Berbagi Sebening Hati

Saturday 4 June 2016

Seputar nge-Blog: Apa sih Ngeblog Itu?


Di antara kita mungkin masih ada yang belum tahu tentang nge-Blog. Bahkan andaikata sudah mengetahuinya, terkadang masih memiliki persepsi yang keliru. Seperti misalnya seorang yang aktif memposting tulisannya pada blog keroyokan semacam Kompasiana, atawa Indonesiana, dia melihat kalau ngeblog itu hanyalah menyajikan reportase berita saja, dan menganggap postingan yang tidak bersifat reportase bukanlah gawenya seorang Blogger. Hadeuh!

Nah, untuk itu ada baiknya kita simak yang diuraikan rekan Blogger kuncunk, yang mengatakan:

Pada dasarnya dalam menyampaikan unek - unek ataupun yang dalam pikiran kita tidak harus berbicara langsung ataupun curhat empat mata dengan seseorang. Di zaman sekarang ini banyak cara yang bisa di lakukan. Bisa lewat puisi, ataupun karya tulis yang biasa kita temukan di sebuah blog. Dan cara penyampaian nya pun berbeda beda, ada yang lewat sebuah cerita atau banyak cara yang bisa kita lakukan dan tidak langsung ke pokok permasalahan yang akan kita utarakan.
Blog itu apa sih?
Seperti yang saya sebutkan di atas, dalam menyampaikan unek unek kita bisa lewat blog. Nah sekarang yang akan saya bahas disini adalah pengertian dari sebuah blog. Saya sempat mencari cari di rumahnya mamang google arti sebuah blog dan saya menemukannya di Wikipedia, blog itu singkatan dari web blog adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan tulisan pada sebuah halaman web umum. Tulisan tulisan ini seri di muat dalam urut terbalik (isi terlebih dahulu baru kemudian di ikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian.
Berdasarkan arti blog yang saya dapat tersebut, saya sendiri dapat menyimpulkannya bahwa ngeblog itu ya harus menulis mengenai apa saja yang ada di otak kita. Namun belakangan ini saya banyak menemukan berbagai macam blog yang hanya membagikan sebuah berkas dengan rincian berkasnya saja tanpa adanya sepenggal kalimat yang di utarakan oleh admin blog tersebut. Penomena tersebut tidak hanya terjadi di MyWapBlog saja melainkan di platform blog lainnya juga banyak yang seperti itu

Sedangkan Blogger Sugeng Riyadi mengatakan:

Jika sobat bener-bener baru dalam dunia blog, maka kemungkinan sobat masih belum begitu paham apa itu blog.

Di internet sebenernya sudah banyak artikel-artikel yang membahas apa itu blog, tapi di sini saya akan memberikan penjelasan gampangnya saja.
Blog adalah satu dari sekian banyak jenis website yang ada di internet.
Contoh jenis website yang ada di internet adalah:
  • Portal berita (contohnya: detik.com, kompas.com, dll.)
  • Social Networking (contohnya: facebook.com. twitter.com, dll.)
  • Search Engine (contohnya: google.com, yahoo.com, dll.)
  • Forum (contohnya: kaskus.co.id, ads.id, dll.)
  • Toko Online (contohnya: bhinneka.com, lazada.co.id, dll.)
  • BLOG (contohnya: SUGENG.ID, SUGENG.ID, SUGENG.ID, DLL.)
  • DLL.
Terus apa bedanya blog dengan jenis website yang lain?
Jawabannya: BEDANYA BANYAK…
Satu hal yang paling membedakan antara blog dengan jenis website yang lain adalah fungsi dari blog itu sendiri.
Fungsi utama dari blog pada awalnya adalah untuk memudahkan orang menulis catatan pribadi di internet.
Tapi saat ini blog sudah memiliki banyak fungsi. Mulai dari sebagai tempat catatan pribadi, tempat berbagi opini dan informasi, untuk keperluan politik, sampai untuk keperluan bisnis.
Share:

Friday 3 June 2016

Termasuk Kelompok Mana Bentuk Wajah Anda: Teroris, Fedofil, atau Koruptor?



