliki banyak fungsi. Mulai dari sebagai tempat catatan pribadi, tempat berbagi opini dan informasi, untuk keperluan politik, sampai untuk keperluan bisnis.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #5a5a5a; line-height: 26px; margin-bottom: 24px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">(<a href="http://sugeng.id/panduan-ngeblog-untuk-pemula/">Lanjutkan....</a>)</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-38535225979352022092016-06-03T07:02:00.001+07:002016-06-03T07:02:34.748+07:00Termasuk Kelompok Mana Bentuk Wajah Anda: Teroris, Fedofil, atau Koruptor?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9aS42_geiFNsa7_5dMF4nOikrAdIC8iqM3c4ds3ARHFhMXqOIfr4lm9qkg8WzvXRnNPFSOh2_dXcnaGk4OXRtrHiGAHATnDppJgS36MU2jkeBI32IZiPGrQVhEOVIQlN3k7C6po04LkTj/s1600/topeng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9aS42_geiFNsa7_5dMF4nOikrAdIC8iqM3c4ds3ARHFhMXqOIfr4lm9qkg8WzvXRnNPFSOh2_dXcnaGk4OXRtrHiGAHATnDppJgS36MU2jkeBI32IZiPGrQVhEOVIQlN3k7C6po04LkTj/s400/topeng.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bisakah Anda menentukan seseorang sebagai penjahat seperti
teroris, pedofil, atau koruptor dari tengah kerumunan orang? Di situs resmi
perusahaan teknologi Israel, Faception, mengatakan bentuk wajah dapat
digunakan untuk memprediksi kepribadian dan perilaku seseorang.<br />
<br />
Klaim ini didasari pada kombinasi dari dua hal berikut:<br />
<b>1. Dipengaruhi oleh gen.</b><br />
Gen dikatakan memainkan peran lebih besar dalam menentukan ciri-ciri
kepribadian seseorang seperti keterampilan dan kemampuan sosial ketimbang cara
dia dibesarkan oleh orang tua, peneliti mengklaim.<br />
<br />
Para peneliti dari Universitas Edinburgh mempelajari lebih dari 800 pasangan
kembar identik dan non-identik untuk mengetahui apakah gen memiliki efek lebih
besar membuat orang-orang sukses dalam hidup. Ditulis dalam Journal of
Personality, para peneliti menemukan bahwa kembar identik dua kali lebih
mungkin memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama dari pada kembar non-identik.
Itu menunjukkan bahwa karakter manusia sangat ditentukan oleh DNA.<br />
<br />
<b>2. Wajah adalah refleksi dari DNA kita.</b><br />
Para peneliti telah mengidentifikasi lima gen yang membentuk wajah seseorang.
Para peneliti sebelumnya menyadari bahwa genetika memainkan peran besar dalam
menentukan bentuk wajah, setelah menemukan kembar identik berbagi DNA. Namun,
hanya sedikit yang diketahui tentang kira-kira gen mana yang terlibat. Tiga gen
dianggap memiliki peran dalam susunan fitur wajah, dan penelitian terbaru menegaskan
keterlibatan gen-gen tersebut.<br />
<br />
Dari percobaan yang dilakukan terhadap tikus, para peneliti mengidentifikasi
ribuan daerah kecil DNA yang mempengaruhi perkembangan fitur wajah. Para
peneliti mengatakan bahwa meskipun uji coba dilakukan pada hewan, wajah manusia
adalah mungkin berkembang dengan cara yang sama. Bahkan, temuan diklaim sudah
sangat mungkin menghasilkan beberapa kesimpulan tentang penampilan tersangka
kejahatan dari DNA mereka sendiri.<br />
<br />
Atas dua prinsip itulah Faception mengklaim dapat mengidentifikasi teroris
hanya dengan mengidentifikasi wajah. Perusahaan sebagaimana dilansir dari laman
Mirror, 25 Mei 2016, menggunakan 15 klasifikasi untuk menganalisis rincian
wajah yang tidak dapat terdeteksi dengan mata telanjang, bahkan dengan tingkat
akurasi 80 persen.<br />
<br />
"Kami memahami manusia jauh lebih baik daripada manusia saling
memahami," kata kepala eksekutif Faception Shai Gilboa. "Kepribadian
kita ditentukan oleh DNA dan tercermin di wajah kita. Ini semacam sinyal."<br />
<br />
Faception mengatakan teknologi tersebut telah sukses mengidentifikasi sembilan
dari 11 tersangka teror Paris, tanpa diberi informasi apapun tentang
keterlibatan mereka.<br />
<br />
Teknologi ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi teroris tetapi
juga pedofil, jenius, penjudi (pemain poker) dan penjahat kerah putih.<br />
<br />
Berikut adalah 8 dari 15 klasifikasi yang ditetapkan Faception untuk menentukan
karakter seseorang:<br />
<br />
<b>Orang berkualitas unggul</b><br />
Diberkahi dengan keterampilan penalaran, seperti logika, keterampilan spasial.
Orang-orang ini bisa menghasilkan sesuatu sendiri, pemikir bebas dan pengusaha.
Sangat berbakat, cenderung berorientasi kurang sosial, memegang teguh nilai
kebenaran, dan berorientasi pada fakta dan logika lebih dari hubungan
emosional. Mereka juga kreatif dan berpikiran independen, dengan kemampuan
konsentrasi yang luar biasa, memiliki intelektualitas tinggi dan kapasitas
mental yang memadai<br />
<br />
<b>Peneliti akademik</b><br />
Diberkahi dengan pemikiran runut, kemampuan analisis yang tinggi, banyak ide,
pemikiran yang mendalam dan serius. Kreatif, dengan kemampuan konsentrasi
tinggi, kapasitas mental kuat, dansangat bergantung pada data dan informasi.<br />
<br />
<b>Pemain Poker Profesional</b><br />
Diberkahi dengan kemampuan konsentrasi yang tinggi, ketekunan dan kesabaran.
Berorientasi pada tujuan, analitis, dengan rasa humor yang kering. Diam, tanpa
emosi dan ekspresi emosional. Berpikiran tajam, dengan persepsi kritis yang
tinggi.<br />
<br />
<b>Pemain Bingo</b><br />
Diberkahi dengan mental yang sangat kuat, konsentrasi tinggi, berjiwa
petualang, dan kemampuan analisis yang kuat. Cenderung kreatif, dengan
orisinalitas tinggi dan imajinasi, dan memiliki indera yang tajam.<br />
<br />
<b>Promotor Merek</b><br />
Diberkahi dengan kepercayaan diri tinggi, kepribadian yang berwibawa,
karismatik dan magnetik. Memiliki kecerdasan an kemampuan verbal yang tinggi.
Cenderung untuk bersikap baik, ramah, langsung dan sangat praktis.<br />
<br />
<b>Penjahat Kerah Putih (antara lain koruptor, penggemplang pajak)</b><br />
Cenderung memiliki harga diri yang rendah, IQ yang tinggi dan karisma. Sering
cemas, tegang dan frustrasi, namun kompetitif, ambisius dan dominan. Biasanya
suka mengambil risiko dan memiliki rasa humor yang kering.<br />
<br />
<b>Teroris</b><br />
Cenderung agresif, aktif, mencari sensasi, kejam dan keadaan psikologis yang
tidak seimbang. Biasanya menderita perubahan suasana hati, rasa rendah diri dan
tidak tenang.<br />
<br />
<b>Pedofil</b><br />
Menderita tingkat tinggi kecemasan dan depresi. Introvert, tidak memiliki
emosi, sangat berhitung, cenderung pesimis, rendah diri, dan suasana hati yang
terus berubah-ubah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber: <a href="https://dunia.tempo.co/read/news/2016/06/02/115776090/dua-kombinasi-ini-bedakan-wajah-teroris-pedofil-koruptor" target="_blank">Tempo.co</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-58270027856023397872016-06-01T19:42:00.002+07:002016-06-01T19:42:10.414+07:00Bila Anak Anda Jadi Korban Kekerasan Seksual<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2xjAbyY427akxvu4nczYX_6yqXj7z8RAW0urIPI1Nf_hY2GH6jXnBb7mEVK8ukNLNKhpZ-yguqIZ_K33XTc1fKKAzHC6Zb1S3IiTapewTJkwwMgPhSRAtoK8UK9evsbziE6egoSTzHkxp/s1600/korban+kekerasan+seksual.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2xjAbyY427akxvu4nczYX_6yqXj7z8RAW0urIPI1Nf_hY2GH6jXnBb7mEVK8ukNLNKhpZ-yguqIZ_K33XTc1fKKAzHC6Zb1S3IiTapewTJkwwMgPhSRAtoK8UK9evsbziE6egoSTzHkxp/s400/korban+kekerasan+seksual.jpeg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagai orang tua yang memiliki anak perempuan, atau lelaki
sekalipun, sekarang ini bisa jadi sering merasa cemas dan khawatir kalau suatu
saat anak kita menjadi korban kekerasan seksual. Baik sekedar berupa pelecehan,
maupun – Na’udzubillah, pemerkosaan yang diakhiri dengan penghilangan
nyawa korban. Apalagi di media – televisi dan koran, saban hari selalu saja ada
pemberitaan terkait tindak kejahatan yang satu ini.<br />
<br />
Kejahatan dalam mengumbar nafsu berahi tidak hanya dilakukan oleh mereka yang
memang telah memiliki stigma buruk dalam hidup kesehariannya, orang yang di
mata masyarakat sebagai sosok panutan, atau keluarga dekat sekalipun suatu saat
tanpa disangka-sangka bisa saja berubah menjadi seorang maniak yang
membabi-buta mengumbar nafsu syahwatnya dengan cara sadis dan di luar
kewajaran.<br />
<br />
Seperti yang terjadi baru-baru ini di daerah saya, seorang ibu dari kampung
sebelah melaporkan kejadian yang menimpa anak gadisnya pada polisi. Berdasarkan
pengaduannya, anak gadisnya telah dijadikan ‘model’ video esek-esek dengan
cara-cara yang biadab oleh teman-teman prianya. Dan video itu belakangan ini
telah beredar luas melalui telpon seluler (HP).<br />
<br />
Konon setelah dilakukan penyidikan oleh pihak yang berwajib, ABG siswi sebuah
SMA itu selama ini menjalin hubungan khusus dengan teman satu sekolahnya.
Keduanya berpacaran sampai suatu saat terjadilah hubungan intim di tempat teman
prianya itu.<br />
<br />
Tanpa dinyana, hubungan intim ABG berlainan jenis itu ternyata diabadikan melalui
HP oleh beberapa orang teman prianya tanpa diketahui anak perempuan itu.dan
setelah hubungan intim kedua sejoli itu selesai, teman-teman pria dari kekasih
si gadis pun muncul dari persembunyiannya sambil memperlihatkan hasil rekaman
yang baru saja terjadi<br />
<br />
Betapa kagetnya si gadis, sedangkan teman prianya hanya senyam-senyum saja.
Karena berdasarkan pengakuannya kemudian di depan pihak kepolisian, hal itu
telah direncanakan memang bersama ‘geng’-nya itu. Dan si gadis lebih
terperanjat lagi tatkala teman-teman pacarnya meminta ‘jatah’ seperti yang
telah dilakukan barusan bersama pacarnya tersebut. Apabila tidak mau, mereka
mengancam bahwa hasil rekaman tadi akan diedarkan.<br />
<br />
Apa boleh buat. Dengan terpaksa si gadis pun melayani hasrat bejat mereka. Yang
penting kelakuannya tidak diketahui khalayak ramai. Akan tetapi harapan si
gadis tidaklah seperti yang dijanjikan semula. Belakangan rekaman itu telah
beredar luas. Hingga ibu si gadis pun ahirnya mengetahuinya pula<br />
<br />
Dari kejadian itu, ibu si gadis itu pun ahirnya mengaku kalau selama ini
dirinya kurang melakukan kontrol terhadap ananknya. Dirinya kadung percaya
kalau anak gadisnya dianggap sudah dewasa, dan sudah mampu menjaga diri.<br />
<br />
Begitulah. Ragam kejahatan seperti itu tidak menutup kemungkinan bisa saja
menimpa anak kita juga. apabila hal seperti itu terjadi, sebagai orang tua kita
sudah tentu merasa terpukul – seperti ibu si gadis itu. Betapa nama baik
keluarga pun menjadi tercoreng hitam. Apalagi kondisi masyarakat kita yang
masih mudah memberi stigma buruk terhadap korban. ***</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pernah Dimuat di <a href="http://www.kompasiana.com/arsudradjat/bila-anak-anda-jadi-korban-kekerasan-seksual_552b3ced6ea834b229552d0e" target="_blank">Kompasiana</a><br />
<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-74727337582750999042016-06-01T19:15:00.000+07:002016-06-01T19:15:17.731+07:00Di Bawah Pohon Sukun Itu, Pancasila Dilahirkan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2377rYfgOgKmTVo8Z7T2-5syqOmFPjgPAsH82oEDEMvpBpwA_3Q4bPAgwWVUQQQ5cQcdAtjAdqQO6wzmynRUYJns3BjaU3yEFmHFcxE4M1uPUSrJJ15VRSq7xyLlqhWEzlS5MGh-K3tZB/s1600/Pohon_Sukun+Pancasila.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2377rYfgOgKmTVo8Z7T2-5syqOmFPjgPAsH82oEDEMvpBpwA_3Q4bPAgwWVUQQQ5cQcdAtjAdqQO6wzmynRUYJns3BjaU3yEFmHFcxE4M1uPUSrJJ15VRSq7xyLlqhWEzlS5MGh-K3tZB/s400/Pohon_Sukun+Pancasila.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada 1 Juni 1945, Bung Karno menyampaikan pidato dalam rapat
besar Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di dalam rapat itu Bung Karno secara berapi-api menyadarkan
peserta rapat tentang perlunya Indonesia memiliki dasar negara yang menjadi
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lima prinsip dipaparkan Soekarno beserta relevansinya bagi
bangsa Indonesia. Kelima butir itulah yang disebut Soekarno sebagai Pancasila.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ini pula yang mendasari penetapan 1 Juni sebagai hari
lahirnya Pancasila.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Proses perenungan Bung Karno</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
Buah pemikiran Soekarno akan Pancasila tidak muncul secara
tiba-tiba. Pancasila hadir sebagai hasil dari proses perenungan diri Bung Karno
selama empat tahun diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada 14 Januari 1934, Bung Karno bersama sang istri, Inggit
Garnasih serta ibu mertua (Ibu Amsi) dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tiba di
rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kehidupan Soekarno dan keluarga di Ende serba sederhana dan
jauh dari hiruk-pikuk politik seperti di kota besar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dibuangnya Soekarno ke daerah terpencil dengan penduduk
berpendidikan rendah memang sengaja dilakukan Belanda untuk memutus hubungan
Soekarno dengan para loyalisnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dikutip dari buku "Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari
Flores untuk Nusantara", Soekarno jadi lebih banyak berpikir daripada
sebelumnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mulai mempelajari lebih jauh soal agama Islam hingga
belajar soal pluralisme dengan bergaul bersama pastor-pastor di Ende.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tak banyak yang bisa dilakukan Bung Karno di tempat
pengasingan yang begitu jauh dari Ibu Kota itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sehari-hari, Soekarno memilih berkebun dan membaca. Untuk
membunuh kebosanannya dengan aktivitas yang monoton itu, jiwa seni Bung Karno
kembali tumbuh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mulai melukis hingga menulis naskah drama pementasan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di sela kegiatan seninya, Soekarno berkirim surat dengan
tokoh Islam di Bandung bernama T. A. Hassan dan berdiskusi cukup sering dengan
pastor Pater Huijtink.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari sinilah Soekarno menjadi lebih relijius dan memaknai
keberagaman secara lebih dalam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebuah tempat favoritnya untuk berkontemplasi adalah di
bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke Pantai Ende.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pohon sukun itu berjarak 700 meter dari kediaman Soekarno.
Biasanya, Soekarno pergi sendiri ke tempat itu pada Jumat malam.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p>Di tempat itulah, Soekarno mengaku buah pemikiran Pancasila
tercetus.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ia memiliki cerita sendiri soal itu. Berikut yang dikisahkan
Soekarno:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"<i>Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari
demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi,
dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung..,
di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudera bergolak
dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan
berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya.
Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan
revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi
kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha
Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari
Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan
hukum dari Yang Maha Ada</i>."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ketika menjadi Presiden pertama Indonesia, Bung Karno
kembali mengunjungi Ende pada tahun 1950.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bung Karno tidak lupa pada pohon sukun favoritnya itu. Di
sanalah Bung Karno bercerita proses pencetusan Pancasila yang kini ditetapkan
sebagai dasar negara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sejak tahun 1980-an, pohon sukun itu kemudian dikenal
menjadi Pohon Pancasila. Namun, pohon aslinya sudah mati pada tahun 1970-an.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pemerintah setempat menggantinya dengan anakan pohon yang
sama di lokasi yang sama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<o:p> Sumber: <a href="http://nasional.kompas.com/read/2016/06/01/06395911/di.bawah.rindangnya.pohon.sukun.lima.butir.pancasila.itu.tercipta.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=kpoprd" target="_blank">Kompas.com</a></o:p></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-20086684428407069012016-05-31T20:32:00.002+07:002016-06-01T08:20:45.338+07:00Humor ala Gus Dur: Dialog Presiden dengan Tuhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK_8wkoCp7Q0rIClZcknF2Qy20Usiu_FbzmeRwjepUnd3CkdiNAlEY8hV2ziCXG5rdppMe6lVW4YL8vSs2Ern8IeZeVs6j1EDu3zQxbL9dLeSHTBjDClKcju8tIaF9hqPTh6BvINgIpWPG/s1600/humor+gusdur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK_8wkoCp7Q0rIClZcknF2Qy20Usiu_FbzmeRwjepUnd3CkdiNAlEY8hV2ziCXG5rdppMe6lVW4YL8vSs2Ern8IeZeVs6j1EDu3zQxbL9dLeSHTBjDClKcju8tIaF9hqPTh6BvINgIpWPG/s400/humor+gusdur.jpg" width="400" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Ceritanya para presiden dan pemimpin negara berdialog dengan
Tuhan.<br />
<br />
Presiden AS Ronald Reagen: Tuhan, kapan negara kami makmur?, Tuhan jawab,
"20 Tahun lagi". Presiden AS menangis.<br />
<br />
Presiden Prancis Sarkozy: Tuhan, kapan negara Prancis makmur? Tuhan menjawab:
"25 Tahun lagi." Mendengar jawaban Tuhan, Presiden Prancis menangis.<br />
<br />
PM Inggris Tony Blair: "Tuhan, kapan negara Inggris bisa makmur?"
