Betapa terpukulnya Harun (60) saat mendengar pernyataan
istrinya, Entin (55) yang meminta diceraikan, dan ingin disaksikan
perkawinannya dengan seorang lelaki, Uus (52) namanya ,dari kampung sebelah.
Apabila permintaan dirinya tidak dituruti Harun, Entin mengancam akan bunuh
diri dengan cara menabrakkan dirinya pada kereta api yang sedang melaju kencang.
Sebenarnya permintaan
Entin bukan sekali itu saja didengarnya. Dalam sebulan ini hampir pada setiap
kesempatan istrinya mengutarakan permintaan yang sama. Dan bagi Harun hal itu
merupakan dilema, tentu saja.
Betapa tidak. Meski pekerjaan Harun hanyalah seorang buruh
serabutan; sebagaimana biasanya di kampung bila musim bercocok tanam jadi buruh
tani, mengolah sawah milik orang dengan upah Rp 20 ribu dari pagi sampai tiba
shalat dhuhur, dan di lain waktu kadang-kadang jadi buruh pemecah batu untuk
bahan bangunan, selama hampir sekitar tigapuluh lima tahun berumah tangga, Entin
dan Harun sudah dikaruniai sembilan orang anak. Malahan tiga di antaranya sudah
berkeluarga.
Setahun yang lalu memang Harun pernah mendengar selentingan
kabar, bahwa Entin memiliki hubungan gelap dengan Uus. Bahkan, kata kabar itu
juga, beberapa warga sekampungnya pernah memergoki Entin dan Uus sedang
bersetubuh di pematang sawah. Ketika itu Uus sedang menunggui air di sawahnya
pada malam hari. Karena sebagaimana biasanya bila musim kemarau tiba, supaya
sawah mereka tidak kekeringan, maka airnya harus dijaga. Siang dan malam.
Kabar itu tidak begitu dipedulikannya. Harun malah
beranggapan sebagai upaya orang yang ingin menghancurkan rumah tangganya saja.
Karena saat ditanyakan kepada Entin, istrinya itu tidak mengakuinya. Malahan
marah-marah pula. Dan kabar itu dikatakan Entin sebagai fitnah orang yang tak
suka melihat ketentraman rumah tangganya.
Apalagi Harun sendiri tahu kalau Uus yang tinggal di kampung
sebelah, selain sudah berkeluarga, dan walau saat ini istrinya sedang pergi
jauh ke negeri orang, untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, tokh antara
dirinya dengan Uus masih ada tali persaudaraan walau sudah jauh juga. Suatu hal
yang mustahil saudara sendiri mau berselingkuh dengan istrinya, demikian pikir
Harun saat itu.
Begitu juga ketika menjelang lebaran Idul fitri lalu, saat
dirinya melihat Entin mengirim banyak makanan ke rumah Uus, Harun sama sekali
tidak menaruh curiga. Malahan Harun merasa senang istrinya cukup memperhatikan
saudaranya yang sedang ditinggal lama istrinya. Apalagi ketika Entin pulang,
dan diperlihatkannya beberapa lembar uang lima puluh ribuan pemberian Uus,
Harun pun ikut senang juga.
Barulah dalam satu bulan ini Harun seringkali melihat
istrinya uring-uringan. Setiap menyerahkan uang hasil usahanya seharian, dikatakan
Entin tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lalu dikatakannya juga kalau Harun
sebagai lelaki yang tak tahu diri. Sudah tak mampu mencukupi nafkah
sehari-hari, kehangatan di malam hari pun tidak ditemukan lagi. Dan seperti
diakuinya, Harun memang sudah beberapa tahun ini tak memiliki gairah lagi. Bisa
jadi karena faktor usia, atau juga terlalu kecapekan bekerja keras saban hari.
Puncaknya sebulan lalu, Entin mengakui kalau dirinya selama
ini memiliki hubungan gelap dengan Uus. Malah sudah seringkali dirinya
melakukan hubungan layaknya suami-istri. Lalu dengan gamblangnya Entin minta
cerai dari Harun. Dan ingin dikawinkan dengan Uus. Juga harus disaksikan oleh
Harun. Kalau tidak Entin mau bunuh diri.
Apa boleh buat. Daripada persoalan semakin runyam, kemarin
malam Harun berterus-terang menyampaikan persoalan rumah tangganya kepada
beberapa orang tetua kampung. Dan malam itu juga meminta bantuan untuk
bersama-sama menyerahkan istrinya kepada Uus. ***
0 comments:
Post a Comment