Bisakah Anda menentukan seseorang sebagai penjahat seperti teroris, pedofil, atau koruptor dari tengah kerumunan orang? Di situs resmi perusahaan teknologi Israel, Faception,  mengatakan bentuk wajah dapat digunakan untuk memprediksi kepribadian dan perilaku seseorang.

Klaim ini didasari pada kombinasi dari dua hal berikut:
1. Dipengaruhi oleh gen.
Gen dikatakan memainkan peran lebih besar dalam menentukan ciri-ciri kepribadian seseorang seperti keterampilan dan kemampuan sosial ketimbang cara dia dibesarkan oleh orang tua, peneliti mengklaim.

Para peneliti dari Universitas Edinburgh mempelajari lebih dari 800 pasangan kembar identik dan non-identik untuk mengetahui apakah gen memiliki efek lebih besar membuat orang-orang sukses dalam hidup. Ditulis dalam Journal of Personality, para peneliti menemukan bahwa kembar identik dua kali lebih mungkin memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama dari pada kembar non-identik. Itu menunjukkan bahwa karakter manusia sangat ditentukan oleh DNA.

2. Wajah adalah refleksi dari DNA kita.
Para peneliti telah mengidentifikasi lima gen yang membentuk wajah seseorang. Para peneliti sebelumnya menyadari bahwa genetika memainkan peran besar dalam menentukan bentuk wajah, setelah menemukan kembar identik berbagi DNA. Namun, hanya sedikit yang diketahui tentang kira-kira gen mana yang terlibat. Tiga gen dianggap memiliki peran dalam susunan fitur wajah, dan penelitian terbaru menegaskan keterlibatan gen-gen tersebut.

Dari percobaan yang dilakukan terhadap tikus, para peneliti mengidentifikasi ribuan daerah kecil DNA yang mempengaruhi perkembangan fitur wajah. Para peneliti mengatakan bahwa meskipun uji coba dilakukan pada hewan, wajah manusia adalah mungkin berkembang dengan cara yang sama. Bahkan, temuan diklaim sudah sangat mungkin menghasilkan beberapa kesimpulan tentang penampilan tersangka kejahatan dari DNA mereka sendiri.

Atas dua prinsip itulah Faception mengklaim dapat mengidentifikasi teroris hanya dengan mengidentifikasi wajah. Perusahaan sebagaimana dilansir dari laman Mirror, 25 Mei 2016, menggunakan 15 klasifikasi untuk menganalisis rincian wajah yang tidak dapat terdeteksi dengan mata telanjang, bahkan dengan tingkat akurasi 80 persen.

"Kami memahami manusia jauh lebih baik daripada manusia saling memahami," kata kepala eksekutif Faception Shai Gilboa. "Kepribadian kita ditentukan oleh DNA dan tercermin di wajah kita. Ini semacam sinyal."

Faception mengatakan teknologi tersebut telah sukses mengidentifikasi sembilan dari 11 tersangka teror Paris, tanpa diberi informasi apapun tentang keterlibatan mereka.

Teknologi ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi teroris tetapi juga pedofil, jenius, penjudi (pemain poker) dan penjahat kerah putih.

Berikut adalah 8 dari 15 klasifikasi yang ditetapkan Faception untuk menentukan karakter seseorang:

Orang berkualitas unggul
Diberkahi dengan keterampilan penalaran, seperti logika, keterampilan spasial. Orang-orang ini bisa menghasilkan sesuatu sendiri, pemikir bebas dan pengusaha. Sangat berbakat, cenderung berorientasi kurang sosial, memegang teguh nilai kebenaran, dan berorientasi pada fakta dan logika lebih dari hubungan emosional. Mereka juga kreatif dan berpikiran independen, dengan kemampuan konsentrasi yang luar biasa, memiliki intelektualitas tinggi dan kapasitas mental yang memadai

Peneliti akademik
Diberkahi dengan pemikiran runut, kemampuan analisis yang tinggi, banyak ide, pemikiran yang mendalam dan serius. Kreatif, dengan kemampuan konsentrasi tinggi, kapasitas mental kuat, dansangat bergantung pada data dan informasi.