Tuhan menjawab: "20 Tahun lagi." PM Tony Blair ikut juga menangis.<br />
<br />
Presiden Gus Dur: "Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?" Tuhan
tidak jawab, gantian Tuhan yang menangis<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber: <a href="http://www.gusdur.net/id/humor/dialog-presiden-dengan-tuhan" target="_blank">gusdur.net</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-2393612655092249762016-05-31T08:38:00.000+07:002016-05-31T08:38:18.128+07:00 Tulisan almarhum Gus Dur Tentang Laksamana Cheng Ho<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDLvckuK3BefaafUhfFT3RRkM9dfIB3ktIM5sy9Cgfyn1MHjdVPzQ6mKIfdf3LZeIFjjKeDkaUCgzOpQnIdUytzyJn9Nz1IgCqTfGb9FKrY6uX95AFZlX_34n9Y9LWgrmn875tKjRYlB5_/s1600/cheng+ho.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDLvckuK3BefaafUhfFT3RRkM9dfIB3ktIM5sy9Cgfyn1MHjdVPzQ6mKIfdf3LZeIFjjKeDkaUCgzOpQnIdUytzyJn9Nz1IgCqTfGb9FKrY6uX95AFZlX_34n9Y9LWgrmn875tKjRYlB5_/s400/cheng+ho.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Laksamana itu Seorang Penyebar Agama<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Menuliskan riwayat singkat Cheng Ho (Ma Zeng He) bukanlah
kerja yang mudah. Pertama, ia dikenal oleh dua kalangan yang berbeda sebagai
muslim dan non-muslim. Dari sudut kemuslimannya, ia adalah seorang dari jutaan
orang manusia Tionghoa yang dulunya beragama Islam. Baru kemudian, masjid yang
didirikannya lalu digunakan sebagai klenteng (Bio). Dalam sebuah buku berbahasa
Prancis yang terbit beberapa tahun lalu, Quatorze Neuf Deux, dinyatakan bahwa
ada lima buah kejadian besar yang mengguncangkan dunia. Buku itu menceritakan
bahwa pada bahwa tahun 1492, Vasco Da Gamma mencapai kepulauan Bermuda di
Amerika Tengah. Dari peristiwa itu, di kemudian hari akan menyusul gelombang
datangnya orang-orang Eropa utara (terutama Inggris, Prancis dan Jerman) ke
Benua Amerika.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di samping mereka, ada juga orang-orang Spanyol dan
Portugis, yang sekarang membentuk bangsa-bangsa yang hidup di Amerika Tengah
dan Selatan. Kedua-duanya sekarang ini dimudahkan penyebutannya menjadi Amerika
Latin. Begitu pula, tidak dapat dilupakan orang-orang hitam, yang untuk
menghormati mereka disebut sebagai Afro-America, dahulunya bernama Negro. Di
kemudian hari, datang juga ke Amerika Serikat para imigran dari Italia, disusul
imigran dari berbagai daerah terutama Russia, Armenia, Yunani, dan Lebanon.
Sedang dari arah barat datanglah orang-orang Jepang dan Tionghoa, dan abad yang
lalu orang-orang India (terutama Bangalore Hyderabad). </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Manusia Indonesia
sendiri hanya berjumlah puluhan ribu orang, dan tidak perlu dimasukan ke dalam
komponen para pembentuk Amerika Serikat. Oleh sementara orang, kesemuanya itu
disebut sebagai ‘panci adukan’ (melting pot), yang sekarang disanggah oleh
sementara pihak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada waktu itu, kaum Tionghoa muslim telah berkembang pesat,
setidaknya di pantai utara pulau Jawa. Mereka segera ‘berhadapan’ dengan
pihak-pihak berbagai agama yang sudah ada terlebih dahulu, seperti kaum
Hindu-Budha, terkenal dengan sebutan kaum Bhairawa (sekarang juga disebut
Birawa). Dengan meninggalkan Candi Prambanan dan Borobudur, kaum Hindu-Budha
itu pindah ke Jawa Timur dari kawasan Klaten sekarang di bawah pimpinan Mpu
Sindok dan menirikan Kerajaan Medang dengan raja terakhir bernama Dharmawangsa.
Setelah Medang dihancukan Sriwijaya, keturunan Dharamawangsa yaitu Raja
Erlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan. Di akhir hayatnya Airlanga membagi dua
Kahuripan menjadi Panjalu (Kediri) dengan ibukota Daha dan Jenggala beribukota
di Kahuripan. Agama Hindu-Budha itu kemudian berkembang menjadi Kerajaan
Singosari di sebelah utara Malang. Raja terakhirnya Prabu Kertanegara, mengambil
menantu Raden Wijaya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ketika Raden Wijaya memberontak ia tidak mendirikan kerajaan
di kawasan Gunung Bromo atau Pujon. Apa yang dilakukannya adalah mendirikan
kerajaan baru di Terik, kawasan pinggiran sungai Brantas di daerah Krian.
Dugaan penulis Terik adalah penyebutan lain dari kata Thariqah, artinya
kalangan tarekat yang melaksanakan ajaran-ajaran tasawuf. Mengapakah mereka
mendirikan Majapahit di Terik? Kemungkinan besar karena perlindungan angkatan
laut Tiongkok yang sudah menjadi muslim itu. Raden Wijaya yang menurut penulis
datang dari Marga Ui, memiliki penduduk beragama Islam dan agama Hindhu dan
Budha. Kerajaan baru itu pada abad–abad berikutnya menampilkan Mpu Tantular
dengan Negara Kertagama nya dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika. Ini menunjukkan
dengan jelas bahwa ia menyerap salah satu semangat bangsa ini yang sejak dahulu
-setidaknya 8 abad yang lalu sudah memiliki pluralitas/kemajemukan yang tinggi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di samping kejadian di atas, sekitar penghabisan Abad XV dan
permulaan Abad XVI, ada empat kejadian penting yang menentukan jalannya sejarah
dunia di kemudian hari. Terlebih dahulu adalah terjadinya sikap mengalah dari
sebuah kerajaan Islam di daerah Pantai Barat Afrika Tengah. Ketika itu, sebuah
kapal layar Eropa mendarat di pantai kawasan tersebut. Ketika terjadi
pertempuran senjata antara mereka melawan penduduk setempat maka para pelaut
itu menggunakan senjata api untuk bertahan. Segera saja mereka yang bersenjata
api -penduduk setempat menamai mereka sebagai setan dengan senjata berlidah
api- menguasai kawasan itu, dan memaksa kerajaan Islam itu berpindah dari
daerah pantai ke kawasan hutan di tengah-tengah benua Afrika.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hal ketiga adalah ketika keluarga Borgia berhasil menjadikan
salah seorang warga mereka menjadi Paus Alexander VI. Wangsa Borgia menggunakan
uang, jabatan dan wanita untuk “mengangkat” warga mereka itu menjadi Paus. Hal
ini menjadi salah satu penyebab perbedaan pandangan di antara Gereja Katholik
dan sebagian para pemrotes yang kemudian dinamai kaum Protestan terlibat dalam
perselisihan besar (skisma). Skisma/perpecahan antara Gereja Katholik dan
Gereja Protestan akhirnya, membawa kepada perpecahan formal antara Gereja
Katholik dan Gereja Protestan dalam bentuk berbagai sinoda.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kejadian lainnya pada era itu adalah, ketika wangsa
Kazimierski di Polandia memenangkan pertempuran atas wangsa Muscovit di Russia.
Segera mereka harus memecahkan masalah apakah wangsa Muscovit boleh menggunakan
bahasa Russia sebagai bahasa resmi, dan bukannya bahasa Polandia. Wangsa
Kazimierski tersebut memutuskan bahasa Russia, dan bukannya bahasa Polandia
sebagai bahasa nasional orang-orang Russia. Keputusan fundamental ini berakibat
setengah abad kemudian orang-orang Russia kembali menggumpulkan kekuatan, dan
berhasil mengalahkan bangsa Polandia. Apalagi setelah kaum komunis (Bolshevik)
di bawah pimpinan V.I Lenin mendirikan partai komunis Uni Soviet (PKUS)
menjelang tahun 1917.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kejadian besar kelima yang merubah jalannya sejarah, terjadi
ketika seorang Kaisar cilik diangkat menggantikan ayahnya yang baru saja
meninggal dunia. Dan diangkatlah seorang wali negara, yang tadinya adalah
menteri peperangan. Karena ia adalah seorang pemeluk agama Konghucu yang taat,
maka ia sangat takut kepada kaum muslim di kawasan rantau (hoa kiau), yang
umumnya sudah menjadi muslim. Begitu ia menjadi wali negara, maka
diperintahkannya kapal-kapal laut kerajaan untuk kembali ke kawasan pesisir
daratan Tiongkok dan dibakar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Segera terputuslah segala jenis komunikasi antara kawasan
Rantau tersebut dengan daratan Tiongkok. Penduduk rantau yang tadinya adalah
kaum Tiongkok muslim, menjadi terserap sebagai penduduk bumiputra, dan angkatan
laut Tiongkok, yang tadinya menguasai lautan antara pulau Madagaskar di kawasan
timur Afrika dan Ascunsion di Pulau Tahiti (lautan Pasifik), juga menjadi
penduduk bumiputra. Untuk dua abad lamanya hubungan antara kawasan-kawasan
tersebut dengan daratan Tiongkok terputus sama sekali. Maka kejayaan Tiongkok
itu lalu di klaim antara lain oleh Majapahit, dengan konsepnya yang sekarang
dinamai persemakmuran (commonwealth). Cheng Ho pada permulaan abad ke-15, yang
memimpin angkatan laut Tiongkok lalu harus melakukan ekspedisi laut tujuh kali
saja, dan berakhir ketika ia meninggal dunia karena sakit di Kerala (India).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Kenyataan-kenyataan sejarah seperti ini memaksa kita untuk
mengerti, bahwa dua abad berikut barulah orang-orang Belanda dapat mendatangkan
orang-orang Tionghoa kemari. Mereka kemudian membawa agama Budha, Konghucu dan
tentu saja agama Tao. Kemudian pemerintahan Orde Baru ‘menyatukan’ penganut
Budha, Tao dan Konghucu dalam apa yang dinamakan kaum Tri Dharma, terutama
dibawakan oleh Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia). Bagaimana dengan jasa
Cheng Ho? Setelah ia meninggal dunia di kawasan Kerala itu, kawasan-kawasan
yang didirikannya lalu berkembang pesat, seperti Singapura. Dari sini ternyata,
bahwa seseorang pemimpin dengan membawa peranannya yang besar, dapat
menimbulkan perubahan-perubahan sangat besar dalam sejarah manusia. Sangat
indah hal itu, bukan?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber: <a href="http://www.gusdur.net/id/gagasan-gus-dur/laksamana-itu-seorang-penyebar-agama" target="_blank">Gus Dur</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-47410525153714148842016-05-30T23:33:00.002+07:002016-05-30T23:34:30.493+07:00Karena Tak Ada Lagi Cinta di Hatinya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ACL5bGFORK9pFqOnLsAcV-AmRHMzIggzAY7RiD10X2iXsJipUbSVJhBJYONlJ0CRVsRGkKip-OXMSjx6kw2FIJym7udUp_SitZcTBh_GaLMzndXPkbddts4HAwYp1qfRXvDFhft-HsUd/s1600/pelacur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ACL5bGFORK9pFqOnLsAcV-AmRHMzIggzAY7RiD10X2iXsJipUbSVJhBJYONlJ0CRVsRGkKip-OXMSjx6kw2FIJym7udUp_SitZcTBh_GaLMzndXPkbddts4HAwYp1qfRXvDFhft-HsUd/s400/pelacur.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Jangan katakan lagi I love you, dan segala
tetek-bengeknya. Mendingan kita nikmati malam indah ini dengan
bersenang-senang,” kata perempuan muda itu sambil mengedikkan bahunya, kemudian
menjentikkan abu rokok di tangannya pada asbak di atas meja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Tapi sungguh, Vey, aku terlanjur menyayangimu…” kata lelaki
setengah tua itu dengan suara yang sedikit parau. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau memang abang sayang sama Vey, ya terima kasih.
Berarti abang mau menuruti segala permintaanku,” kata perempuan itu sambil
mengerling manja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kemudian tangan kirinya meraih gelas yang isinya tinggal
setengahnya. Wine berwarna merah dalam gelas itu perlahan diminumnya hingga
tandas. Sambil kembali meletakkan gelas yang telah kosong, bibir yang bergincu
merah itu dijilati dengan lidahnya. Sementara lelaki setengah baya itu
meraih botol wine, kemudian menuangkan isinya ke dalam gelas milik Vey. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya dengan atas nama cinta dan sayangku padamu, aku akan
menuruti segala keinginanmu…” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Belum tuntas lelaki itu bicara, telunjuk tangan Vey
ditempelkan di bibirnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Sssttt… Lagi-lagi cinta. Sudahlah jangan katakan lagi
cinta. Aku sudah muak mendengarnya. Malam ini berapa abang sanggup membayarku
untuk menemanimu ?” bisik Vey di telinga lelaki setengah tua itu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tanpa menunggu lagi lelaki setengah baya itu mengambil dompet
dari saku belakang celananya. Kemudian dompet yang cukup tebal itu
diletakkannya di atas meja, <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Ambillah seluruh isinya. Bahkan kalau perlu seluruh kartu
ATMnya pun boleh kamu ambil pula,” katanya sambil menyeringai. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sementara telunjuknya mencolek pipi Vey yang memerah oleh
pulasan bedak, dan efek dari wine yang telah dua gelas dihabiskannya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Serius nih ? Tapi nggaklah… Berilah aku seperti biasanya
saja,” kata Vey sambil bangkit dari kursi. Lalu beranjak menghampiri lelaki
setengah tua itu. Dengan manjanya Vey duduk dipangkuan lelaki setengah tua itu.
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
*** <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Alunan musik dangdut memenuhi ruangan itu. Di kursi tampak
Vey duduk seorang diri sambil mematut-matut riasan wajahnya pada cermin kecil
yang dipegang sebelah tangannya lagi. Dan sebentar-sebentar matanya berpaling
ke arah pintu yang tertutup. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tiba-tiba handphone di tasnya berdering. Vey meletakkan
cermin di atas meja. Lalu meraih handphonenya dari dalam tas yang tergeletak di
sampingnya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebuah SMS diterimanya. “<i>Sayang,
aku lagi di jalan</i>…” Begitu pesan yang dibacanya. Lalu Vey mengetik balasan
pada nomor itu, “ <i>Yupz, aku sudah
menunggu</i>.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hari ini Vey ada janji. Dengan pria langganan lamanya, yang
biasa merangkap tukang ojek. Vey minta diantar untuk pergi ke orang pintar yang
biasa dipanggilnya “Eyang”.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Vey ingin Eyang menambah aura kecantikannya agar lelaki
setengah tua yang sudah beberapa kali menemuinya itu semakin menyayanginya.
Sehingga dengan demikian dirinya akan semakin mudah untuk mendapatkan lembaran
uang dari lelaki setengah tua itu. Dan yang paling penting, Vey tidak perlu
repot-repot lagi melayani lelaki tua itu di atas ranjang. Kalau memang lelaki
setengah tua itu betul-betul mencintai dirinya, tokh dirinya bisa berkelit
dengan segala macam alasan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau memang abang mencintaiku, nanti pun buat siapa lagi
diriku ini kalau bukan untuk abang seorang,” Vey mereka-reka. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
*** <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Semakin hari hubungan Vey dengan lelaki setengah tua pemilik
bengkel sepeda motor itu semakin dekat saja. Dan memang lelaki setengah tua
yang sudah memiliki isteri dua orang itu merasakan semakin mencintai Vey.
Sehingga segala permintaan Vey selalu dipenuhinya. Mulai dari kebutuhan
sebagaimana biasanya perempuan untuk mempercantik penampilannya, untuk
kebutuhan sehari-hari Vey bersama tiga orang anaknya, bahkan sebuah sepeda
motor matik pun yang diminta Vey dibelikannya. Dengan begitu mudahnya. Hanya
dengan mengatakan, “Masa setiap kali untuk menemui abang, Vey harus minta
diantar tukang ojek. Bagaimana kalau nanti tukang ojek itu bikin gossip,
bisa-bisa hubungan kita ini didengar isteri abang,” katanya di suatu ketika. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah memiliki sepeda motor, Vey semakin leluasa pergi
kemana ia suka. Terutama untuk mencari pria lain yang tebal dompetnya, tentu
saja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
*** <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Jangan katakana cinta, aku sudah muak mendengarnya. Lebih
baik kita nikmati saja malam ini sesuka kita berdua, “ bisik Vey kepada seorang
lelaki yang kesekian orang yang menjadi mangsanya.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
“Berilah aku uang,
aku akan berikan kehangatan buat abang seorang.” ***<br />
<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-11880474654091642352016-05-30T18:20:00.000+07:002016-06-01T08:21:13.901+07:003 Presiden Naik Pesawat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSCfVMvM-6r6LZITMgtQrjxVgUW1-M1DoFrb5CRFogbHuonBiuMlnxcsAKnnWvYkhnYks7l1APqX1HdsC4A25S2GnsDliuGtmghuqraL4ByyOouPhnDwiste2rqNhJSTD16iwTFAwYYQgO/s1600/gusdur-bill.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSCfVMvM-6r6LZITMgtQrjxVgUW1-M1DoFrb5CRFogbHuonBiuMlnxcsAKnnWvYkhnYks7l1APqX1HdsC4A25S2GnsDliuGtmghuqraL4ByyOouPhnDwiste2rqNhJSTD16iwTFAwYYQgO/s320/gusdur-bill.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia
mengundang Presiden AS dan Prancis terbang bersama buat keliling dunia. Seperti
biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan
negerinya.<br />
<br />
Tidak lama terbang, Presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat
kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"<br />
<br />
Presiden Indonesia ( Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?"<br />
<br />
"Itu, patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.<br />
<br />
Tidak mau kalah, Presiden Prancis Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya
keluar. "Tahu nggak? Kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya
dengan sombongnya.<br />
<br />
Presiden Indonesia: "Wah, kok bisa tau juga?"<br />
<br />
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Prancis tersebut.<br />
<br />
Giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat. "Wah... kita
sedang berada di atas Tanah Abang!" teriak Gus Dur.<br />
<br />
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran.<br />
<br />
"Ini, jam tangan saya ilang," jawab Gus Dur kalem.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber: <a href="http://www.gusdur.net/id/humor/3-presiden-naik-pesawat" target="_blank">gusdur.net</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-63549747694005111512016-05-30T18:09:00.002+07:002016-05-30T18:09:46.990+07:00Guru yang Meminta Miras kepada Muridnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnYrzYddwiVhyex2iimtQF7XvNM_KjcYrOeH77S5Ktp5AgHLc23L4pPJvKACroHn7bBu3mlK8ZRd54zekhBgF6sNiHuLrmA_iXF1U4G-VwUrBURs_7Ugi0eWy6ri6cjCk52CygbH6l-Nd0/s1600/Jalaludin+Rumi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="393" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnYrzYddwiVhyex2iimtQF7XvNM_KjcYrOeH77S5Ktp5AgHLc23L4pPJvKACroHn7bBu3mlK8ZRd54zekhBgF6sNiHuLrmA_iXF1U4G-VwUrBURs_7Ugi0eWy6ri6cjCk52CygbH6l-Nd0/s400/Jalaludin+Rumi.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke
rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke
kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada
Rumi;<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang
dimaksud : arak / khamr)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya”, jawab Syams.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan
arak?”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli
minuman”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli
minuman?”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang
aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan
berbincang, dan tidak bisa tidur”</div>
<div class="MsoNormal">
.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya,
menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum
Nasrani.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada
yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum
Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat
mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu
keluar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya
bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam
bagi masyarakat kota.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak;
“<i>Ya ayyuhan naas</i>, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian
baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi.
Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan
kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang
itu menambahi siarannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya
hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan,
orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi
tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk
terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai
orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan
tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk
bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan
membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar
menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka
memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan
untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi
satu demi satu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus
dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku
sendiri. Apa maksud semua ini?”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya
khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini
sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol
minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli
kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau
perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan
tidak terpatahkan oleh perubahan zaman<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Bersandarlah hanya kepada Allah SWT.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Dikutip dari kumpulan
kisah Jalaluddin Rumi.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-56753419611559648922016-05-03T08:57:00.001+07:002016-05-03T08:57:44.961+07:00Astaga, Istri Minta Suami Menyaksikan Perkawinannya dengan Pria Lain<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVzpGobzh2ljixvvaW_h1CklCu65fcKkrOHrmx8tuIUUBBsS3rpSwSs9FwXqdgVyFEapDNiET0kNoqWzw8GQRFejg_HAabPoETCWLu1hpsx1K6ps4-KeQ_XTY8F27hAMBhwTjOdWKplQBa/s1600/durhaka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVzpGobzh2ljixvvaW_h1CklCu65fcKkrOHrmx8tuIUUBBsS3rpSwSs9FwXqdgVyFEapDNiET0kNoqWzw8GQRFejg_HAabPoETCWLu1hpsx1K6ps4-KeQ_XTY8F27hAMBhwTjOdWKplQBa/s400/durhaka.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Betapa terpukulnya Harun (60) saat mendengar pernyataan
istrinya, Entin (55) yang meminta diceraikan, dan ingin disaksikan
perkawinannya dengan seorang lelaki, Uus (52) namanya ,dari kampung sebelah.