Pemain Poker Profesional
Diberkahi dengan kemampuan konsentrasi yang tinggi, ketekunan dan kesabaran. Berorientasi pada tujuan, analitis, dengan rasa humor yang kering. Diam, tanpa emosi dan ekspresi emosional. Berpikiran tajam, dengan persepsi kritis yang tinggi.

Pemain Bingo
Diberkahi dengan mental yang sangat kuat, konsentrasi tinggi, berjiwa petualang, dan kemampuan analisis yang kuat. Cenderung kreatif, dengan orisinalitas tinggi dan imajinasi, dan memiliki indera yang tajam.

Promotor Merek
Diberkahi dengan kepercayaan diri tinggi, kepribadian yang berwibawa, karismatik dan magnetik. Memiliki kecerdasan an kemampuan verbal yang tinggi. Cenderung untuk bersikap baik, ramah, langsung dan sangat praktis.

Penjahat Kerah Putih (antara lain koruptor, penggemplang pajak)
Cenderung memiliki harga diri yang rendah, IQ yang tinggi dan karisma. Sering cemas, tegang dan frustrasi, namun kompetitif, ambisius dan dominan. Biasanya suka mengambil risiko dan memiliki rasa humor yang kering.

Teroris
Cenderung agresif, aktif, mencari sensasi, kejam dan keadaan psikologis yang tidak seimbang. Biasanya menderita perubahan suasana hati, rasa rendah diri dan tidak tenang.

Pedofil
Menderita tingkat tinggi kecemasan dan depresi. Introvert, tidak memiliki emosi, sangat berhitung, cenderung pesimis, rendah diri, dan suasana hati yang terus berubah-ubah.

Sumber: Tempo.co
Share:

Wednesday 1 June 2016

Bila Anak Anda Jadi Korban Kekerasan Seksual



Sebagai orang tua yang memiliki anak perempuan, atau lelaki sekalipun, sekarang ini bisa jadi sering merasa cemas dan khawatir kalau suatu saat anak kita menjadi korban kekerasan seksual. Baik sekedar berupa pelecehan, maupun – Na’udzubillah, pemerkosaan yang diakhiri dengan  penghilangan nyawa korban. Apalagi di media – televisi dan koran, saban hari selalu saja ada pemberitaan terkait tindak kejahatan yang satu ini.

Kejahatan dalam mengumbar nafsu berahi tidak hanya dilakukan oleh mereka yang memang telah memiliki stigma buruk dalam hidup kesehariannya, orang yang di mata masyarakat sebagai sosok panutan, atau keluarga dekat sekalipun suatu saat tanpa disangka-sangka bisa saja berubah menjadi seorang maniak yang membabi-buta mengumbar nafsu syahwatnya dengan cara sadis dan di luar kewajaran.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di daerah saya, seorang ibu dari kampung sebelah melaporkan kejadian yang menimpa anak gadisnya pada polisi. Berdasarkan pengaduannya, anak gadisnya telah dijadikan ‘model’ video esek-esek dengan cara-cara yang biadab oleh teman-teman prianya. Dan video itu belakangan ini telah beredar luas melalui telpon seluler (HP).

Konon setelah dilakukan penyidikan oleh pihak yang berwajib, ABG siswi sebuah SMA itu selama ini menjalin hubungan khusus dengan teman satu sekolahnya. Keduanya berpacaran sampai suatu saat terjadilah hubungan intim di tempat teman prianya itu.