Apabila permintaan dirinya tidak dituruti Harun, Entin mengancam akan bunuh
diri dengan cara menabrakkan dirinya pada kereta api yang sedang melaju kencang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebenarnya permintaan
Entin bukan sekali itu saja didengarnya. Dalam sebulan ini hampir pada setiap
kesempatan istrinya mengutarakan permintaan yang sama. Dan bagi Harun hal itu
merupakan dilema, tentu saja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Betapa tidak. Meski pekerjaan Harun hanyalah seorang buruh
serabutan; sebagaimana biasanya di kampung bila musim bercocok tanam jadi buruh
tani, mengolah sawah milik orang dengan upah Rp 20 ribu dari pagi sampai tiba
shalat dhuhur, dan di lain waktu kadang-kadang jadi buruh pemecah batu untuk
bahan bangunan, selama hampir sekitar tigapuluh lima tahun berumah tangga, Entin
dan Harun sudah dikaruniai sembilan orang anak. Malahan tiga di antaranya sudah
berkeluarga. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setahun yang lalu memang Harun pernah mendengar selentingan
kabar, bahwa Entin memiliki hubungan gelap dengan Uus. Bahkan, kata kabar itu
juga, beberapa warga sekampungnya pernah memergoki Entin dan Uus sedang
bersetubuh di pematang sawah. Ketika itu Uus sedang menunggui air di sawahnya
pada malam hari. Karena sebagaimana biasanya bila musim kemarau tiba, supaya
sawah mereka tidak kekeringan, maka airnya harus dijaga. Siang dan malam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kabar itu tidak begitu dipedulikannya. Harun malah
beranggapan sebagai upaya orang yang ingin menghancurkan rumah tangganya saja.
Karena saat ditanyakan kepada Entin, istrinya itu tidak mengakuinya. Malahan
marah-marah pula. Dan kabar itu dikatakan Entin sebagai fitnah orang yang tak
suka melihat ketentraman rumah tangganya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Apalagi Harun sendiri tahu kalau Uus yang tinggal di kampung
sebelah, selain sudah berkeluarga, dan walau saat ini istrinya sedang pergi
jauh ke negeri orang, untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, tokh antara
dirinya dengan Uus masih ada tali persaudaraan walau sudah jauh juga. Suatu hal
yang mustahil saudara sendiri mau berselingkuh dengan istrinya, demikian pikir
Harun saat itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Begitu juga ketika menjelang lebaran Idul fitri lalu, saat
dirinya melihat Entin mengirim banyak makanan ke rumah Uus, Harun sama sekali
tidak menaruh curiga. Malahan Harun merasa senang istrinya cukup memperhatikan
saudaranya yang sedang ditinggal lama istrinya. Apalagi ketika Entin pulang,
dan diperlihatkannya beberapa lembar uang lima puluh ribuan pemberian Uus,
Harun pun ikut senang juga.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Barulah dalam satu bulan ini Harun seringkali melihat
istrinya uring-uringan. Setiap menyerahkan uang hasil usahanya seharian, dikatakan
Entin tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lalu dikatakannya juga kalau Harun
sebagai lelaki yang tak tahu diri. Sudah tak mampu mencukupi nafkah
sehari-hari, kehangatan di malam hari pun tidak ditemukan lagi. Dan seperti
diakuinya, Harun memang sudah beberapa tahun ini tak memiliki gairah lagi. Bisa
jadi karena faktor usia, atau juga terlalu kecapekan bekerja keras saban hari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Puncaknya sebulan lalu, Entin mengakui kalau dirinya selama
ini memiliki hubungan gelap dengan Uus. Malah sudah seringkali dirinya
melakukan hubungan layaknya suami-istri. Lalu dengan gamblangnya Entin minta
cerai dari Harun. Dan ingin dikawinkan dengan Uus. Juga harus disaksikan oleh
Harun. Kalau tidak Entin mau bunuh diri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Apa boleh buat. Daripada persoalan semakin runyam, kemarin
malam Harun berterus-terang menyampaikan persoalan rumah tangganya kepada
beberapa orang tetua kampung. Dan malam itu juga meminta bantuan untuk
bersama-sama menyerahkan istrinya kepada Uus. ***<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://www.jpnn.com/read/2015/04/21/299259/Ceraikan-Pria-Sabar-Dapat-Suami-Kedua-Suka-Menyiksa-saat-Pemanasan-/page2" target="_blank">Ilustrasi</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-8028996207917008992016-05-02T14:32:00.000+07:002016-05-02T14:32:24.991+07:00Indonesia Dewasa Ini di Mata Bung Karno dan Pak Harto<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH4uh4QFXlssiQHBkh1AeJ2yKJ8-I2pdknAdz1G8_MYSwzJCN9lZj_x0C2bEnrOXqW1Ef-mO1iGufUfSMYcn5KltEVjL7qhF_VcqZ547ZKyv8VrK3sX7E0ZqRKYUZR6lYV6KaU41EgkJfS/s1600/Bung+Karno+%2526+Soeharto.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH4uh4QFXlssiQHBkh1AeJ2yKJ8-I2pdknAdz1G8_MYSwzJCN9lZj_x0C2bEnrOXqW1Ef-mO1iGufUfSMYcn5KltEVjL7qhF_VcqZ547ZKyv8VrK3sX7E0ZqRKYUZR6lYV6KaU41EgkJfS/s400/Bung+Karno+%2526+Soeharto.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">P</span><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">ada suatu ketika saya mendapat kesempatan untuk berdialog dengan Presiden pertama dan Presiden kedua Republik Indonesia ini. Kebetulan dua sosok pemimpin bangsa ini ketika saya temui sedang berbincang serius di sebuah taman yang entah dimana, tetapi jelas masih di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Aneh. Bisa-bisanya Bung Karno dengan Pak Harto begitu akrabnya, duduk dalam satu meja. Bukankah waktu itu Bung Karno dikudeta oleh Jenderal bintang lima ini. Malahan sampai ditahan di Wisma Yasa lagi.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Tapi bisa jadi yang namanya politik tidak ada teman dan musuh yang abadi. Saya malah bersyukur keduanya bisa akur kembali.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Dari kejauhan saya melihat Bung Karno – seperti biasanya bicara lantang dan berapi-api dengan lawan bicaranya. Sedangkan Pak Harto menanggapinya dengan tutur kata yang kalem, dan selalu dibarengi <em>smiling General</em>-nya yang terkenal itu. Dan saat jarak antara saya dengan beliau-beliau ini sudah dekat, saya menghentikan langkah. Ada sedikit keraguan, dan takut mengganggu keasyikan mereka berdua yang kelihatannya cukup serius.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"> Bung Karno rupanya yang pertama kali melihat kehadiran saya. Sambil melambaikan tangannya, beliau berteriak memanggil.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Hei, kamu. Ayo ke sini !”</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Kebetulan ada anak muda angkatan ‘98. Mungkin bisa melengkapi diskusi ini, “ kata Bung Karno sambil menerima jabat tangan saya. Sedangkan Pak Harto hanya mengangguk sambil tetap tersenyum. “Eh, ngomong-ngomong, kamu waktu itu ikut demonstrasi melengserkan Bapak yang satu ini ya ? ” Bung Karno melempar tanya seraya telunjuknya menuding ke arah Pak Harto.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Saya hanya mengangguk kecil sambil tersipu menjawab pertanyaan itu. Lalu saya menatap Pak Harto. Tak ada reaksi sama sekali. Dan senyumnya justru semangkin, eh, semakin mengembang.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Silahkan duduk, nak !” Pak Harto menyuruh saya untuk menempati kursi yang ada di antara beliau dengan Bung Karno.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Diam-diam dalam hati muncul suatu kebanggaan tersendiri. Saya bisa duduk bersama dua orang mantan Presiden. Betapa ini sebuah kehormatan, dan anugrah Tuhan juga.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Sebagaimana Negara Kesatuan Republik indonesia ini, adalah suatu anugrah Tuhan YME yang tiada terhingga bagi seluruh bangsa di Nusantara. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban semua rakyat untuk menjaga, dan memeliharanya, agar anak-cucu kita, dapat menikmati kehidupan yang damai dan sejahtera di negeri zamrud khatulistiwa yang kaya-raya alamnya, sebagaimana cita-cita kami dahulu saat merebut kemerdekaan negara ini dari tangan kolonialis,” ujar Bung Karno seperti menyambung apa yang muncul dalam hati saya.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Saya mengangguk takzim.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Ketika saya dilengserkan oleh mereka yang mengaku sebagai para reformis, dengan alasan untuk memperbaiki negeri ini agar lebih demokratis lagi, dan agar cita-cita Bung ntuk umenjadikan negeri ini sebagai negara yang adil-makmur, gemah ripah repeh rapih loh jinawi dapat segera tercapai. Akan tetapi kenyataannya yang saya saksikan sekarang ini, seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita bangun malah diacak-acak, dirusak, dengan mengatasnamakan Bung dan saya. Mereka saling berebut kekuasaan demi kepentingan diri sendiri dan golongannya. Sementara rakyat dibiarkan sengsara, “ Pak Harto yang sejak tadi hanya mengumbar senyum angkat bicara.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Sehingga kalau dipikir-pikir sepertinya rakyat kecil justru lebih menikmati kehidupan pada jaman kepemimpinan saya. Iya tokh, Nak ? Enakan di jamanku ‘kan?” sambungnya seraya menatap ke arah saya.</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Sungguh. Saya tak mampu menjawab pertanyaan Pak Harto tersebut. Bagaimanapun saya merasa malu. Malu kepada kedua <em>Founding fathers</em> ini, terlebih merasa malu pada diri sendiri. Karena terus terang, meskipun peran saya teramat kecil ketika itu, saya termasuk orang yang mengaku reformis itu. Sedangkan kenyataannya sekarang ini...</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Ya, begitulah. Para elit seakan tak lagi memikirkan nasib rakyat yang kian terombang-ambing tak menentu. Mereka justru sibuk sikut sana tendang sini demi mengamankan ambisi diri sendiri dan golongannya masing-masing. ***</span></div>
<div style="line-height: 1.325em; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">#<em>Sekilas dalam Dialog Imajiner bersama dua mantan Presiden </em></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-92027334931313336892016-05-02T08:58:00.000+07:002016-05-02T09:01:21.569+07:00Awal Mula Munculnya Partai Komunis di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU1KTIruNB2LdvN1ZN-9Dn-1hGkmQtjCyepmB5dYXpRQ54y-Q536UZEnyclD2CJnpNiSAemdFfm9UdwNIVM3gKkXdjJpFUjjbNKnOs0By_1zT0d9BD7AfZj2rj7lR9FaA9MwhEpxTAZEv1/s1600/tuntutan_pembubaran_pki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU1KTIruNB2LdvN1ZN-9Dn-1hGkmQtjCyepmB5dYXpRQ54y-Q536UZEnyclD2CJnpNiSAemdFfm9UdwNIVM3gKkXdjJpFUjjbNKnOs0By_1zT0d9BD7AfZj2rj7lR9FaA9MwhEpxTAZEv1/s400/tuntutan_pembubaran_pki.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;">Belakangan ini di negeri kita sedang ramai
diperbincangkan mengenai munculnya tuntutan agar Presiden Jokowi menyampaikan
permintaan maap kepada korban pelanggaran Ham pasca-1965. Tuntutan itu muncul
dari kelompok pegiat hak asasi manusia, termasuk juga lembaga Komnas HAM. Bahkan
baru-baru ini telah diselenggarakan sebuah simposium terkait hal itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;">Tragedi yang bermula dengan peristiwa pembantaian
tujuh perwira TNI-AD, yakni enam perwira tinggi dan satu perwira pertama itu
selama ini dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September, dan di belakangnya
selalu ditambah dengan tulisan PKI (Partai Komunis Indonesia). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;">Sejarah Orde Baru menulis apabila peristiwa tersebut
memang terkait dengan PKI yang selama awal kemerdekaan negara ini sampai
tumbangnya rezim Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno dilegalkan
di Indonesia. Bahkan termasuk parpol yang memiliki basis massa lumayan banyak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;">Terlepas dari pro dan kontra tuntutan permintaan
maap pemerintah terhadap para korban pasca peristiwa G30S/PKI itu, penulis
mencoba mencari tahu awal mula munculnya partai politik yang sejak rezim Orde
Baru sampai sekarang dinyatakan terlarang itu. <b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifgZFotuWDnT5eHxinvQiH5Jvd3rBwyNaB7VmNy60UxJQsO4vFYRPP0WYL69Bw9QvO5zratdrz1dDf0DQ-WoT1ZKz2Nr4yex5Ls8JYVf-jhd1XYiHvh0oNFFiYBxVaq1kch4AVyYGIZGzP/s1600/PKI.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifgZFotuWDnT5eHxinvQiH5Jvd3rBwyNaB7VmNy60UxJQsO4vFYRPP0WYL69Bw9QvO5zratdrz1dDf0DQ-WoT1ZKz2Nr4yex5Ls8JYVf-jhd1XYiHvh0oNFFiYBxVaq1kch4AVyYGIZGzP/s320/PKI.png" width="272" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large; mso-bidi-font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b>Awal mula terbentuknya</b> PKI tak bisa
dipisah dari untaian Sarekat Islam (SI) dan Indische Sociaal
Democratische Vereniging (ISDV). Sedikit banyak rekam jejak Sarekat Islam
sudah diulas dalam serial sebelumnya. Kini, giliran ISDV... <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Majalah <i>De
Indier</i>, pimpinan Dr. Tjipto Mangunkusumo edisi Mei 1914 memuat berita
lahirnya ISDV. Berikut cuplikannya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Dengan
dipersiapkan terlebih dahulu oleh Tuan Reeser, seorang pemuda dari kaum sosial
demokrat Hindia, pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 1914 telah berlangsung di
Gedung Marine Surabaya, rapat pertama kaum sosial demokrat Hindia di mana
dihadiri oleh lebih dari 30 orang, sementara yang bertempat tinggal jauh mengirimkan
telegram dan surat persetujuannya.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sejak
lahir, ISDV merumuskan 8 pasal programnya; <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">1.
Memperjuangkan kemerdekaan atas kehancuran kapitalisme. Kaum buruh dan tani
karena senasib harus bersatu melawan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">2.
Mempersatukan rakyat, buruh dan tani segala bangsa dan agama atas dasar
perjuangan kelas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">3.
Mendidik rakyat dengan pengetahuan sosialisme.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">4.
Membangun koperasi untuk kaum tani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">5.
Membangun serikat-serikat buruh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">6.
Menerbitkan surat kabar-surat kabar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">7.
Menyiarkan buku-buku sosialisme.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">8. Turut
memilih dalam pembentukan badan-badan perwakilan dan berjuang dalam badan-badan
perwakilan ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">"Dengan
program 8 pasal tersebut, ISDV berusaha mengadakan persatuan dengan Sarekat
Islam, Budi Utomo dan Indische Party," tulis Busjarie Latif
dalam <i>Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965)</i>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Usaha
ISDV membuahkkan hasil. Para jurnalis dari kelompok-kelompok tersebut bersatu
membangun Inlandse Journalisten Bond (IJB) pada 1914. Sekadar catatan,
masa itu sebuah organisasi normlanya punya surat kabar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Dalam
kepemimpinan IJB, terdapat nama Dr. Tjipto Mangunkusumo dari Indische Party,
Agus Salim dari Sarekat Islam, dan Marco dari ISDV.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Nama
Tjiptomangunkusumo dan Haji Agus Salim cukup familiar. Bagaimana dengan Marco
dari ISDV? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Si
Tajam Pena</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Nama
panjangnya Marco Kartodikromo. Bila Anda googling nama tersebut, maka akan
didapat informasi bahwa dia adalah jurnalis dan penulis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Ada
kisah Marco yang belum banyak diketahui orang, dan agaknya mbah gugel juga
belum tahu. Khusus buat pembaca sekalian, kita akan ceritakan (sebenarnya
ini rahasia)...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Marco
anak nakal dari Cepu. Sangat nakal. Dia pandai main pisau. Lempar pisau memang
keahliannya. Nah, suatu waktu dia dititipkan ke Tirto Adhi Soerjo,
pemimpin redaksi <i>Medan Prijaji</i>--sekaligus pendiri
Sarekat Dagang Islam, kemudian berganti Sarekat Islam (SI).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Di
tangan Tirto, Marco yang tadinya si tajam pisau, berubah menjadi si tajam pena.
Tirto menempahnya jadi jurnalis di <i>Medan Prijaji</i>. Saat <i>Medan
Prijaji</i> digulung pemerintah Hindia Belanda, dia menulis untuk <i>Sarotomo</i>, korannya
SI cabang Solo. Kemudian Marco menerbitkan <i>Doenia Bergerak</i>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Karena
penanya yang tajam, tokoh IJB ini kerap keluar masuk penjara kolonial, terkena
delik pers. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Di ranah
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia, anak didik Tirto ini pernah menjadi
pimpinan teras SI Solo, ISDV dan kemudian PKI. Dia ikut dibuang ke Boven
Digul ketika meletus pemberontakan PKI 1926-1927.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Kongsi
Para Jurnalis</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Angin
Revolusi Rusia 1917 sampai pula ke Hindia Belanda. Tjipto Mangunkusumo
menaikkan tulisan Sneevliet, dedengkot ISDV tentang kemenangan Lenin dan kaum
Bolshevik di surat kabar yang dipimpinnnya, <i>De Indier</i>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">"Lonceng
kemerdekaan kini terdengar di mana-mana...apakah suara lonceng kegembiraan juga
sampai di kota-kota dan desa-desa negeri ini?..di sini hidup rakyat yang
menghasilkan kekayaan yang telah berabad-abad mengalir ke lemari besi kaum
yang berkuasa di Eropa Barat, terutama di negeri kecil yang
menjalankan kekuasaan politik di sini..." --begitu cuplikan tulisan
Sneevliet di <i>De Indier,</i> 19 Maret 1917. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Seiring
berjalan waktu, kongsi kaum pergerakan dari berbagai aliran tak lagi hanya di
ranah jurnalistik. Sebab memahami bahwa organisasi hanyalah alat
perlawanan, maka, tak sedikit aktivis yang rangkap organ dan rangkap
jabatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Hal ini
tercermin dalam perdebatan kubu Semaoen, Ketua SI Semarang dan kubu Hartogh,
Ketua ISDV saat kongres VII ISDV di Semarang, 23 Mei 1920. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Semaoen
bersikeras merubah ISDV menjadi PKI. Sementara Hartogh menolak. Berikut
cuplikan ringkas perdebatan kedua kubu tersebut, sebagaimana dilansir dari
majalah ISDV, <i>Het Vrije Woord, 25 Juni 1920: </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Semaun,
Bergsma, cs</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">: <i>Banyak
orang menamakan dirinya sosialis, tetapi sebetulnya mereka
pengkhianat-pengkhianat sosialis. Di Hindia juga terdapat
sosialis-sosialis palsu. Sosialisme palsu mematahkan
kepercayaan-kepercayaan proletariat akan kemampuan dirinya sendiri dan
terpaksa menggantungkan diri pada kapitalisme</i>. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Hartogh</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">: <i>Sudahkah kita siap
sekarang? Pergerakan sosialisme di Indonesia baru tumbuh. Masih ada orang
yang merangkap keanggotaan Budi Utomo dengan ISDV dan sebagainya. Dan
usul perubahan ini baru kemauan dari beberapa orang saja, belum kemauan anggota
yang luas</i>.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Pendeknya,
kubu Semaoen berhasil memenangkan gagasannya. Itulah kongres terakhir ISDV,
karena selanjutnya organ ini berganti nama jadi PKI.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">PARTAI</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> Komunis Indonesia lahir
dari "persekawinan" Sarekat Islam (SI) dan Indische Societal
Democratishe Veereniging (ISDV). Mari kita telusuri rekam jejak dua organ
tersebut. Dimulai dari Sarekat Islam...<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Pemimpin
redaksi <i>Medan Prijaji</i>, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo mendirikan
Sarekat Dagang Islamiah--kemudian menjadi Sarekat Dagang Islam--di Bogor, pada
1909. Tirto adalah kakek buyut dari penyanyi Dewi Yull.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">"Maka
R.M Tirto Adisuryo berkelilinglah seluruh Jawa tapi yang dikunjunginya hanya
kota-kota besar saja. Di kota-kota besar itu masing-masing dianjurkan
mendirikan Sarekat Dagang Islam. Akhirnya dia sampai di Solo," papar
Dr. Moh. Hatta dalam<i>Permulaan Pergerakan Nasional</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Apa yang
diceritakan Bung Hatta berkesesuian dengan surat rahasia Residen Surakarta,
F.F. van Wijk pada Gubernur Jenderal Idenburg, 11 Agustus 1912: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Perhimpunan
Sarekat Dagang Islam didirikan di sini (Solo--red) beberapa bulan yang lalu
oleh redaktur kepala Medan Prijaji yang terkenal itu; Raden Mas
Tirtoadisurjo. Juga di Buitenzorg sudah berdiri perhimpunan seperti itu
juga pada 1909. Dalam waktu dekat jumlah anggota membengkak cepat</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sekadar
catatan, penulisan nama Tirto di atas berbeda-beda sesuai sumber rujukan
literatur. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Nama
Sarekat Dagang Islam (SDI) tidak lama. Merujuk pasal I Peraturan Dasar yang
disusun Tirto tanggal 9 November 1911, "Perkumpulan Sarikat Islam
akan didirikan pada tiap-tiap tempat di mana terdapat anggota sekurang-kurangnya
50 orang...kalau anggotanya kurang dari 50 orang, tidak diadakan."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Setahun
kemudian, persisnya 10 September 1912, Sarekat Islam dicatatkan di notaris.
"Sifat perkumpulan itu disebutnya nasional demokratis. Ini berbau
politik," kata Bung Hatta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dalam <i>Naar Aanleiding van de Relletjes</i>, menulis,
"<i>Tirto gaf de leiding over aan H. Samanhoedi van Solo</i>. (Tirto
menyerahkan kepemimpinan (SI--<i>red</i>) ke H. Samanhudi dari Solo."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Lima
tahun lamanya Haji Samanhudi memegang tampuk kepemimpinan SI, "kemudian
tersingkir sama sekali oleh Tjokroaminoto setelah ia membuat Central SI
tandingan," tulis Pramudya Ananta Toer dalam <i>Sang Pemula</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Tjokroaminoto
kakek buyut penyanyi Maia Estianty. Di bawah kepemimpinannya, SI meluas. Dia
tokoh legendaris SI. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">SI
Merah</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><br /></b>
Kongres SI V diadakan di Yogyakarta, 2 hingga 6 Maret (versi Semaoen 1921 dan
versi Lembaga Sejarah PKI 1920. Keduanya menggunakan tanggal yang sama.
Hanya beda tahun). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Dalam
kongres itu, dua kader terkemuka SI, Semaoen dan Haji Agus Salim menyusun dasar
baru organisasi. Disimpulkan bahwa kapitalisme-lah pangkal bala penjajahan
di lapangan kebangsaan dan perekonomian. Dan ini harus dilawan.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Mengusung
semangat yang sebetulnya sama, sama-sama melawan kapitalisme, Semaoen,
Komisaris SI Daerah Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang, mendirikan
dan terpilih menjadi ketua PKI pada 23 Mei 1920. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Ini
membuat Abdul Muis, tokoh SI Bandung berang. Dia menyoal masalah rangkap
keanggotaan. Maka pada Kongres SI VI, 10 Oktober 1921 di Surabaya, setelah
melampui perdebatan sengit, diputuskan anggota SI yang komunis dan pro
komunis keluar dari SI.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Kubu
komunis tidak begitu saja menyerah. Mereka membentuk SI Merah dan mempengaruhi
kongres SI 1923 di Madiun. Ratusan bendera merah bergambar palu arit
bergantungan di dinding dan di meja podium. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">"Kongres
ini berjalan dalam suasana ribut dan kacau, di mana podium digulingkan,"
tulis Busjarie Latif dalam <i>Manuskrip Sejarah PKI (1920-1965)</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;"><a href="http://www.jpnn.com/read/2015/09/28/329502/Ini-Dia-Nih-Cikal-Bakal-PKI-" target="_blank">Baca selengkapnya...</a></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-14534204086067380812016-05-01T19:32:00.002+07:002016-05-01T19:32:31.428+07:00Sepasang Suami-Istri Pada Suatu Ketika<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3WdWeBAsnONLPQSF2sFfxiaIfuw2DhVHKQZYU91B00YxsfqlnD5IZKIObCahqzTX2WuUL0pHWV-16fFMFHIJ7vwVdUDRjbAs4GafT1MeJ4j5TzlvtEp0UHLPlicDb6I6HBZgt_qQuCG7f/s1600/suami-istri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3WdWeBAsnONLPQSF2sFfxiaIfuw2DhVHKQZYU91B00YxsfqlnD5IZKIObCahqzTX2WuUL0pHWV-16fFMFHIJ7vwVdUDRjbAs4GafT1MeJ4j5TzlvtEp0UHLPlicDb6I6HBZgt_qQuCG7f/s400/suami-istri.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Menjelang senja yang basah usai hujan sepanjang sore tadi, sepasang suami istri sedang menikmati teh hangat sambil menanti tibanya malam hari, di teras belakang rumah mereka.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> “Sepertinya kamu tidak pernah merindukan cucu kita yang di Jakarta, ya ?!” kata istrinya seraya membetulkan letak kacamatanya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Ah, siapa bilang ? Justru saking rindunya aku tidak lagi bisa menulis seperti biasanya.” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Lalu apa saja yang dikerjakan saban malam di kamar kerja ?” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Paling hanya membaca. Dan kalau tidak, mengikuti berita dari media online. Itu saja.” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Hmmm... Pantesan dua minggu ini kamu tidak pernah lagi ke bank.” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Lewat ekor matanya, istrinya melihat suaminya mengeluarkan bungkusan rokok kretek dari saku jaketnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> “Pantesan batuk-batuk terus. Rupanya kamu belum juga berhenti...” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Seperti maling yang tertangkap basah, suaminya buru-buru memasukan lagi bungkusan rokok kreteknya. Tapi terlambat. Istrinya berdiri, lalu mendekatinya seraya tangannya merogoh saku jaket suaminya. Bungkusan rokok itu kemudian dilemparkannya ke halaman yang masih tergenang air hujan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> *** </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Usai shalat Maghrib, istrinya duduk di depan televisi. Sementara tangannya masih tetap memegang tasbih. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Tak lama kemudian, ia memanggil suaminya dengan suara yang menengahi suara penyiar di televisi.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> “Pak, coba ke sini. Ada berita dari Poso. Pasukan Brimob katanya akan melakukan operasi lagi untuk mengepung Santoso. Siapa tahu si sulung disorot kamera...” </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dari dalam kamar suaminya tergesa keluar. Lalu duduk di samping istrinya. Hanya saja dia lupa dengan rokok yang dijepit jari tangan kirinya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Nah, sudah diingatkan masih bandel juga rupanya...” jerit istrinya sambil menatap tajam. Suaminya tersenyum kikuk. Lalu beranjak menuju pintu depan. Rokok kretek yang masih panjang itu dibuangnya ke luar.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Masih jorok lagi. Buang rokok sembarangan. Seperti suka menyapu saja,” omel istrinya lagi. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">“Sudah. Jangan duduk di dekatku. Malam ini pun jangan tidur di kamarku. Bau rokok!” Keduanya duduk berjauhan. Sedangkan di layar televisi penyiar telah menyampaikan berita lain lagi. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Tak ada lagi pembicaraan di atara mereka. Keduanya seakan asyik dengan menyaksikan tayangan acara di layar kaca. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebuah sinetron yang seakan gambaran perjalanan hidup rumah tangga mereka. Sepasang suami-istri yang kesepian menjelang hari tuanya. Anak-anaknya sudah pergi meninggalkan keduanya untuk mengikuti gurat nasibnya masing-masing. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sebagaimana tugas orang tua, setelah dilahirkan dari rahim ibunya, keduanya membimbing dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih-sayang. Dan setelah anaknya dewasa, suami-istri itu pun kembali hidup hanya berdua saja. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Saat melirik, tampak istrinya komat-kamit. Lalu perlahan dia beranjak menuju kamar kerjanya. Meninggalkan istrinya yang tampaknya masih terpukau dengan lakon itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> *** </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Lelaki tua itu duduk di kursi goyang. Sebuah novel lama karya Ernest Hemingway, The Old Man and The Sea sedang dibacanya. Padahal sudah berulang kali dalam hidupnya lelaki itu membaca karya pengarang Amerika Serikat yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Mata lelaki itu memang sedang mengeja kata demi kata yang tertera dalam buku cerita itu. Akan tetapi pikirannya melayang-layang jauh sekali. Seperti mengikuti Pak tua yang berlayar untuk memancing di samudera luas. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Ia teringat kepada anaknya yang sulung, dan sudah beberapa tahun ini tidak pernah bertemu lagi. Kecuali bicara lewat sambungan telpon genggam dengan fitur video call. Pernikahannya dengan gadis di tempat tugasnya, sampai sekarang sesudah memiliki anak, tidak sekalipun melihatnya secara langsung. Jarak yang memisahkan orang tua dan anaknya itu mesti ditempuh dengan melewati laut dan udara yang lumayan jauh. Selain biaya perjalanan yang lumayan mahal, juga kesibukan mengurus kebutuhan hidup sehari-hari menjadi kendala yang sulit untuk dienyahkan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sedangkan anaknya yang kedua, yang biasanya mudik bersama suami dan anaknya saban ada libur panjang, sejak mengantar pulang ibunya dari ibadah umrah setahun lalu, setelah itu tak pernah mengunjunginya lagi. Mungkin karena masih tersinggung saat suaminya diomeli gara-gara bersikap tidak sopan terhadap dirinya. Bukannya sok gila hormat, tapi seorang anak sudah sepatutnya bersikap hormat pada orang tuanya. Apalagi di depan mertua sendiri, memantunya itu bersikap kasar pada istrinya, yang tak lain anaknya sendiri. Jangan-jangan di belakangnya malah diperlakukan lebih dari itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Akan tetapi semua itu sudah terjadi. Anak-anak yang sudah dewasa telah memilih jalannya sendiri-sendiri. Sebagai orang tua mungkin sekarang ini paling hanya menyaksikannya saja. Sebagaimana menyaksikan sebuah lakon sinetron saja. ***</span><br />
<br style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-family: 'open sans', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><a href="http://fiksiana.kompasiana.com/arsudradjat/sepasang-suami-isteri-pada-suatu-ketika_56c753e00223bd1c0ba541d3" target="_blank">Dapat ditemukan juga di</a>...</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-71983831257056498942016-05-01T17:27:00.000+07:002016-06-01T08:07:57.844+07:00Inilah Pelajaran Berharga dari Yusril Ihza Mahendra<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCMo3SHYOGYSfYLL6BA4X7v27v_lSJLdgUWO2SQHiNjXtI5fE6y_0MAx4cOirECzlJ0M3Yn14xvMmFrjt9xUXx96fuLPkst8ibJE-mkipdterrWQs8Mq1MPTw2d11ulcDNMieV1iMQo-V8/s1600/Yusril+Ihza+Mahendra.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCMo3SHYOGYSfYLL6BA4X7v27v_lSJLdgUWO2SQHiNjXtI5fE6y_0MAx4cOirECzlJ0M3Yn14xvMmFrjt9xUXx96fuLPkst8ibJE-mkipdterrWQs8Mq1MPTw2d11ulcDNMieV1iMQo-V8/s400/Yusril+Ihza+Mahendra.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Postingan ini terkait dengan bahasan sebelumnya, yaitu bagaimana setiap jurnalis harus memiliki semangat dan sikap sebagai “cub reporter.” Karakter dari “cub”, yakni anak singa yang lincah loncat sana loncat sini sebagaimana telah saya jelaskan, harus dijadikan “ethos” kerja wartawan, bahkan bagi wartawan senior sekalipun.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Namun demikian, menjadi “cub reporter” saja tidaklah cukup. Lincah saja tidak cukup. Bagaimana mungkin kelincahan dimiliki tetapi saat berhadapan dengan narasumber si wartawan lincah itu langsung diam seribu bahasa? Jangan sampai prilaku memalukan ini terjadi saat bekerja di lapangan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Apa yang harus dilakukan seorang jurnalis agar tidak terdiam seribu bahasa saat menghadapi narasumber yang berhasil dikejar atau ditangkapnya?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pengetahuan! Ya, pengetahuan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Izinkan saya menulis sebagaimana judul tulisan ini, yakni tentang pelajaran menulis berita dari Yusril Ihza Mahendra. Apa kaitannya Yusril dengan dunia jurnalistik? Apa kaitannya profesor hukum tata negara itu dengan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang wartawan?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Izinkan saya bercerita.....</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pada kurun waktu 1997-1998, sesaat setelah pemerintah Soeharto tumbang, dipersiapkanlah seperangkat undang-undang oleh orang-orang orde reformasi. Bukan hanya itu, bahkan "babon"-nya undang-undang, yakni konstitusi yang dikenal sebagai Undang-undang Dasar 1945 (UUD 45) -yang sebelumnya “sakral” untuk disentuh (diubah) seperti halnya kitab suci— turut diubah juga. Sesuatu yang luar biasa saat itu.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sebagai jurnalis, saya kemudian bersinggungan dengan draft perubahan atau amandment konstitusi ini. Demikian alot pergulatannya, sampai-sampai ada partai yang menghendaki 7 kata dalam Piagam Jakarta pun dimasukkan kembali. Sekadar mengingatkan, makna dari “tujuh kata” ini adalah, sistem politik dan pemerintahan NKRI dijalankan beradasarkan syariat Islam.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pergulatannya memang ada di tingkat Panja maupun Pansus, tetapi kandas sebelum masuk Sidang Paripurna. Akan tetapi yang jelas, harapan ini kandas karena mayoritas anggota MPR belum menghendakinya. Sebagai sebuah perjuangan dari kalangan umat Islam, ini juga tercermin dalam amandment konstitusi itu.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Ups... tulisan ini tidak bermaksud berpanjang-panjang menjelaskan soal konstitusi, tetapi kembali ke cerita awal, bahwa pada kurun waktu itu, yakni 1997-1998, saya banyak bersinggungan dengan sejumlah pakar, khususnya hukum tata negara, dan dalam kaitan inilah saya mengenal Profesor Yusril Ihza Mahendra.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Saat kran pendirian parpol dibuka, tersebutlah 48 partai politik yang berhak ikut Pemilu 1999. Yusril adalah salah satu pendiri dan bahkan ketua Partai Bulan Bintang. Tetapi sekali lagi, persinggungan saya dengan Yusril lebih banyak soal hukum tatanegara tinimbang personanya sebagai petinggi partai politik.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Dari persinggungan itu, Yusril adalah pakar hukum tata negara yang secara tidak langsung mengajarkan saya tentang satu hal; PERSIAPAN!</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Saya tidak tahu, mungkin juga tidak terlalu peduli, apakah rekan-rekan wartawan dari media lain yang berkerubung di Gedung MPR-DPR itu “ngeh” dengan “ajaran” Yusril yang tak nampak (invisible) ini, tetapi bagi saya itu nyata. Saya bahkan sampai ambil kesimpulan saat itu; jangan sekali-kali bertanya tentang hukum tata negara untuk kepentingan amandment konstitusi kalau kita tidak siap dan tidak punya persiapan!</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Ciri khas Yusril sebagai pakar hukum tata negara adalah “balik bertanya” kepada wartawan yang mencecarnya tetapi dengan catatan, cecaran si wartawan itu dilihatnya sebagai peluru hampa. Yusril akan dengan mudah menangkap pertanyaan keliru wartawan, baik secara historis berupa gejala anakronisme, etika, maupun butir-butir pasal dan kaitannya dengan turunan Tap MPR dan Undang-undang.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sebagai contoh, jangan bertanya apakah Tap MPR yang dianggap sebagai pembenaran rezim untuk hal-hal yang luput diatur konstitusi perlu didihapus atau tidak. Salah-salah Yusril akan balik bertanya, “Menurut Saudara sendiri (wartawan), apakah Tap MPR masih perlu dipertahankan atau dihapus?”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Inilah ciri khas Yusril. Kalau saya selaku wartawan tidak siap dengan jawaban itu, mau ditaruh di mana wajah saya ini! Ketika Yusril sebagai narasumber meminta wartawan menjawabnya, secara etis wartawan juga harus mampu menjelaskannya. Kepada Yusril, tidak bisa berapologi, “Lho saya ‘kan wartawan, tugas saya ‘kan bertanya!”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tidak. Itu tidak berlaku bagi Yusril. Dia tahu wartawan sedang mencari isu. Lalu pertanyaan yang paling gampang disampaikan meski tanpa persiapan alias hanya berbekal “peluru hampa” adalah soal perlunya Tap MPR dipertahankan atau sebaliknya dihapus. Yusril tahu, jawaban “ya” atau “tidak” darinya akan disusul kembali oleh pertanyaan wartawan, “mengapa ‘ya’ atau mengapa ‘tidak’”.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Bagi Yusril, pekerjaan wartawan bukan jadi “penadah” muntahan omongan orang, kendati itu omongan profesor sekalipun. Wartawan bukanlah “ember” penampung omongan orang. Juga bukan “tape recorder” atau aplikasi perekam suara. Bagi Yusril, wartawan adalah “teman diskusi” dan hasil chit-chat itulah yang bakal dijadikan isu, kemudian ditulis di media pada keesokan harinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Inilah yang dimaksud isi kepala tidak boleh kosong, harus selalu terisi ilmu pengetahuan. Jadi “cub reporter” yang lincah saja tidaklah cukup. Jika kepala sudah terisi mengenai pengetahuan ketatanegaraan, misalnya, pertanyaan yang memancing jawaban “ya” atau “tidak” mungkin tidak akan disampaikan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Format pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak” perlu dihindarkan. Berbeda misalnya jika pertanyaan wartawan dibungkus seperti dialog dengan sedikit memberi “repertoir” (pembuka) sebagai berikut:</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
“Tap MPR selama pemerintahan Orde Baru sering dijadikan alat kekuasaan. Ada wacana menghapus seluruh Tap MPR, padahal secara hierarkis Tap MPR berada di bawah konstitusi dan beberapa di antaranya diperlukan untuk mengatur ketatanegaraan sebagai penjabaran konstitusi. Apakah Tap MPR memang sudah tidak diperlukan lagi untuk kondisi sekarang ini?”</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sebagai pakar hukum tatanegara, Yusril akan menjelaskan konsekuensi kalau sebuah Tap MPR/MPRS dihapus. Misalnya Tap MPRS XXV/1966 tentang Pembubaran PKI dihapus, konsekuensinya PKI bisa hidup kembali di Indonesia. Bukankah ini berita besar?</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Dari wawancara ini saja wartawan kira-kira bisa menangkap isu besar atas apa yang ditanyakannya kepada Yusril selaku narasumber. Isu PKI masih dianggap “seksi”, apalagi saat kran reformasi dibuka, seolah-olah partai politik berhaluan komunis itu bisa hidup lagi, apalagi dengan “mengakali” penghapusan Tap MPRS yang terkait pemburannya.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sekarang, Yusril, pakar hukum tata negara yang sedang saya ceritakan ini, tengah berjuang untuk bisa menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Itu urusannyalah, yang pasti tulisan ini bukan mengenai politik.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tulisan ini semata-mata mengenai dunia kepenulisan dan jurnalistik yang kebetulan sosok Yusril telah menginspirasi saya selaku jurnalis lapangan. Bahwa di luar ada sekelompok orang tidak menyukai sepak terjangnya, membenci sikapnya yang katanya "nyinyir", saya harus mengatakan “It’s none of my business”. Ini soal dunia tulis-menulis!</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Okay... pada kesempatan berikutnya saya akan membahas bagaimana cara “mengisi” atau “men-charge” kepala jurnalis dengan “vitamin” yang bermutu itu, agar saat ditanya balik oleh narasumber seperti Yusril wartawan tidak gelagapan...</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<a href="https://web.facebook.com/Pepih.Nugraha/posts/1226049287405430:0" target="_blank">Baca selengkapnya...</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-9748273809689838532016-05-01T12:29:00.001+07:002016-05-01T12:29:40.840+07:00Proklamasi tanpa Bung Kecil<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOiIaFwyQ59A087TRgEF98KQf6K2VFwR24xCeylzzua0DWRsJ45ejdzR5XCcvaXpjPfOAvI_bkpixzRWqwJPz482WUkhs7bJVRrwndr_Cg47yUpk4ybIKOthpj8gQtjPCJsVLmr7fp3z59/s1600/Proklamasi_indonesia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOiIaFwyQ59A087TRgEF98KQf6K2VFwR24xCeylzzua0DWRsJ45ejdzR5XCcvaXpjPfOAvI_bkpixzRWqwJPz482WUkhs7bJVRrwndr_Cg47yUpk4ybIKOthpj8gQtjPCJsVLmr7fp3z59/s400/Proklamasi_indonesia.