Tanpa dinyana, hubungan intim ABG berlainan jenis itu ternyata diabadikan melalui HP oleh beberapa orang teman prianya tanpa diketahui anak perempuan itu.dan setelah hubungan intim kedua sejoli itu selesai, teman-teman pria dari kekasih si gadis pun muncul dari persembunyiannya sambil memperlihatkan hasil rekaman yang baru saja terjadi

Betapa kagetnya si gadis, sedangkan teman prianya hanya senyam-senyum saja. Karena berdasarkan pengakuannya kemudian di depan pihak kepolisian, hal itu telah direncanakan memang bersama ‘geng’-nya itu. Dan si gadis lebih terperanjat lagi tatkala teman-teman pacarnya meminta ‘jatah’ seperti yang telah dilakukan barusan bersama pacarnya tersebut. Apabila tidak mau, mereka mengancam bahwa hasil rekaman tadi akan diedarkan.

Apa boleh buat. Dengan terpaksa si gadis pun melayani hasrat bejat mereka. Yang penting kelakuannya tidak diketahui khalayak ramai. Akan tetapi harapan si gadis tidaklah seperti yang dijanjikan semula. Belakangan rekaman itu telah beredar luas. Hingga ibu si gadis pun ahirnya mengetahuinya pula

Dari kejadian itu, ibu si gadis itu pun ahirnya mengaku kalau selama ini dirinya kurang melakukan kontrol terhadap ananknya. Dirinya kadung percaya kalau anak gadisnya dianggap sudah dewasa, dan sudah mampu menjaga diri.

Begitulah. Ragam kejahatan seperti itu tidak menutup kemungkinan bisa saja menimpa anak kita juga. apabila hal seperti itu terjadi, sebagai orang tua kita sudah tentu merasa terpukul – seperti ibu si gadis itu. Betapa nama baik keluarga pun menjadi tercoreng hitam. Apalagi kondisi masyarakat kita yang masih mudah memberi stigma buruk terhadap korban. ***

Pernah Dimuat di Kompasiana


Share:

Di Bawah Pohon Sukun Itu, Pancasila Dilahirkan



Pada 1 Juni 1945, Bung Karno menyampaikan pidato dalam rapat besar Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Di dalam rapat itu Bung Karno secara berapi-api menyadarkan peserta rapat tentang perlunya Indonesia memiliki dasar negara yang menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lima prinsip dipaparkan Soekarno beserta relevansinya bagi bangsa Indonesia. Kelima butir itulah yang disebut Soekarno sebagai Pancasila.

Ini pula yang mendasari penetapan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.

Proses perenungan Bung Karno

Buah pemikiran Soekarno akan Pancasila tidak muncul secara tiba-tiba. Pancasila hadir sebagai hasil dari proses perenungan diri Bung Karno selama empat tahun diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pada 14 Januari 1934, Bung Karno bersama sang istri, Inggit Garnasih serta ibu mertua (Ibu Amsi) dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tiba di rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende.

Kehidupan Soekarno dan keluarga di Ende serba sederhana dan jauh dari hiruk-pikuk politik seperti di kota besar.

Dibuangnya Soekarno ke daerah terpencil dengan penduduk berpendidikan rendah memang sengaja dilakukan Belanda untuk memutus hubungan Soekarno dengan para loyalisnya.

Dikutip dari buku "Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara", Soekarno jadi lebih banyak berpikir daripada sebelumnya.

Dia mulai mempelajari lebih jauh soal agama Islam hingga belajar soal pluralisme dengan bergaul bersama pastor-pastor di Ende.

Tak banyak yang bisa dilakukan Bung Karno di tempat pengasingan yang begitu jauh dari Ibu Kota itu.

Sehari-hari, Soekarno memilih berkebun dan membaca. Untuk membunuh kebosanannya dengan aktivitas yang monoton itu, jiwa seni Bung Karno kembali tumbuh.

Dia mulai melukis hingga menulis naskah drama pementasan.

Di sela kegiatan seninya, Soekarno berkirim surat dengan tokoh Islam di Bandung bernama T. A. Hassan dan berdiskusi cukup sering dengan pastor Pater Huijtink.

Dari sinilah Soekarno menjadi lebih relijius dan memaknai keberagaman secara lebih dalam.

Sebuah tempat favoritnya untuk berkontemplasi adalah di bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke Pantai Ende.

Pohon sukun itu berjarak 700 meter dari kediaman Soekarno. Biasanya, Soekarno pergi sendiri ke tempat itu pada Jumat malam.

Di tempat itulah, Soekarno mengaku buah pemikiran Pancasila tercetus.

Ia memiliki cerita sendiri soal itu. Berikut yang dikisahkan Soekarno:

"Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung.., di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudera bergolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya. Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari Yang Maha Ada."

Ketika menjadi Presiden pertama Indonesia, Bung Karno kembali mengunjungi Ende pada tahun 1950.

Bung Karno tidak lupa pada pohon sukun favoritnya itu. Di sanalah Bung Karno bercerita proses pencetusan Pancasila yang kini ditetapkan sebagai dasar negara.

Sejak tahun 1980-an, pohon sukun itu kemudian dikenal menjadi Pohon Pancasila. Namun, pohon aslinya sudah mati pada tahun 1970-an.

Pemerintah setempat menggantinya dengan anakan pohon yang sama di lokasi yang sama.


 Sumber:  Kompas.com
Share:

Tuesday 31 May 2016

Humor ala Gus Dur: Dialog Presiden dengan Tuhan




Ceritanya para presiden dan pemimpin negara berdialog dengan Tuhan.

Presiden AS Ronald Reagen: Tuhan, kapan negara kami makmur?, Tuhan jawab, "20 Tahun lagi". Presiden AS menangis.

Presiden Prancis Sarkozy: Tuhan, kapan negara Prancis makmur? Tuhan menjawab: "25 Tahun lagi." Mendengar jawaban Tuhan, Presiden Prancis menangis.

PM Inggris Tony Blair: "Tuhan, kapan negara Inggris bisa makmur?" Tuhan menjawab: "20 Tahun lagi." PM Tony Blair ikut juga menangis.

Presiden Gus Dur: "Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?" Tuhan tidak jawab, gantian Tuhan yang menangis

Sumber: gusdur.net
Share:

Tulisan almarhum Gus Dur Tentang Laksamana Cheng Ho



Laksamana itu Seorang Penyebar Agama
Menuliskan riwayat singkat Cheng Ho (Ma Zeng He) bukanlah kerja yang mudah. Pertama, ia dikenal oleh dua kalangan yang berbeda sebagai muslim dan non-muslim. Dari sudut kemuslimannya, ia adalah seorang dari jutaan orang manusia Tionghoa yang dulunya beragama Islam. Baru kemudian, masjid yang didirikannya lalu digunakan sebagai klenteng (Bio). Dalam sebuah buku berbahasa Prancis yang terbit beberapa tahun lalu, Quatorze Neuf Deux, dinyatakan bahwa ada lima buah kejadian besar yang mengguncangkan dunia. Buku itu menceritakan bahwa pada bahwa tahun 1492, Vasco Da Gamma mencapai kepulauan Bermuda di Amerika Tengah. Dari peristiwa itu, di kemudian hari akan menyusul gelombang datangnya orang-orang Eropa utara (terutama Inggris, Prancis dan Jerman) ke Benua Amerika.

Di samping mereka, ada juga orang-orang Spanyol dan Portugis, yang sekarang membentuk bangsa-bangsa yang hidup di Amerika Tengah dan Selatan. Kedua-duanya sekarang ini dimudahkan penyebutannya menjadi Amerika Latin. Begitu pula, tidak dapat dilupakan orang-orang hitam, yang untuk menghormati mereka disebut sebagai Afro-America, dahulunya bernama Negro. Di kemudian hari, datang juga ke Amerika Serikat para imigran dari Italia, disusul imigran dari berbagai daerah terutama Russia, Armenia, Yunani, dan Lebanon. Sedang dari arah barat datanglah orang-orang Jepang dan Tionghoa, dan abad yang lalu orang-orang India (terutama Bangalore Hyderabad). 