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">JALAN Maluku 19, Menteng, Jakarta, dua hari sebelum proklamasi. Soebadio Sastrosatomo, kala itu 26 tahun, bertamu ke rumah Sjahrir. Badio, begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia. Kelak keduanya bersama-sama mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Siang terik. Badio haus luar biasa. Sjahrir menawari anak muda itu minum, tapi Badio menolak. Itu hari di bulan Ramadan: Badio sedang puasa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Ada yang tak biasa pada Sjahrir hari itu: rautnya sumpek. Sebelumnya, si Bung baru saja bertemu dengan Soekarno, yang mengajaknya bermobil keliling Jakarta. Di jalan, Soekarno mengatakan tak secuil pun ada isyarat Jepang akan menyerah. Soekarno ingin membantah informasi yang dibawa Sjahrir sebelumnya bahwa Jepang telah takluk kepada Sekutu.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Sjahrir mengatakan ini sebelum Soekarno-Hatta berangkat ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara. Sjahrir berkesimpulan tak ada gunanya berunding dengan Jepang. Pada 6 Agustus 1945, Jepang toh telah luluh-lantak oleh bom atom Sekutu.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Mengetahui Bung Karno tak mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Soekarno dengan mengatakan siap mengantar Bung Besar itu ke kantor Kenpeitai, polisi rahasia Jepang, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan. Sjahrir mengambil risiko: di kantor intel itu ia bisa saja ditangkap.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"></span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"></a><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tapi Soekarno menolak. Ia yakin Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak menyampaikannya secara terbuka kepada Bung Karno.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Kepada Badiolah murka itu dilampiaskan. "Sjahrir mengumpat Soekarno man wijf, pengecut dan banci," kata Badio dalam Perjuangan Revolusi (1987). Menurut Badio, itulah marah paling hebat Sjahrir sepanjang persahabatan mereka.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Soekarno tahu Sjahrir sering memakinya. Dalam biografi karya Cindy Adams, Soekarno mengatakan Sjahrir menyalakan api para pemuda. "Dia tertawa mengejekku diam-diam, tak pernah di hadapanku. Soekarno itu gila... kejepang-jepangan... Soekarno pengecut."</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Sehari sebelum Badio berkunjung, 14 Agustus 1945, Sjahrir dan Hatta menemui Soekarno di rumahnya di Pegangsaan Timur 56 dan meminta Bung Karno segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan. Soekarno berjanji mengumumkan proklamasi pada 15 Agustus setelah pukul lima sore. Sjahrir segera menginstruksikan para pemuda mempercepat persiapan demonstrasi. Mahasiswa dan pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang, Domei, bergerak cepat menjalankan instruksi itu.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tapi Sjahrir mencium gelagat Soekarno tak sepenuh hati menyiapkan proklamasi. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, badan yang bertugas menyiapkan kemerdekaan sesuai dengan permintaan Jepang, tak menunjukkan gelagat akan berhenti bekerja.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Panitia misalnya mengagendakan sidang pertama 19 Agustus 1945. Soekarno ketua dan Hatta wakil dalam panitia ini. "Ini akal-akalan Jepang," kata Sjahrir dalam Renungan dan Perjuangan. Sjahrir mengusulkan proklamasi tak menunggu Jepang. Proklamasi, kata Sjahrir, bentuk perlawanan terhadap Jepang. Inilah saatnya melancarkan aksi massa. "Aku penuh semangat. Aku yakin saatnya telah tiba. Sekarang atau tidak sama sekali," kata Sjahrir.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Pukul lima sore 15 Agustus itu, ribuan pemuda berkumpul di pinggir kota. Mereka siap masuk Jakarta segera setelah proklamasi. Begitu proklamasi disiarkan, pemuda akan langsung berdemonstrasi di Stasiun Gambir. Domei dan Gedung Kenpeitai akan direbut. Ternyata, pukul enam kurang beberapa menit, Soekarno mengabarkan belum akan mengumumkan proklamasi. Soekarno menundanya sehari lagi.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Kabar ini membuat ribuan pemuda pengikut Sjahrir marah. Sjahrir menduga polisi rahasia Jepang tahu rencana proklamasi. Para pemuda mendesak proklamasi diumumkan tanpa Soekarno-Hatta. Tapi Sjahrir tidak setuju. Ia khawatir konflik akan terjadi di antara bangsa sendiri.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tapi kabar bahwa proklamasi batal diumumkan tak sempat dikabarkan ke Cirebon. Pemuda di Cirebon di bawah pimpinan dokter Soedarsono-ayah Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono-hari itu juga mengumumkan proklamasi versi mereka sendiri. Mereka mengatakan tidak mungkin menyuruh pulang orang yang telah berkumpul tanpa penjelasan.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Pada 15 Agustus tengah malam, Badio menemui Sjahrir. Badio mendesak Sjahrir membujuk Soekarno dan Hatta segera mengumumkan proklamasi. Sejam kemudian, Badio menemui kembali Sjahrir. Tapi, dari Sjahrir, kabar tak enak itu didengar Badio: Dwitunggal menolak menyampaikan proklamasi meski Sjahrir telah mendesak.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Pemimpin pemuda lalu pergi. Menurut Badio, mereka bertemu di Cafe Hawaii, Jakarta. Di sini mereka memutuskan untuk menculik Soekarno. Keputusan ini juga melibatkan kelompok lain, di antaranya Pemuda Menteng 31, seperti Wikana, Chaerul Saleh, dan Soekarni, serta dokter Moewardi dari Barisan Pelopor.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Sekitar pukul dua dinihari, Badio datang lagi ke Sjahrir. Ia mengusulkan penculikan Soekarno. Sjahrir tak setuju. Ia menjamin, besoknya bisa memaksa Bung Besar membaca proklamasi.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Badio pergi. Tapi satu jam kemudian ia kembali, membangunkan Sjahrir, dan mengabarkan bahwa sekelompok pemuda nekat menculik Soekarno-Hatta. Sjahrir meminta, apa pun yang terjadi, di antara mereka jangan bertikai. Yang paling penting, kata Sjahrir, proklamasi harus diumumkan secepatnya. Soekarno dalam otobiografinya menyebut Sjahrir penghasut para pemuda. "Dialah yang memanas-manasi pemuda untuk melawanku dan atas kejadian pada larut malam itu," kata Soekarno.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Dalam buku Sjahrir karangan Rudolf Mrazek (1994), Sjahrir disebut-sebut sebagai orang yang menganjurkan Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Barat-markas garnisun pasukan Pembela Tanah Air.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Ahmad Soebardjo, yang dekat dengan Soekarno, memberi tahu pemimpin Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang Laksamana Tadashi Maeda tentang penculikan itu. Maeda memerintahkan anak buahnya, Nishijima, mencari Wikana di Asrama Indonesia Merdeka. Nishijima dan Wikana bertengkar hebat. Nishijima memaksa Wikana memberi tahu tempat Soekarno-Hatta disembunyikan. Imbalannya: Maeda dan Nishijima akan membantu proklamasi kemerdekaan. Wikana setuju.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Soebardjo, seorang Jepang, dan dua pemuda lainnya-Kunto dan Soediro-lalu menjemput Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Pukul delapan pagi, Kamis, 16 Agustus, dwitunggal itu tiba di Jakarta. Sepanjang hari hingga malam, Soekarno-Hatta dan Maeda berkunjung ke sejumlah perwira penting Jepang. Penguasa militer Jepang mengizinkan proklamasi disampaikan asalkan tak dikaitkan dengan Jepang dan tidak memancing rusuh. Soekarno, Hatta, Maeda, Soebardjo, Nishijima, dan dua orang Jepang lain menyusun teks proklamasi di ruang kerja kediaman Maeda di Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta-kini Museum Perumusan Naskah Proklamasi.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span style="color: #181818; font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px; line-height: 18px;"><a href="http://edisikhusustempo.blogspot.co.id/2013/09/proklamasi-tanpa-bung-kecil.html#more" target="_blank">Baca selengkapnya...</a></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-86421585700563874612016-04-29T08:30:00.001+07:002016-04-29T08:30:26.450+07:00Kisah Putri Basoeki Abdullah Ketemu Nyi Roro Kidul<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv012wBzU9FDHaHamEVWW8dfHgMfOfR9TmOBQS_tElvGFoDxGTc8aNcKf7Lgx8Mzab-tCZWLFAbkP6TnX60jqSAWvKQyX4bigjBEsTgd1IuUATAKrv_J4Py2R5LpixuPfbG-dym8s6MhfT/s1600/Rahasia-Dibalik-Sosok-Nyai-Roro-Kidul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv012wBzU9FDHaHamEVWW8dfHgMfOfR9TmOBQS_tElvGFoDxGTc8aNcKf7Lgx8Mzab-tCZWLFAbkP6TnX60jqSAWvKQyX4bigjBEsTgd1IuUATAKrv_J4Py2R5LpixuPfbG-dym8s6MhfT/s400/Rahasia-Dibalik-Sosok-Nyai-Roro-Kidul.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Cicilia Sidhawati, putri kedua pelukis Basoeki Abdullah, membeberkan pengalamannya sudah terjadi lebih dari 30 tahun lalu. Kata perempuan berusia 42 tahun ini, pengalaman pribadinya itu belum pernah ia ungkapkan kepada media massa. </span></div>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="background-color: white; color: #404040;" /></span><br />
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Hanya saya ceritakan ke teman-teman saja. Itu pun karena terpancing setelah mendengar cerita mistis mereka,” kata Cicilia saat ditemui di Museum Basoeki Abdullah, Selasa 27 Januari 2015 lalu.</span></div>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="background-color: white; color: #404040;" /></span><br />
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Ceritanya, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, ia diajak ayah dan ibunya, Nataya Nareerat, menginap di Hotel Samudra Beach (kini Inna Samudra Beach) di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Dia mengaku lupa kapan waktu persis kejadian ini. Ketika ayah dan ibunya sedang berada di meja penerima tamu untuk check-in, Cicilia yang sedang bermain di sekitar lobi didatangi seorang perempuan.</span></div>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="background-color: white; color: #404040;" /></span><br />
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Cantik sekali, ayu khas Indonesia, kulitnya putih, rambutnya panjang dan memakai syal hijau,” ujar Cicilia mendeskripsikan sosok perempuan tersebut. Yang membuat Cicilia heran, perempuan itu tidak takut mengenakan syal berwaran hijau. Padahal, dia dan semua anggota keluarga dan rombongan yang datang ke hotel itu dilarang keras mengenakan pakaian berwarna hijau.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">“Perempuan itu bertanya, 'Bapakmu mana?',” kata Cicilia menirukan perempuan itu yang bertutur dengan logat Jawa yang kental. Tanpa menjawab, Cicilia berlari ke arah ayahnya untuk memberitahukan kalau ada yang mencari. Tapi, belum selesai Cicilia mengatakan kepada Daddy---panggilan sayang Cicilia untuk Basoeki Abdullah---perempuan tersebut telah menghilang. “Daddy sih sudah paham kalau itu Ratu Kidul yang sudah menanti kedatangannya,” ujar Cicilia.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="line-height: normal;" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Kedatangan Basoeki Abdullah ke hotel yang pembangunannya bersamaan dengan Hotel Indonesia itu memang untuk melukis Nyai Roro Kidul atau Ratu Kidul penguasa Laut Selatan. “Daddy memang mengatakan mau melukis Ratu Kidul. Dalam bayangan saya yang masih anak-anak waktu itu, Ratu Kidul itu semacam dewi laut, yang pasti bukan berwujud manusia,” kata perempuan kelahiran Bangkok, 13 Oktober 1972 ini.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="line-height: normal;" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Cicilia mengaku melihat ayahnya keluar dari kamar tempat mereka menginap dan menuju kamar nomor 308 yang dipercaya sebagai kamar yang dihuni Ratu Kidul “Saya kan mau tahu jadi saya ikut saja Daddy keluar, tapi ibu saya melarang karena sudah tengah malam. Tapi saya sempat melihat Daddy sujud di depan pintu kamar itu, bukannya mengetuk pintu,” ujarnya.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="line-height: normal;" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Ia mengatakan tidak tahu lagi apa yang dilakukan ayahnya di dalam kamar 308 itu. “Yang pasti setelah itu Daddy kembali ke kamar dan langsung melukis. Cepat sekali selesainya dan perempuan yang ada di lukisan itu, ya perempuan yang menemui saya di lobi tadi,” ujar Cicilia sambil mengusap lengannya. “Nih, saya masih merinding, lho,” dia menambahkan...</span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #404040; line-height: 26.88px; margin-bottom: 10px; padding: 0px;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><a href="http://m.tempo.co/read/news/2015/02/03/114639453/kisah-putri-basoeki-abdullah-ketemu-nyi-roro-kidul" target="_blank">Baca selengkapnya</a></span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-44095731435554636392016-04-29T07:32:00.001+07:002016-06-01T08:14:05.602+07:00Led Zeppelin - Stairway to Heaven Live (HD)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/9Q7Vr3yQYWQ" width="480"></iframe></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-49255816774348806802016-04-29T05:39:00.002+07:002016-04-29T05:42:40.040+07:00Naik Haji Berkali-kali Pengabdi Setan!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA4b4R1AIAHbmJ_rWH_R38xNCau80HrqfxcSGNtcp9K88Sdrkqj_i-sRQIP50BFNPO5xgLKzmW-AJXMmSvroP7TZw83KTN-99hxl8wFLbWlFcdPeIhjW-UTJsx0OkiwkNpBevdyUfW63Ey/s1600/Imam+Masjid+besar+Istiqlal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA4b4R1AIAHbmJ_rWH_R38xNCau80HrqfxcSGNtcp9K88Sdrkqj_i-sRQIP50BFNPO5xgLKzmW-AJXMmSvroP7TZw83KTN-99hxl8wFLbWlFcdPeIhjW-UTJsx0OkiwkNpBevdyUfW63Ey/s400/Imam+Masjid+besar+Istiqlal.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px;"><i><br /></i></span>
<span style="background-color: white; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px;"><i>Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun.</i>.. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mustafa Yaqub telah meninggal dunia . Beliau dikenal sebagai ulama besar yang kritis menjaga nilai-nilai Keislaman.</span><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<span style="background-color: white; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px;">Salah satu kekritisannya adalah mengkritik orang yang naik haji dan umroh berkali-kali. KH Ali Mustafa heran mereka mencontoh siapa? Dia juga mengkritik para ustaz yang menjual program umroh dan naik haji berkali-kali. Menurutnya itu hanya konsumerisme, bukan lagi ibadah. Rasulullah tak pernah mencontohkan hal itu.</span><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<span style="background-color: white; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px;">"Saat saya berkunjung ke masjid Sunda Kelapa pada Ramadan, ada orang mendekati saya dan bilang, "Pak Ustad, saya baru pulang dari Makkah." Saya langsung balas, "Saya tidak tanya." Dikira ke Makkah saat Ramadan itu bagus. Kalau itu bagus, Rasulullah akan mencontohkan itu. Bila perlu setiap hari akan umrah, bila itu bagus. Yang dicontohkan Rasul justru berinfak sebanyak-banyaknya. Hingga kemudian infak itu dibelokkan ke perilaku konsumtif. Akhirnya yang menonjol konsumtifnya, bukan infaknya. </span><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<span style="background-color: white; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px;">Simak wawancara yang pernah dilakukan merdeka.com dengan almarhum beberapa waktu lalu:</span><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Saya kadang banyak mengecam. Saya menulis buku Haji Pengabdi Setan, maksudnya untuk orang berhaji ulang. Itu niatnya ikut siapa, sementara kondisi negara masih terpuruk. Indonesia kalau mengikuti indikator PBB, masih ada 117 juta orang miskin. Nabi berkata, "Tidak beriman orang pada malam perutnya kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan." Berapa juta orang Indonesia masih kelaparan. </em><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Saya tanyakan kepada ustad-ustad yang merekomendasikan haji ulang atau umrah itu. Tidak bisa menjawab, malah dia larut dalam arus konsumerisme itu. Melihat hal ini, perlu ada revolusi moral. Saya kadang merasa sendirian dalam memberitahukan hal ini. Saya sering mengatakan berhaji ulang itu rugi. Saya katakan itu dilawan banyak kalangan dan bilang, "Berhaji kok rugi." </em><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Coba bandingkan biayanya itu untuk infak sebanyak-banyaknya. Padahal nanti itu jelas ganjarannya, surga bersama nabi. Kita menyantuni anak yatim, jaminannya surga bersama nabi dalam satu kompleks. Coba berhaji, itu kalau mabrur. Itu pun surganya kelas dek, kelas ekonomi.</em><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Ini lebih kepada yang berhaji ulang. Menurut saya, itu bermasalah, sementara kewajibannya masih banyak. Kewajiban itu tidak hanya ibadah, kewajiban sosial juga banyak sekali. Tapi pura-pura buta saja. </em><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Siapa yang diikuti untuk berhaji ulang. Mana ada ayat Alquran dan hadis menyuruh berhaji ulang, sementara kewajiban sosial lain masih banyak. Mau mengikuti Rasulullah, sebutkan hadis yang menyatakan itu, tidak ada, maka kamu hanya mengikuti bisikan dan keinginan nafsu. Meski begitu masih banyak alasannya, ada yang bilang masih belum puas. Saya katakan, sejuta kali kamu berhaji, tetap kamu belum puas. Setan masuknya dari situ kok. Ada yang bilang masih belum sempurna, terus dan terus naik haji. Makanya itulah yang disebut sebagai haji pengabdi setan. </em><br />
<br style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px;" />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Mulanya mendengar itu, banyak yang menentang, tapi setelah membaca dan memahami yang saya maksud, banyak juga yang mendukung. Opini itu pertama kali saya tulis di Majalah Gatra. Ada Kiai dari Jawa Timur dikasih orang untuk membaca itu dan berkomentar, "Ini apa-apaan, haji penyembah setan." Sama orang yang memberi opini itu disuruh baca buku saya tentang hal itu, dia bilang, "Pak Kiai, komentarnya nanti saja setelah baca buku ini." Setalah baca buku itu, dia langsung bilang, "Ini yang saya cari, ayo disalin seratus, bagi ke ulama-ulama Jawa Timur." </em><br />
<em style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><br /></em>
<span style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255 , 255 , 255); border: 0px none; font-family: "arial"; font-size: 15px; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/obituari-kh-ali-mustafa-naik-haji-berkali-kali-pengabdi-setan.html" target="_blank">Baca selengkapnya...</a></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-6579734615437680432016-04-26T22:33:00.000+07:002016-04-26T22:33:18.413+07:00'Amoy' Itu Istri Saya Koq...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNqbu-9KV0dVNyV0UR-3aAaWi6tWGI2D1KX4QwCq-L6sG8A94j8uEv-u5D4QH_-ctCZpozZiN9-kKxp0R6jMr5_AMXo4t36n5p9nHQw-VBcOlQ-Dauv4_ggIpw1SBvyJWZ7MOSJZQnuoMd/s1600/Amoy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNqbu-9KV0dVNyV0UR-3aAaWi6tWGI2D1KX4QwCq-L6sG8A94j8uEv-u5D4QH_-ctCZpozZiN9-kKxp0R6jMr5_AMXo4t36n5p9nHQw-VBcOlQ-Dauv4_ggIpw1SBvyJWZ7MOSJZQnuoMd/s320/Amoy.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<a href="https://khanzakikyu.wordpress.com/2015/04/04/school-in-love-epilog-story/comment-page-1/" target="_blank">Ilustrasi</a></div>
<div class="MsoNormal">
Karena masalah pekerjaan jugalah kami, saya dan istri
tercinta harus hidup berjauhan. Saya di kota metropolitan, dan dia di kampung
halaman. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Memang pernah saya mencoba memintanya untuk pindah kerja di Jakarta, dan tinggal bersama,
sebagaimana layaknya orang berumah tangga. Tapi alasan yang ia sodorkan cukup
sederhana, dan saya pun mafhum adanya. Jakarta terlalu sumpek dan panas.