Manusia Indonesia sendiri hanya berjumlah puluhan ribu orang, dan tidak perlu dimasukan ke dalam komponen para pembentuk Amerika Serikat. Oleh sementara orang, kesemuanya itu disebut sebagai ‘panci adukan’ (melting pot), yang sekarang disanggah oleh sementara pihak.

Pada waktu itu, kaum Tionghoa muslim telah berkembang pesat, setidaknya di pantai utara pulau Jawa. Mereka segera ‘berhadapan’ dengan pihak-pihak berbagai agama yang sudah ada terlebih dahulu, seperti kaum Hindu-Budha, terkenal dengan sebutan kaum Bhairawa (sekarang juga disebut Birawa). Dengan meninggalkan Candi Prambanan dan Borobudur, kaum Hindu-Budha itu pindah ke Jawa Timur dari kawasan Klaten sekarang di bawah pimpinan Mpu Sindok dan menirikan Kerajaan Medang dengan raja terakhir bernama Dharmawangsa. Setelah Medang dihancukan Sriwijaya, keturunan Dharamawangsa yaitu Raja Erlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan. Di akhir hayatnya Airlanga membagi dua Kahuripan menjadi Panjalu (Kediri) dengan ibukota Daha dan Jenggala beribukota di Kahuripan. Agama Hindu-Budha itu kemudian berkembang menjadi Kerajaan Singosari di sebelah utara Malang. Raja terakhirnya Prabu Kertanegara, mengambil menantu Raden Wijaya.

Ketika Raden Wijaya memberontak ia tidak mendirikan kerajaan di kawasan Gunung Bromo atau Pujon. Apa yang dilakukannya adalah mendirikan kerajaan baru di Terik, kawasan pinggiran sungai Brantas di daerah Krian. Dugaan penulis Terik adalah penyebutan lain dari kata Thariqah, artinya kalangan tarekat yang melaksanakan ajaran-ajaran tasawuf. Mengapakah mereka mendirikan Majapahit di Terik? Kemungkinan besar karena perlindungan angkatan laut Tiongkok yang sudah menjadi muslim itu. Raden Wijaya yang menurut penulis datang dari Marga Ui, memiliki penduduk beragama Islam dan agama Hindhu dan Budha. Kerajaan baru itu pada abad–abad berikutnya menampilkan Mpu Tantular dengan Negara Kertagama nya dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa ia menyerap salah satu semangat bangsa ini yang sejak dahulu -setidaknya 8 abad yang lalu sudah memiliki pluralitas/kemajemukan yang tinggi.

Di samping kejadian di atas, sekitar penghabisan Abad XV dan permulaan Abad XVI, ada empat kejadian penting yang menentukan jalannya sejarah dunia di kemudian hari. Terlebih dahulu adalah terjadinya sikap mengalah dari sebuah kerajaan Islam di daerah Pantai Barat Afrika Tengah. Ketika itu, sebuah kapal layar Eropa mendarat di pantai kawasan tersebut. Ketika terjadi pertempuran senjata antara mereka melawan penduduk setempat maka para pelaut itu menggunakan senjata api untuk bertahan. Segera saja mereka yang bersenjata api -penduduk setempat menamai mereka sebagai setan dengan senjata berlidah api- menguasai kawasan itu, dan memaksa kerajaan Islam itu berpindah dari daerah pantai ke kawasan hutan di tengah-tengah benua Afrika.