Sementara ia sudah terbiasa di kampung halaman yang udaranya masih bersih dan
segar. Dan yang paling utama, sebagai seorang guru, ia memiliki tanggung jawab
moral yang tinggi memang. Ia ingin mengabdikan diri untuk membangun kampung
halaman kami yang saat itu masih
tertinggal. Hal itu telah jadi komitmennya sejak kami belum menikah, memang.
Untuk melepas kerinduan, ahirnya dua minggu sekali saya mudik, menjelang Jumat
petang. Dan hari minggu sore saya kembali ke Jakarta. Hanya apabila tiba musim
liburan sekolah, istri saya datang mengunjungi, dan tinggal menemani saya di
kota metropolitan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ketika baru pertama kali datang di Jakarta, sengaja saya
mengundang para tetangga untuk memperkenalkan istri yang baru beberapa bulan
dinikahi. Kebetulan sebagian besar tetangga saya banyak warga keturunan
chinese, bahkan di antaranya, terutama yang sudah lansia, masih ada yang masih
totok berbahasa mandarin. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mereka ribut bertanya kepada saya dan istri ,
Enci marga-nya apa? Koq bisa ya
menikah sama orang Sunda? Dan yang lucu, adalah engkong-engkong tua yang
nyerocos mengajak bicara bahasa mandarin kepada istri saya. Tentu saja istri
saya hanya melongo saja dibuatnya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Betapa tidak. Istri saya yang dianggap amoy, sama sekali
bukan warga keturunan. Asli lho orang Sunda, sama seperti saya. Hanya kebetulan
dia memiliki kulit kuning langsat, dan mata sipit seperti mereka. Setelah saya
jelaskan kepada mereka, ahirnya merekapun mafhum adanya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akan tetapi, hubungan kami dengan tetangga warga keturunan
terasa menjadi istimewa. Setiap istri saya ada di Jakarta, para tetangga banyak
yang menganggap saudara kepada istri saya. Bahkan jika perayaan Imlek tiba,
walau istri saya sedang ada di kampung sekalipun, kami banyak menerima angpau
dari mereka. "Untuk si Enci," katanya. Terlebih jika kebetulan istri
di Jakarta, kami selalu larut ikut merayakan hari Imlek bersama mereka. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Demikian juga halnya apabila
kami sekeluarga merayakan hari besar agama kami. Terutama kalau Hari
Raya Iedul Adha (Karena kalau Hari Raya Iedul Fitri, sehari sebelum tiba
waktunya, saya sudah pamit pada tetangga
untuk merayakannya bersama keluarga di kampung halaman), istri saya yang
kebetulan sedang liburan, memasak makanan sebagaimana kebiasaan di kampung
halaman, kemudian dibagi-bagikan kepada para tetangga bersama penganan
oleh-oleh yang dibawa dari kampung... <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Sekarang hal itu tinggal kenangan saja. Saya telah lama
tinggal bersama istri di kampung halaman. Dan jika perayaan Imlek tiba,
seringkali saya dan istri tertawa, "Enci masih cantik juga ya biar sudah
tua juga..." Dan istri saya pun mencubit saya dengan mesranya...<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-63514051407721696082016-04-26T22:22:00.002+07:002016-04-26T22:22:44.643+07:00Benarkah Jati Diri Orang Sunda Identik dengan Si Kabayan?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiR7IiPd9boTacgCU30mGqpfQ3DUwd0OHJUQBcCeAYZXKNbqnTdIhi_0TjJLS2JifQzl3dkykkq0ZzMreiSnHxqmrHSMmZIYga0juSvi-uaH4i8lXN9ZE7Tv6HZZ2C98O3DxIlV3WFZUm/s1600/Kabayan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiR7IiPd9boTacgCU30mGqpfQ3DUwd0OHJUQBcCeAYZXKNbqnTdIhi_0TjJLS2JifQzl3dkykkq0ZzMreiSnHxqmrHSMmZIYga0juSvi-uaH4i8lXN9ZE7Tv6HZZ2C98O3DxIlV3WFZUm/s320/Kabayan.jpg" width="226" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
SEORANG Jakob Sumardjo, budayawan Sunda kelahiran Klaten
Jawa Tengah, dalam artikelnya yang pernah di muat dalam koran harian Pikiran
Rakyat (5/01/2008) dengan judul Kabayan Sebagai Cerita Rakyat, menyebutkan
tokoh Si Kabayan dalam cerita rakyat Jawa Barat bisa jadi simbol Sunda–air dan
Sunda-gunung sekaligus, serta menjadi jati diri sunda secara budaya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam cerita rakyat Parahiyangan (nama lain dari tatar
Sunda/Jawa Barat), tokoh Si Kabayan yang kerap disejajarkan dengan tokoh Abu
Nawas dan Koja Nasrudin itu, digambarkan sebagai tokoh yang pintar-pintar
bodoh. Maksudnya dari satu sisi begitu tampak kebodohannya, dan di sisi lain
muncul pula kepintaran/kecerdasannya secara tidak diduga. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Misalnya saja kebodohan Si Kabayan dapat dilihat dalam kisah
Si Kabayan Ngala Tutut . Karena airnya yang bening di sawah itu, sehingga
bayang-bayang awan putih dan langit yang biru begitu jelas terlihat. Di mata Si
Kabayan, sawah itu dilihatnya begitu dalam. Sehingga dia pun takut untuk turun.
Dan tutut (Keong sawah) pun diambilnya dengan menggunakan ranting kayu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kebodohan si Kabayan, menurut Jakob Sumardjo, merupakan
kebodohan yang merupakan simbolik rohani. Kita ini bodoh spiritual. Dalam hal
ini bukan hanya jati diri Sunda, tetapi juga jati diri manusia sendiri. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sementara pintarnya Si Kabayan, di dalam setiap kisahnya
terkandung filosofi hidup yang memiliki bobot intelektual dan nilai sastera
yang tinggi. Penuh dengan simbol kehidupan yang patut menjadi bahan perenungan.
Hanya saja sayangnya, kita sebagai penikmat cerita rakyat itu cenderung
melihat dari sisi <i>guguyonan</i> (humor)-nya saja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sehingga lebih jauh Jakob Sumardjo menyebutkan, bahwa
tokoh Si Kabayan merupakan tokoh paradoks. Bodoh tapi pintar. Sebagaimana sikap
hidup urang Sunda sendiri yang konon memiliki karakter ‘halus’, bukan
kasar. Kalau harus ‘kasar’, tetap ‘halus’. Tidak keras, tapi lembut.
Tidak agresif, tapi diam. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada dasarnya, sikap hidup urang Sunda agak ganda dalam arti
positif. Paradoksal. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akan tetapi masih relevankah pendapat Jakob itu untuk
kondisi sekarang ini? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Seorang tokoh masyarakat Sunda, Ginanjar Kartasasmita, malah
mengatakan kalau watak urang Sunda cenderung aing-aingan (Egois). Bila saja ada
salah seorang yang tandang-makalangan ( maju untuk berjuang) demi kejayaan
negeri, oleh yang lainnya <i>diantep-karepkeun</i>
(dibiarkan), dan tak jarang ditertawakan. Bahkan sampai juga <i>dijongklokeun</i> (dijerumuskan). <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Entahlah. Hal ini
membutuhkan penelitian yang lebih dalam. Hanya yang jelas, mungkin saja bagi
urang Sunda hidup ini serupa panggung sandiwara. Dalam sedih, ada tertawa.
Dalam marah, ada pasrah. Dan untung saja tidak seperti film dari Boolywood
sana, dalam kesedihan ada nyanyian yang dibarengi dengan tarian... ***</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-80095839782087649602016-04-26T21:32:00.001+07:002016-04-26T21:32:31.830+07:00Manusia Kamar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl2HO024Nhzm8jUmIH-KCY75dvx0tpc5nCWtsl0H1fNpDTmsAbDKWZC_zHHflz3nazugYzadlSMrCtr6MgRiaRXzU_0HE_36I7hZKT0BhN5fOnd0TiR8p-RzmagJeX9rrIDnCjq71HORK6/s1600/Manusia+Kamar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl2HO024Nhzm8jUmIH-KCY75dvx0tpc5nCWtsl0H1fNpDTmsAbDKWZC_zHHflz3nazugYzadlSMrCtr6MgRiaRXzU_0HE_36I7hZKT0BhN5fOnd0TiR8p-RzmagJeX9rrIDnCjq71HORK6/s320/Manusia+Kamar.jpg" width="223" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Cerpen Seno Gumira Ajidarma<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Pada umurnya yang ke-20
ini, ia mulai memasuki periode sinis kepada dunia. Aku telah mengenalnya
semenjak ia mulai mengenal dirinya sendiri. Ia muak melihat kepalsuan-kepalsuan
di sekelilingnya. Aku bilang padanya, dalam kehidupan itu semua biasa. Ia bisa
mengerti, tapi tak bisa menerima.Lima tahun yang lalu ia masih hidup
dengan penuh harapan. Tapi yang penting mungkin bukan sekadar harapan. Yang
penting adalah kenyataan, dan kenyataan telah membuatnya kecewa. Ia mulai jenuh
dengan basa basi. Sikapnya mulai kasar dan terang-terangan. Banyak kawan mulai
sakit hati, dan akhirnya ia tersingkir.Aku hanya sekali-sekali saja
berjumpa dengannya, karena kau tahu, kesibukan makin hari makin bertambah.
Mungkin cuma aku yang mengerti persoalannya. Ia menghindari persahabatan, aku
maklum, persahabatan terkadang bisa membunuh. Ia terasing dan kesepian.
Tampaknya ia lebih suka demikian karena telah jadi pilihannya. Ia bahagia dalam
ketidakbahagiaannya atau ia tidak
bahagia dalam kebahagiaannya.Iamemang suka berfilsafat. Aku sering bingung
mendengar kata-katanya, tapi tetap mencoba melayaninya. Jika sudah kenal,
berbicara dengan dia amat menyenangkan. Pengetahuannya luas dan apa yang
dikatakannya sering tidak terbantah. Kawan-kawan yang lain agak segan
terhadapnya, karena ia terlalu sering menelanjangi kebebalan mereka di muka
umum. Mereka bilang ia terlalu asyik sendiri, suka berkhayal, nyentrik dan
tidak bisa bergaul.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Aku sendiri menganggap
ia manusia biasa, yang sedang menjalani tahap-tahap kehidupannya. Tapi tahap
itu dilaluinya dengan amat serius dan penuh makna. Aku sendiri heran kenapa
bisa demikian. Selama beberapa tahun terakhir, gejala itu memang mulai tampak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Aku bosan lihat
orang-orang itu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Kenapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Munafik, penjilat, tukang
onani jiwa.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Wah, jangan begitu
dong. Itu manusiawi kan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Memang, tapi sebal
melihatnya. Jenuh.” Ia sangat serius, sementara banyak orang di sekelilingnya
makin hari makin mencari kemudahan dan kesantaian. Ia tak mendapat tanggapan,
dan marah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Untung ia bisa
menyalurkannya dalam latihan teater atau menulis puisi, namun ini tidak
berlangsung lama. Rupanya dunia kesenian pun tak memuaskan. Ia ketemu lagi
dengan pemimpi, pembual dan juga penjilat. Semenjak ia keluar dari perguruan
tinggi dan rombongan sandiwara itu dua tahun yang lalu, aku tak pernah lagi
melihatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Aku teringat ketika
untuk terakhir kalinya berpapasan dengan dia di jalan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“He kampret, dari mana
saja kamu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Bertapa,” katanya
dengan lesu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Dalam remang senja itu,
perlahan-lahan kemudian menjadi jelas, bajunya begitu kumal meskipun termasuk
mahal. Juga celananya. Sepatunya sih normal, tapi heh rambutnya itu, wah
seperti sapujagat: kusut dan kaku, dan entah berapa bulan tidak disisir. Dulu,
meskipun ia termasuk seniman yang urakan, pakaiannya termasuk rapi dan
mengikuti mode.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Pasti
perubahan-perubahan semacam ini disebabkan oleh suatu hal yang sangat
mempengaruhi dirinya. “Bertapa? Bertapa di mana? Gua Langse?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Bertapa kok di mana!
Zaman sekarang orang bertapa di kamarnya<br />
sendiri! Tahu nggak lu?” Busyet! Ketus amat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Aku kurang bisa
mengerti. Kebudayaan macam mana yang menghasilkan manusia ini. Dan apakah yang
dikerjakannya selama ini? “Baca buku! Hanya baca buku! Tidak makan dan tidak
minum!” Wah, wah, wah, ia memang sudah berubah rupanya. Semua kitab suci
dilalapnya, mulai Zabur, Taurat, Injil, Qur’an sampai Goethe, Tao, Khonghucu,
Wedhatama, Wulangreh, Upanishad, Bhagawadgita, Sartre, Heidegger, Karl Marx dan
Ranggawarsita. Kini di tangannya kulihat pula bukunya Erick Fromm, Schumacher dan
sebuah buku tentang Zen.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Rupanya ia barusan dari
toko buku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Masih jenuh melihat
manusia?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“O tentu, tentu. Di
toko buku tadi banyak orang sok pintar. Ada orang memborong ensiklopedi.
Melihat tampangnya sih, cuma buat pajangan ruang tamu. Sialan! Dasar gombal
semua orang-orang model begini!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Aku mengajaknya nonton
film. Ia bertanya dulu film apa. Ia benci film action. Maunya nonton film-film
Ingmar Bergman, Werner Herzog atau Wim Wenders. Tapi tentu saja tidak ada. Aku
bilang ini film Indonesia pemenang Citra, namun dengan hormat ia menolak, ada
hal yang lebih<br />
penting, katanya. Iseng-iseng kuajak ia ke tempat pelacuran. Lho, ia mau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Ini baru namanya
hidup,” katanya setelah keluar dari kamar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ditenggaknya segelas
bir. Dan sepanjang malam itu, di tengah alunan panas musik dangdut, aku
mendengar kuliah-kuliahnya tentang individualisme, eksistensialisme,
kapitalisme, ekosistem, religiusitas, dan kritik budaya. Sudah melayang aku
dengan berbotol-botol bir, ditambah pula dengan pikiran-pikirannya yang tinggi
di awan itu, aku tiba-tiba saja tergeletak di meja, tertidur pulas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Esoknya ia sudah tidak
ada. Dan tujuh hari pun menjadi seminggu. Empat minggu menjadi sebulan. Dua
belas bulan menjadi setahun. Waktu begitu saja lewat tanpa terasa. Banyak orang
merasa telah menjadi tua, sementara orang-orang lain malah merasa makin muda.
Kehidupan masih berjalan seperti biasa. Ada orang jujur yang tak pernah mujur,
dan orang yang berjiwa bunglon masih selamat. Dunia belum betul-betul kiamat.
Sungai masih mengalir, dari gunung ke desa, ke kota, ke muara, ke laut, bersama
sejumlah besar sampah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Di jendelaku masih ada
burung yang bulunya kuning, yang tiap pagi masih berkicau. Mungkin tiba saatnya
nanti burung tidak bisa berkicau, kehilangan bahasa. Angin masih silir. Senja
masih jingga.<br />
Fajar masih ungu. Telepon itu berdering.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Halo? Ya? He! Telepon
dari mana kamu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Dari rumah.” “Di mana?
Aku pengin ketemu kamu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Sorry saja bung!
Rahasia! Sekarang tidak ada sistem ketemu. Kalau ada perlu, telepon saja, ini
nomorku, 717375.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Tapi ini penting.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Takut disadap?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Soalnya ini masalah
pribadi.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Apalagi itu, sorry.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kami bercakap
sebagaimana layaknya dua kawan yang lama tidak berjumpa. Ia bertanya tentang
segala macam hal dengan suatu urutan pertanyaan yang sistematis, sehingga kalau
jawaban itu dikumpulkan, mungkin bisa merupakan laporan riset. Ha! Ini
perkembangan baru. Ia haus informasi, tapi begitu pelit akan informasi dirinya
sendiri. Ketika hubungan itu selesai, kembali lagi ia menjadi misteri bagiku.
Apalagi bagi kawan-kawan yang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Dengan bodoh aku masih
bertanya sama mereka di mana alamatnya. Tentu saja tidak tahu. Kutanyakan pada
orang tuanya, ini pun nihil. Ternyata selama ini mereka pun hanya berhubungan
lewat telepon.<br />
Telepon? Heh, tolol sekali aku. Kutelepon dia. “Halo?” Telepon segera diangkat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Di mana sih rumah
kamu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Lu ngga perlu tau gue
punye rume. Kalok perlu telepon aje bung!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Gue ade perlu ni ame
lu!” Eh, kenapa aku jadi ikut-ikutan bergaya Betawi?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Sampaikan saja lewat
telepon!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ia tampak terganggu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Pertemuannya yang
penting!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Maaf, aku tidak terima
tamu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Klak.<br />
Nging.<br />
Tut tut tut.<br />
Bangkek orang ini. Sombong sekali dia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Tapi aku jadi
penasaran. Seperti detektif film seri televisi, kucoba menyelusuri jejaknya.
Namun ia sungguh pintar. Berbagai tabir tidak bisa disingkapkan dengan segera.
Banyak juga waktu terbuang untuk mencari batang hidungnya. Mula-mula kuhubungi
kantor telepon. Nomor teleponnya memang ada alamatnya, kudatangi rumah itu,
ternyata sebuah rumah kecil yang kosong. Pintunya terkunci dari luar, kudobrak.
Dan tetap kosong. Apa artinya ini? Kutunjukkan pada kantor telepon, mereka
bilang memang itu alamatnya, dan tiap bulan menerima uang ongkos telepon. Tapi
siapa yang masang? Segera petugas dicari, tapi ke mana petugas itu? Ia sudah
dipindahkan ke luar kota.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Aku benar-benar
penasaran. Segala alamat rumah di kantor kotamadya kucek dan cek kembali,
kalau-kalau ada namanya. Tapi sungguh rumit.<br />
Biasa, administrasi yang kacau. Jadi? Nihil. Lantas bagaimana? Ha!<br />
Malam hari! Ia suka keluar malam, aku harus begadang sepanjang malam menelusuri
kota ini.Maka ketika malam dengan jubahnya yang hitam telah tengkurap
menelungkupi kota.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ketika dingin mulai
menyerbu jalanan yang mulai basah oleh gerimis, dengan krah jas hujan yang
tegak menutupi telinga, dengan topi model bandit Itali, lengkaplah aku sebagai
intel Melayu yangamatiran.Tapi jadinya aku lebih mengenal kehidupan. Aku
tahu apa yang terjadi di hotel-hotel, aku tahu dari desa mana pelacur jalanan
itu berasal, aku bisa mengendus mobil pejabat siapa yang diparkir di motel itu.
Kutelusuri segala tempat hiburan malam, perpustakaan, restoran, kompleks
gelandangan, warung-warung kopi, tempat banci-banci mangkal, tempat homo-homo
berkencan, mesjid, gereja, vihara, klenteng …<br />
Bermalam-malam sudah dan hasilnya nol besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Tak terasa sebetulnya
aku mendapatkan sesuatu yang lain, sesuatu yang berharga. Malam memang
menyingkapkan kepalsuan. Di balik kekelaman itu topeng-topeng dibuka dan bentuk
asli yang serba gombal itu pun bisa kutangkap, kekelaman seperti memberikan
perasaan aman dan<br />
terlindung. Bisa kudengar bisik-bisik sekongkol politik, kasak-kusuk para
penyebar gosip. Bisa kulihat para penipu diri beraksi. Antara strip-tease dan
lonceng gereja, antara penggarongan dan azan subuh, antara perzinahan terbuka
dan perzinahan tertutup.Agaksulit mencari orang normal. sebagian terlalu
fanatik, sebagian lain dekaden. Aku jadi maklum kenapa kawanku jadi jenuh. Ia
tidak menerima mereka sebagaimana adanya. Ia mencari yang baik-baik saja, dan
itu memang<br />
sulit, dan bisa jadi malahan tidak ada. Sedangkan kalau ada, mungkin juga tidak
menarik dan tidak menyenangkan. Kata orang, dunia memang mengecewakan. Dunia
menjadi buruk karena ulah manusia. Dia memang makin lama makin pesimistis. Aku
melihat ia agak kacau. Dan aku jadi<br />
makin penasaran saja. Ke mana dia, kenapa tidak ada seorang pun yang tahu?
Kenapa pula ia harus menghilang?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jakarta, 1980<o:p></o:p></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-64519654593774167202016-04-26T07:53:00.000+07:002016-06-01T08:08:49.488+07:00 Eka Kurniawan Menjawab Pertanyaan: Darimana Datangnya Ide Menulis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="post-header" style="box-sizing: border-box; margin-bottom: 40.5469px;">
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: lato, sans-serif; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtCp2Ggizan_gI4wU-QUJbg3ucWqJ3thcsuI3901Kag07OjO6JYTzKiDbyRlYp-n7of0v9ezlnQI_LFdo7oo8IaWC0x080_7onnGHyW0OoJUCEoIDp4Nzd5tjx2My4NVLWzdOV4XMDY_y_/s1600/Eka-Kurniawan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtCp2Ggizan_gI4wU-QUJbg3ucWqJ3thcsuI3901Kag07OjO6JYTzKiDbyRlYp-n7of0v9ezlnQI_LFdo7oo8IaWC0x080_7onnGHyW0OoJUCEoIDp4Nzd5tjx2My4NVLWzdOV4XMDY_y_/s320/Eka-Kurniawan.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="box-sizing: border-box; margin-bottom: 20px; margin-top: 0px; width: 676px;">
<div style="background-color: white; color: #444444; font-family: lato, sans-serif; line-height: 32.7015px;">
<a href="http://ekakurniawan.com/about" target="_blank">Eka Kurniawan</a></div>
Ia lahir di Tasikmalaya, 1975, menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat,<br />
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta tahun 1999.<br />
Pada tahun itu ia menerbitkan buku pertamanya yang berasal dari tugas akhir kuliah.<br />
<i>Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis</i>. Ia menulis cerita pendek, novel,<br />
maupun esai di berbagai media.<br />
Novel-novelnya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: lato, sans-serif; line-height: 32.7015px; margin-bottom: 20px; margin-top: 0px; text-align: left; width: 676px;">
<a href="http://ekakurniawan.net/blog/dari-mana-datangnya-cerita-110.php" target="_blank">Eka berbagi</a> tentang ide bahan tulisan untuk para calon penulis sebagai berikut:</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Adalah seorang putri bernama Syahrazad yang menyerahkan dirinya untuk dinikahi sang raja lalim bernama Syahrial. Sang putri melakukan itu untuk menghindari kurban lebih banyak, sebab sang raja selalu membunuh pengantinnya selepas melewati malam pertama. Tapi dengan cara apa Syahrazad sendiri menyelamatkan nyawanya? Jawabannya: dengan bercerita. Setiap malam, Syahrazad menceritakan sederet kisah yang akan digantung ketika fajar menjelang. Sang raja akhirnya tak pernah memenggal kepada sang putri, sebab ia selalu ingin mendengar lanjutan kisah yang diceritakan Syahrazad, begitu pula besok paginya, dan besoknya, dan besoknya. Sekarang kita menyebut dongeng tersebut sebagai <em style="box-sizing: border-box;">Kisah Seribu Satu Malam</em>.<br style="box-sizing: border-box;" /><span id="more-110" style="box-sizing: border-box;"></span><br style="box-sizing: border-box;" />Sesungguhnya kita adalah pewaris Syahrazad. Tugas utama kita sebagai penulis cerita, sebagaimana Syahrazad, adalah memastikan bahwa pembaca kita akan terus mengikuti dongeng dari awal hingga akhir, atau kepala kita dipenggal sebagai taruhannya.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Selama bertahun-tahun saya mencoba menulis dan menjadi Syahrazad. Seperti sebagian besar yang lain, saya mencoba puisi, karena saya pikir lebih pendek dan lebih gampang. Belakangan saya tahu puisi tidaklah gampang, dan saya segera meninggalkannya. Lagipula saya ingin menulis cerita. Saya melirik cerita pendek, sebelum punya keberanian untuk membayangkan menulis sebuah novel.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Dan menulis cerita ternyata juga bukan perkara gampang. Saya tak tahu apa yang akan diceritakan. Saya membaca majalah dan mencoba mencari tahu apa yang mereka ceritakan. Setelah membaca lebih banyak cerita, saya mulai bisa membayangkan apa yang bisa saya ceritakan. Saya mulai menuliskannya. Tapi setelah selesai ditulis, saya baru menyadari, tulisan saya tak lebih dari ulangan dari satu atau dua cerita yang pernah saya baca. Memang tidak menjillak, tapi karena segalanya diambil dari tulisan orang lain, cerita itu segera jadi terasa basi.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Maka saya mulai berpikir tentang sesuatu yang, katakanlah, <em style="box-sizing: border-box;">orisinil</em>. Istilah ini sendiri sebenarnya membingungkan. Mungkin lebih baik kita sebut <em style="box-sizing: border-box;">pura-pura orisinil</em>. Saya mulai meninggalkan cerita-cerita di majalah, sebab saya tak ingin nanti kembali terpengaruh. Saya mencoba menjalankan nasihat-nasihat lama yang mengatakan, sumber cerita sejati adalah kehidupan ini sendiri. Saya mulai menjadi pengamat amatir. Saya memperhatikan ibu memasak di dapur, ayam jago berkokok di pagi hari, orang-orang pergi ke pasar, nenek mengantarkan rantang untuk kakek di sawah. Segala yang bisa saya lihat dan dengar saya perhatikan betul.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Tiba-tiba saya menyadari ada begitu banyak hal yang mungkin belum diceritakan orang. Begitu melimpah. Harap diingat waktu itu saya masih membaca majalah remaja, dengan cerita-cerita tentang anak sekolah jatuh cinta, bolos sekolah, berkelahi di toilet, atau bu guru yang judes. Kenapa harus menceritakan hal begitu terus-menerus? Lihat, kita bisa menceritakan ayah yang doyan pakai sarung, paman yang pergi menengok air di pagi buta, dukun beranak yang siap sedia setiap waktu, atau tukang reparasi arloji di ujung pasar.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Saya mulai memilih objek yang saya pikir paling unik, dan saya merasa itu<em style="box-sizing: border-box;">orisinil</em>. Saya merasa bahagia karena menemukan satu objek cerita yang belum pernah saya lihat ditulis orang lain. Segera saya ambil kertas dan mesin tik, dan mulai menulis. Begitu semangat, hingga segalanya berakhir menjelang akhir halaman pertama. Saya bingung, apalagi yang harus saya tulis? Saya mencoba berpikir lebih keras, tapi tak ada ide baru untuk melanjutkan cerita tersebut. Setelah lelah berpikir, kemudian saya mulai meragukan kehebatan objek cerita saya. Lama-kelamaan mulai tampak terlihat jelek. Saya menggulungnya dan segera membuangnya ke tempat sampah. Saya beralih ke objek lain, yang saya pikir lebih unik dan <em style="box-sizing: border-box;">orisinil</em>, tapi selalu menemui jalan buntu di paragraf menjelang akhir halaman pertama. Saya selalu tak tahu setelah menceritakan beberapa bagian, apalagi yang mesti saya ceritakan. Dalam kasus Syahrazad, seharusnya saya sudah dipenggal.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Setelah beberapa kali menyerah, saya kembali ke cerita-cerita yang ditulis orang lain. Saya kembali membaca mereka, kali ini bukan untuk tahu apa yang mereka ceritakan, tapi bagaimananya mereka menceritakannya. Satu cerita saya bandingkan dengan cerita lainnya. Saya mulai meraba-raba dan mulai merasa menemukan resepnya. Hmm, sesungguhnya semua cerita ternyata memiliki sturktur seperti sandiwara tiga babak di sekolah. Pertama, mesti ada masalah. Kedua, dari masalah kemudian datang konflik. Ketiga, setelah konflik mestinya ada penyelesaian. Belakangan saya baru tahu itu rumus yang sudah klasik, sudah dipikirkan sejak zaman Aristoteles!</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Setelah merasa tahu, kini saya mengamati sekeliling saya dengan cara yang berbeda. Saya tak lagi mencoba melihat keunikan dan ke<em style="box-sizing: border-box;">orisinil</em>an segala sesuatu. Saya mulai mencoba melihatnya sebagai <em style="box-sizing: border-box;">suatu masalah</em>. Ayam jago berkokok di pagi hari, apa masalahnya? Senja berwarna jingga, apa masalahnya? Saya kembali ke mesin tik setelah memperoleh beberapa masalah, yang saya pikir sangat menarik untuk diceritakan. Kali ini saya tak lagi memperoleh <em style="box-sizing: border-box;">writer’s block</em>, atau kemacetan, sebab setelah membeberkan segala masalah, saya tahu harus segera masuk ke konflik. Semua masalah pasti menimbulkan konflik! Dan kalau konfliknya sudah terpikirkan, tinggal mencari penyelesaiannya. Ah, kali ini menulis cerita tampak menjadi lebih gampang. Saya bisa menulis beberapa cerita, dari awal sampai akhir.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Tapi oh, ketika saya membacanya lagi, kembali saya menemukan fakta menyedihkan ini: cerita saya memang jalan, tapi tetap tak menarik. Ceritanya mungkin mudah ditebak. Atau kadang-kadang melelahkan, membosankan, menyebalkan. Tepatnya, sebagai penulisnya sendiri, cerita-cerita saya tak ada menariknya. Padahal saya sudah menulis berdasarkan resep yang benar, kan? Putus asa saya kembali ke cerita-cerita yang sudah ditulis orang lain, yang menurut saya berhasil dan asyik sebagai cerita. Saya mencoba mencari tahu, apa yang membuat mereka menarik. Objek cerita mereka kadang sederhana, masalahnya juga seringkali biasa saja, tapi kenapa ceritanya bisa menarik dibaca. Pasti ada resep-resep lain, pikir saya.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Begitulah, di luar semua itu, saya menemukan hal-hal lainnya. Saya menemukan di beberapa cerita, bahasanya memang begitu bagus. Kalimat-kalimat mereka demikian jernih. Peristiwa-peristiwa yang ditulis sangat terpilih. Karakter-karakter tokohnya mengagetkan. Semua itu membuat saya longsor dan menyadari, betapa masih panjang jalan yang harus saya tempuh untuk menaklukan seni menulis.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Saya juga kembali mengamati sekitar. Melihat bagaimana ayah makan, sebab cara makan ayah berbeda dengan ibu. Cara bicara penjual di pasar berbeda dengan cara bicara pak polisi. Saya belajar nama-nama binatang, nama-nama bunga. Saya belajar sejarah, filsafat, psikologi, antropologi, fisika, kimia. Tentu saja saya juga kembali ke karya-karya yang telah memperkenalkan saya dengan seni menulis ini. Saya belajar bagaimana Franz Kafka membuat kalimat pertama dalam novel-novelnya. Saya belajar bagaimana Gabriel Garcia Marquez membangun struktur novelnya, sebagaimana mencari tahu bagaimana Ernest Hemingway menyusun kalimat-kalimatnya.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: black; font-size: 20px; line-height: 28px; margin-bottom: 28px;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Kini saya beranggapan, menulis cerita, dan kemudian menemukan dari mana cerita berawal, adalah suatu benturan tak ada henti dari apa yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, dan apa-apa yang telah diajarkan oleh para penulis terdahulu dalam karya-karya mereka. Dengan kata lain, bagi para pewaris Syahrazad, mengetahui sebanyak-banyaknya hal dalam kehidupan ini sama penting dengan terus membaca karya-karya terbaik yang telah dituliskan untuk kita.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: lato, sans-serif; line-height: 32.7015px; margin-bottom: 20px; margin-top: 0px; text-align: left; width: 676px;">
<br /></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-10404774684370242352016-04-25T22:27:00.001+07:002016-04-25T22:27:18.058+07:00KH Wahid Hasyim: Ayahanda Gus Dur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNg0Jm7ka-kQ3iwdC7yTOUVz9jdXnjaoFVbXC71RcXkqtY_zidmIgGnQY8yJdXej-Z00q4vgz_I-fEEy8l-zzLSbpDzWyrT_ztd6yzb40CH0kuSG0Q7xQQdH5l4oCvVqeCy97PjQlAPaIA/s1600/KH-Wahid-Hasyim.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNg0Jm7ka-kQ3iwdC7yTOUVz9jdXnjaoFVbXC71RcXkqtY_zidmIgGnQY8yJdXej-Z00q4vgz_I-fEEy8l-zzLSbpDzWyrT_ztd6yzb40CH0kuSG0Q7xQQdH5l4oCvVqeCy97PjQlAPaIA/s400/KH-Wahid-Hasyim.jpg" width="288" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra dari pasangan KH. M. Hasyim Asy’ari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas (Madiun) yang di lahirkan pada Jum’at legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 H./1 Juni 1914 M. Ayahandanya semula memberinya nama Muhammad Asy’ari, diambil dari nama kakeknya. Namun, namanya kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama datuknya. Dia anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">KH A. Wahid Hasyim adalah pribadi yang cerdas dan lihai dalam berpidato.Terutama sekali karena pidatonya selalu didukung dan dilengkapi dengan tema-tema yang disitir dari salah berbagai buku. Tentu tiada kesulitan bagi KH A. Wahid Hasyim untuk mencari referensi, karena KH A. Wahid Hasyim menguasai bahasa Arab, Belanda dan Inggris sebagai kunci utama dalam penguasaan buku-buku ilmiah saat itu.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Semenjak tahun 1939 KH. A Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Ketua MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), sebuah badan federasi NU, Muhammadiyah,PSII, PII, Al-Irsyad, Persis. Sehubungan dengan jabatannya di MIAI, KH A.Wahid Hasyim juga kemudian duduk pula dalam kepemimpinan Presidium Korindo (Kongres rakyat Indonesia), sebuah proyek perjuangan bersama GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia).</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"></a><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Para anggota MIAI adalah tokoh-tokoh top Indonesia seperti Abikusno Cokrosuyoso, Dr.Sukiman, Wondoamiseno, KH Mas Mansur, KH Abdul Kahar Muzakkir, Umar Habaisy, Muhammad Natsir, dan lain-lain.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Kedudukan Ketua MIAI ini dengan sendirinya menempatkan KH A.Wahid Hasyim sebagai pejuang politik menghadapi penjajahan.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Akan tetapi tatkala zaman pendudukan Jepang, kelompok MIAI bubar. Kemudian atas prakarsa KH A. Wahid Hasyim MIAI menjelma menjadi ”Majelis Syuro Muslimin Indonesia” (Masyumi). Melalui Masyumi ini, terbentukalah badan Pusat latihan Hizbullah di Cibarusa, dekat Cibinong Bogor, Sekolah Tinggi Islam di Jakarta dan penerbitan Majalah ”Suara Muslimin” yang mula-mula dipimpin oleh KH Saifuddin Zuhri dan kemudian beralih ke tangan Harsono Cokroaminoto. </span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Selama zaman kependudukan Jepang KH A. Wahid Hasyim merupakan tokoh sentraldi kalangan Umat Islam. KH A. Wahid Hasyim juga menjabat sebagai anggota Chuuo Sangi In yakni semacam DPR ala Jepang. Dengan jabatan tersebut KH A. Wahid Hasyim dapat menyakinkan tentara Jepang untuk mendirikan sebuah badan yang menghimpun kalangan ulama. Maka terbentuklah Badan yang bernama Shumubu, yaitu Badan Urusan Agama Islam yang susunannya terdir idari: KH. Hasyim Asy’ari selaku Ketua, KH. Abdul Kahar Muzakir selaku Wakil Ketua dan KH A. Wahid Hasyim selaku Wakil Ketua.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Oleh karena KH HasyimAsy’ari tidak dapat aktif karena memangku Pesantren Tebuireng, maka jabatan ketua sehari-hari dipegang oleh KH A. Wahid Hasyim. Badan inilah yang menjelma menjadi Departemen Agama (setelah proklamasi 17 Agustus 1945)Taktik politik yang dijalani KH A Wahid Hasyim di zaman Jepang ialah, mengambil unsur kekuasaan Jepang yang Positif bagi perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. ”Kerja sama” dengan Jepang (pada tingkatan pertama) dipandang perlu sebab bangsa Indonesia yang tidak mempunyai kekuatan politik (kekuasaan ) di zaman Belanda tidak akan sanggup menghadapi kekuatan Militer Jepang yang tengah berada di puncak kemenangan. Kezaliman-kezaliman pemerintahan Jepang kepada bangsa Indonesia, oleh KH A. Wahid Hasyim,dijadikan pupuk keyakinan bagi rakyat, bahwa sesuai dengan Al-Qur’an segalayang batil pasti akan sirna, kezaliman tak pernah mengalami kemenangan yang panjang.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Masa perang kemerdekaan antara tahun 1945-1950 menyebabkan KH A. Wahid Hasyim menyibukakan diri dalam gejolak revolusi. Meskipun sebagian besar waktunya dicurahkan kepada soal politik dan pertahanan, seperti dua kali menghadapi agresi Belanda atas Republik Indonesia dan kemelut politik yang penuh pertentangan di masyarakat, namun KH A.Wahid Hasyim tetap menjalin hubungan erat dengan para ulama dan dunia pesantren.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Wafat dalam usia belum 40 tahun menyebabkan dunia Ulama dan Pesantren menjerit dan meratap. Kaum politik dan masyarakat baik tua maupun muda merasa kehilangan yang besar. Yang patah akan tumbuh akan tetapi bukan lagi A. Wahid Hasyim. Abdul</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Wahid hasyim hanya ada satu dalam sejarah ummat manuasia. Namun sekalipun sudah wafat, namanya harum tidak pernah akan mati.</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><a href="http://edisikhusustempo.blogspot.co.id/2013/10/wahid-hasyim.html#more" target="_blank">Baca selengkapnya...</a></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-84961359768734226822016-04-25T22:08:00.000+07:002016-04-25T22:16:09.422+07:0010 Fakta Menarik Tentang Tubuh Wanita<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGZf5hZio_ggv7j5h3Cu7Y_E_BBJzS0Ou02drU5A2q8mezPNtUoR63M93q3K4id4JvSyMFze6_sT-6fALQsTwrycfjWJChIY8ag1Q_RuSpsEqBqWcp96_Mxy43L6IYgC-2wQ2LHNlCAGKc/s1600/jangan-sampai-pria-tahu-5-rahasia-wanita-ini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGZf5hZio_ggv7j5h3Cu7Y_E_BBJzS0Ou02drU5A2q8mezPNtUoR63M93q3K4id4JvSyMFze6_sT-6fALQsTwrycfjWJChIY8ag1Q_RuSpsEqBqWcp96_Mxy43L6IYgC-2wQ2LHNlCAGKc/s640/jangan-sampai-pria-tahu-5-rahasia-wanita-ini.jpg" width="640" /></a></div>
Menjadi wanita, adalah hal paling menyenangkan di dunia. Bersyukurlah telah terlahir ke dunia sebagai wanita, dunia tidak akan lengkap tanpa adanya wanita.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Kelemahlembutan, senyuman yang manis dan bersahaja, kerlingan mata, serta sifat yang manja, membuat dunia ini jauh lebih ramah dan lembut.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Dikenal sebagai makhluk yang indah, wanita punya keunikan sendiri yang terpancar lewat tubuhnya. Sudah tahukah Anda 10 fakta unik tentang tubuh Anda sendiri seperti dilansir glam.com berikut ini?</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 1.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Klitoris adalah satu-satunya bagian tubuh wanita yang didesain hanya untuk mengalami rangsangan dan kenikmatan seksual, tanpa memiliki fungsi lainnya. Klitoris terdiri dari ratusan bahkan ribuan sel syaraf, dan jumlahnya dua kali lipat dibandingkan yang ada di dalam mr. P.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 2.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Selaput dara adalah membran tipis yang menutupi bagian miss V wanita. Selaput dara ini tidak hanya bisa robek karena hubungan seksual, namun juga karena jatuh, atau gerakan yang sangat ekstrim.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Mengapa pada saat malam pertama tidak selalu mengeluarkan darah?</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Selaput dara yang robek kerap ditandai dengan adanya darah, namun selaput dara juga bisa elastis sehingga tidak akan terjadi perdarahan dalam penetrasi. Ilmuwan menyatakan bahwa selaput dara bukanlah tanda keperawanan yang mutlak, karena ia bisa robek dengan tanpa disebabkan penetrasi sekalipun.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 3.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Ternyata hamil itu tidak mudah ditentukan. Sekalipun seseorang berhubungan intim nyaris setiap hari, bila Anda tak tahu kapan hari tepat berovulasi, maka kecil kemungkinan sperma dapat membuahi sel telur. Menghitung hari kesuburan wanita, juga tidak dimulai dari hari terakhir haid, melainkan dari hari pertama menstruasi dimulai.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 4.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Rahim wanita sangatlah elastis. Saat tidak hamil, rahim berukuran kecil, setidaknya tiga inci. Namun, ketika sedang hamil, tepi luar rahim bisa mencapai tepi bawah tulang rusuk saat membawa janin di dalamnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 5.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Uniknya tubuh wanita adalah kemampuan menciptakan susu atau disebut juga Air Susu Ibu. Pria tidak bisa melakukan hal ini karena tubuhnya tidak dilengkapi dengan kelenjar susu. Kemampuan menyusui seorang wanita tidak ditentukan oleh ukuran payudara, karena sekalipun payudara berukuran kecil, tetap saja bisa menghasilkan ASI.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 6.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Wanita memiliki kemampuan mendengar yang berbeda dibandingkan pria. Menurut penelitian yang dilakukan Indiana University School of Medicine, pria hanya dapat mendengarkan dengan satu sisi otak saja, sedangkan wanita menggunakan keduanya. Inilah mengapa wanita disebut sebagai sosok pendengar yang jauh lebih baik ketimbang pria.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 7.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<br />
Di dalam tubuh wanita, bagian usus besarnya cenderung lebih panjang ketimbang pria. Hal ini diprediksi yang juga menyebabkan wanita jadi lebih mudah gemuk ketimbang pria. Wanita yang ingin berat badannya turun haruslah melakukan 1-2 kali pembuangan air besar setiap harinya.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 8.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Rambut kemaluan wanita akan tumbuh lebih panjang di saat musim dingin. Mereka kemudian tidak bertambah lebih panjang lagi karena cenderung akan mati dan rontok setelah tiga minggu lamanya.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 9.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Di musim panas, gairah wanita jauh lebih meningkat. Penulis sains Patricia Barnes, mengatakan bahwa wanita mudah sekali terangsang oleh wewangian seperti lavender, mawar dan mint yang akan membawa keluar perasaan manis dan meningkatkan libido seksual.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
<b>Fakta Wanita 10.</b></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Bicara soal garis keturunan, secara ajaib DNA dari nenek moyang Anda akan terbawa terus menerus hingga setiap keturunan Anda. DNA ini selain merupakan identitas juga membawa beberapa hal yang bisa diturunkan secara genetik.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: 'Open Sans'; font-size: 15px; line-height: 26.25px;">
Hmm... ternyata sekalipun menjadi wanita bukan berarti semua hal sudah Anda ketahui ya. Mari tingkatkan pengetahuan terhadap diri Anda sehingga bisa memaksimalkan kecantikan dan kesehatan Anda.</div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: webly; font-size: 20px; font-weight: bold; line-height: 1em;">
<a href="http://www.vemale.com/kesehatan/51759-10-fakta-menarik-tentang-tubuh-wanita.html" target="_blank">FAKTA WANITA LAINNYA di .....</a></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: webly; font-size: 20px; font-weight: bold; line-height: 1em;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #424242; font-family: webly; font-size: 20px; font-weight: bold; line-height: 1em;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5822356091648732684.post-62397374253999982082016-04-25T22:03:00.000+07:002016-04-25T22:03:08.144+07:00Gerakan 30 September: Dari Menteng ke Pusaran Kekuasaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilanDCo4C_7XyjQzayel2bOCQBym8NZPjIGEFqqlu4toayUqOQMWgFLoeZpta7YvHNOAtRvO3WKDUwQ_Vq-1e1et5irRGc2-SmlaKFDfMdOKjrC97xvZu_tMGBIeTp8Wbq3qJmqp3cf40q/s1600/Aidit.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilanDCo4C_7XyjQzayel2bOCQBym8NZPjIGEFqqlu4toayUqOQMWgFLoeZpta7YvHNOAtRvO3WKDUwQ_Vq-1e1et5irRGc2-SmlaKFDfMdOKjrC97xvZu_tMGBIeTp8Wbq3qJmqp3cf40q/s1600/Aidit.jpg" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">PERISTIWA 42 tahun lalu itu tetap saja masih menjadi tanda tanya keluarga besar Aidit: apa sebenarnya peran Aidit dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 itu? Peran Aidit dalam "kup" 30 September 1965 memang masih misteri. Sejumlah sejarawan, juga sejumlah kalangan militer, yakin PKI dalang penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat. Karena PKI terlibat, maka Aidit pun, sebagai Ketua Committee Central, dituding sebagai otaknya.</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Murad Aidit, adik kandung Aidit, berkisah. Pada "malam berdarah" itu tak ada tanda-tanda atau kesibukan khusus di rumah Aidit. "Malah saya dipesan mematikan lampu," kata Murad. Menjelang "peristiwa Gerakan 30 September" itu, Murad memang menginap di rumah Aidit di Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat. Rumah Aidit sepi. "Sampai sekarang saya lebih bisa menerima tragedi itu karena ada pengkhianat dalam tubuh PKI," katanya. Dia tidak yakin abangnya yang memerintahkan pembunuhan para jenderal.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Aidit mengawali "karier politiknya" dari Asrama Menteng 31, asrama yang dikenal sebagai "sarang pemuda garis keras" pada awal kemerdekaan. Di tempat ini berdiam, antara lain, Anak Marhaen Hanafi (pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba), Adam Malik, dan Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi). Para penghuni Menteng 31 sempat menculik Soekarno dan memaksa si Bung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia-sesuatu yang kemudian ditolak Bung Karno. Di kelompok Menteng 31, Aidit sangat dekat dengan Wikana, seorang pemuda sosialis.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Aidit disebut-sebut juga berperan dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pascapemberontakan yang gagal itu, ia sempat dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogya. Ketika terjadi agresi Belanda, ia kabur dari penjara dan tinggal di Vietnam Utara. Tentang kepergiannya ke Vietnam ada pendapat lain. Ada yang menyebut bahwa sebenarnya ia hanya mondar-mandir Jakarta-Medan.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"></a><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Yang pasti, pada pertengahan 1950, Aidit, yang saat itu berusia 27 tahun "muncul" lagi. Bersama M.H. Lukman, 30 tahun, Sudisman, 30 tahun, dan Njoto, 23 tahun, ia memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta. Bisa dibilang, dalam kurun waktu inilah karier politik Aidit sesungguhnya dimulai.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Momentum konsolidasi partai terjadi ketika meletus kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan yang digerakkan kader PKI itu menjatuhkan kabinet Wilopo. Kesuksesan ini memompa semangat baru ke tubuh partai tersebut.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Bersama "kelompok muda" partai, Aidit menyingkirkan tokoh-tokoh lama partai. Pada Kongres PKI 1954, pengurus PKI beralih ke generasi muda. Tokoh partai semacam Tan Ling Djie dan Alimin disingkirkan. Pada kongres itu, Aidit dikukuhkan menjadi Sekretaris Jenderal PKI. Aidit lantas meluncurkan dokumen perjuangan partai berjudul "Jalan Baru Yang Harus Ditempuh Untuk Memenangkan Revolusi".</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Aidit juga membangun aliansi kekuatan dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) untuk memperkuat PKI. PNI dipilih karena, selain sama-sama anti-Barat, juga ada figur Soekarno yang bisa dipakai mengatasi tekanan lawan-lawan politik mereka. Puncak kerja sama terjadi pada masa Sidik Djojosukarto memimpin PNI. Saat itu disepakati bahwa PNI tidak akan mengganggu PKI dalam rangka membangun partai.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Menurut Ganis Harsono, seorang diplomat senior Indonesia dalam otobiografinya, Cakrawala Politik Era Sukarno, strategi ini berhasil "menyandera" Bung Karno. Ada kesan bahwa Bung Karno berdiri di depan PKI, sekaligus memberi citra PKI pendukung revolusi Bung Karno dan Pancasila.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Kerja keras Aidit membuahkan hasil. Pada Pemilu 1955, PKI masuk "empat besar" setelah PNI, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama. Di masa ini PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non-komunis dan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Cina.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">PKI terus maju. Pada tahun itu juga partai ini menerbitkan dokumen perjuangan "Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan". Bentuk pertama, perjuangan gerilya di desa-desa oleh kaum buruh dan petani. Kedua, perjuangan revolusioner oleh kaum buruh di kota-kota, terutama kaum buruh di bidang transportasi. Ketiga, pembinaan intensif di kalangan kekuatan bersenjata, yakni TNI.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Pada 1964, PKI membentuk Biro Khusus yang langsung dibawahi Aidit sebagai Ketua Committee Central PKI. Tugas biro ini mematangkan situasi untuk merebut kekuasaan dan infiltrasi ke tubuh TNI. Biro Chusus Central (demikian namanya) dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Tak sampai setahun, Biro Chusus berhasil menyelusup ke dalam TNI, khususnya Angkatan Darat.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Pada Juli 1965, seiring dengan merebaknya kabar kesehatan Bung Karno memburuk, suhu politik Tanah Air makin panas pula. Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: Bung Karno akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor menyengat, muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Bung Karno.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Dalam Buku Putih G-30-S/PKI yang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1994, disebutkan bahwa Aidit kemudian menyatakan, gerakan merebut kekuasaan harus dimulai jika tak ingin didahului Dewan Jenderal. Gerakan itu dipimpinnya sendiri. Ada pun Sjam ditunjuk sebagai pemimpin pelaksana gerakan.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Saat diadili Mahkamah militer, Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam pertemuan itu, ia diberi tahu bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal mengambil tindakan bila Bung Karno mangkat. Menurut Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau "kekuatan kita".</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Sejak 6 September 1965, Sjam lantas menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusumah). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyepakati gerakan dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai pemimpinnya.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Dalam wawancara dengan majalah D&R, 5 April 1999, A. Latief menyatakan, Gerakan 30 September dirancang untuk menggagalkan upaya kup Dewan Jenderal. "Kami dengar ada pasukan di luar Jakarta yang didatangkan dalam rangka defile Hari Angkatan Bersenjata dengan senjata lengkap. Ini apa? Mau defile saja, kok, membawa peralatan berat," kata Latief. Karena merasa bakal terjadi sesuatu, para perwira tersebut, yang mengaku terlibat karena loyal pada Soekarno, memilih menjemput "anggota" Dewan Jenderal untuk dihadapkan ke Soekarno.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Menurut Latief gerakan itu diselewengkan oleh Sjam. "Rencananya akan dihadapkan hidup-hidup untuk men-clear-kan masalah, apakah memang benar ada Dewan Jenderal," katanya. Tapi, malam hari, saat pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Dul Arief, anak buah Untung, akan berangkat menuju rumah para jenderal, tiba-tiba, ujar Latief, Sjam datang. "Bagaimana kalau para jenderal ini membangkang, menolak diajak menghadap Presiden," kata Dul Arief. Sjam menjawab, para jenderal ditangkap. Hidup atau mati.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Keesokan harinya, Dul Arief melaporkan kepada Latief dan Jenderal Soepardjo bahwa semua telah selesai. "Mula-mula mereka saya salami semua, tapi kemudian Dul Arief bilang semua jenderal mati. Saya betul-betul kaget, tidak begitu rencananya," kata Latief yang mengaku tidak kenal dengan Aidit.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Aidit sendiri belum pernah memberi pernyataan tentang hal ini. Ia ditangkap di Desa Sambeng, dekat Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 1965 malam, dan esok paginya ditembak mati. Sebelum ditangkap pasukan pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan sempat membuat pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan itu jatuh ke Risuke Hayashi, koresponden koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Menurut Asahi, Aidit mengaku sebagai penanggung jawab tertinggi peristiwa "30 September". Rencana pemberontakan itu sudah mendapat sokongan pejabat PKI lainnya serta pengurus organisasi rakyat di bawah PKI. Alasan pemberontakan, mereka tak puas dengan sistem yang ada. Rencana kup semula disepakati 1 Mei 1965, tetapi Lukman, Njoto, Sakirman dan Nyono-semuanya anggota Committee Central-menentang. Alasannya, persiapan belum selesai. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan Letkol Untung dan sejumlah pengurus lain pada Juni 1965, disepakati mulai Juli 1965 pasukan Pemuda Rakyat dan Gerwani dikumpulkan di Pangkalan Halim Perdanakusumah.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Pertengahan Agustus, sekembalinya dari perjalanan ke Aljazair dan Peking, Aidit kembali melakukan pertemuan rahasia dengan Lukman, Njoto, Brigjen Soepardjo, dan Letkol Untung. PKI mendapat info bahwa tentara, atas perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani, akan memeriksa PKI karena dicurigai mempunyai senjata secara tidak sah. "Kami terpaksa mempercepat pelaksanaan coup d'etat," kata Aidit. Akhirnya, dipilih tanggal 30 September.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Dalam buku Bayang-bayang PKI yang disusun tim Institut Studi Arus Informasi (1999), diduga Aidit tahu adanya peristiwa G-30-S karena ia membentuk dua organisasi: PKI legal dan PKI Ilegal. Biro Chusus adalah badan PKI tidak resmi. Sjam bertugas mendekati tentara dan melaporkan hasilnya, khusus hanya kepada Aidit. Hanya, ternyata, tak semua "hasil" itu dilaporkan Sjam.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Tentang besarnya peran Aidit dalam peristiwa 30 September ditampik Soebandrio. Menurut bekas Wakil Perdana Menteri era Soekarno ini, G-30-S didalangi tentara dan PKI terseret lewat tangan Sjam. Alasan Soebandrio, sejak isu sakitnya Bung Karno merebak, Aidit termasuk yang tahu kabar tentang kesehatan Bung Karno itu bohong. Waktu itu, kata Soebandrio, Aidit membawa seorang dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. Soebandrio dan Leimena, yang juga dokter, ikut memeriksa Soekarno. Kesimpulan mereka sama: Bung Karno cuma masuk angin.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Soebandrio dalam memoarnya, Kesaksianku Tentang G-30-S, menyesalkan pengadilan yang tidak mengecek ulang kesaksian Sjam. Menurut Soebandrio, ada lima orang yang bisa ditanya: Bung Karno, Aidit, dokter Cina yang ia lupa namanya tersebut, Leimena, dan dirinya sendiri. Menurut Soebandrio, pada Agustus 1965 kelompok "bayangan Soeharto" (Ali Moertopo cs) sudah ingin secepatnya memukul PKI. Caranya, mereka melontarkan provokasi-provokasi untuk mendorong PKI mendahului memukul Angkatan Darat.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Njoto membantah pernyataan Aidit. Menurut Njoto, "Hubungan PKI dengan Gerakan 30 September dan pembunuhan Jenderal Angkatan Darat tidak ada. Saya tidak tahu apa pun, sampai-sampai sesudah terjadinya," katanya dalam wawancara dengan Asahi Evening News. Keterangan Njoto sama dengan komentar Oei Hai Djoen, mantan anggota Comite Central. "Kami semua tidak tahu apa yang terjadi," kata dia.</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Presiden Soekarno sendiri menyatakan Gestok (Gerakan Satu Oktober)-demikian istilah Bung Karno-terjadi karena keblingernya pemimpin PKI, lihainya kekuatan Barat atau kekuatan Nekolim (Neo-Kolonialisme dan Imperialisme), serta adanya "oknum yang tidak benar".</span><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><br style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;" /><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;">Misteri memang masih melingkupi peristiwa ini. "Menurut kami, PKI memang terlibat, tapi terlibat seperti apa?" kata Murad. Setelah puluhan tahun tragedi itu berlalu, pertanyaan itu belum menemukan jawabannya. Setidaknya bagi Murad dan anggota keluarga Aidit yang lain.</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13.2px; line-height: 18.48px;"><a href="http://edisikhusustempo.blogspot.co.id/2013/09/gerakan-30-september-dari-menteng-ke.html" target="_blank">Sumber</a></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13166997333892596514noreply@blogger.com0