Hal ketiga adalah ketika keluarga Borgia berhasil menjadikan salah seorang warga mereka menjadi Paus Alexander VI. Wangsa Borgia menggunakan uang, jabatan dan wanita untuk “mengangkat” warga mereka itu menjadi Paus. Hal ini menjadi salah satu penyebab perbedaan pandangan di antara Gereja Katholik dan sebagian para pemrotes yang kemudian dinamai kaum Protestan terlibat dalam perselisihan besar (skisma). Skisma/perpecahan antara Gereja Katholik dan Gereja Protestan akhirnya, membawa kepada perpecahan formal antara Gereja Katholik dan Gereja Protestan dalam bentuk berbagai sinoda.

Kejadian lainnya pada era itu adalah, ketika wangsa Kazimierski di Polandia memenangkan pertempuran atas wangsa Muscovit di Russia. Segera mereka harus memecahkan masalah apakah wangsa Muscovit boleh menggunakan bahasa Russia sebagai bahasa resmi, dan bukannya bahasa Polandia. Wangsa Kazimierski tersebut memutuskan bahasa Russia, dan bukannya bahasa Polandia sebagai bahasa nasional orang-orang Russia. Keputusan fundamental ini berakibat setengah abad kemudian orang-orang Russia kembali menggumpulkan kekuatan, dan berhasil mengalahkan bangsa Polandia. Apalagi setelah kaum komunis (Bolshevik) di bawah pimpinan V.I Lenin mendirikan partai komunis Uni Soviet (PKUS) menjelang tahun 1917.

Kejadian besar kelima yang merubah jalannya sejarah, terjadi ketika seorang Kaisar cilik diangkat menggantikan ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Dan diangkatlah seorang wali negara, yang tadinya adalah menteri peperangan. Karena ia adalah seorang pemeluk agama Konghucu yang taat, maka ia sangat takut kepada kaum muslim di kawasan rantau (hoa kiau), yang umumnya sudah menjadi muslim. Begitu ia menjadi wali negara, maka diperintahkannya kapal-kapal laut kerajaan untuk kembali ke kawasan pesisir daratan Tiongkok dan dibakar.

Segera terputuslah segala jenis komunikasi antara kawasan Rantau tersebut dengan daratan Tiongkok. Penduduk rantau yang tadinya adalah kaum Tiongkok muslim, menjadi terserap sebagai penduduk bumiputra, dan angkatan laut Tiongkok, yang tadinya menguasai lautan antara pulau Madagaskar di kawasan timur Afrika dan Ascunsion di Pulau Tahiti (lautan Pasifik), juga menjadi penduduk bumiputra. Untuk dua abad lamanya hubungan antara kawasan-kawasan tersebut dengan daratan Tiongkok terputus sama sekali. Maka kejayaan Tiongkok itu lalu di klaim antara lain oleh Majapahit, dengan konsepnya yang sekarang dinamai persemakmuran (commonwealth). Cheng Ho pada permulaan abad ke-15, yang memimpin angkatan laut Tiongkok lalu harus melakukan ekspedisi laut tujuh kali saja, dan berakhir ketika ia meninggal dunia karena sakit di Kerala (India).


Kenyataan-kenyataan sejarah seperti ini memaksa kita untuk mengerti, bahwa dua abad berikut barulah orang-orang Belanda dapat mendatangkan orang-orang Tionghoa kemari. Mereka kemudian membawa agama Budha, Konghucu dan tentu saja agama Tao. Kemudian pemerintahan Orde Baru ‘menyatukan’ penganut Budha, Tao dan Konghucu dalam apa yang dinamakan kaum Tri Dharma, terutama dibawakan oleh Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia). Bagaimana dengan jasa Cheng Ho? Setelah ia meninggal dunia di kawasan Kerala itu, kawasan-kawasan yang didirikannya lalu berkembang pesat, seperti Singapura. Dari sini ternyata, bahwa seseorang pemimpin dengan membawa peranannya yang besar, dapat menimbulkan perubahan-perubahan sangat besar dalam sejarah manusia. Sangat indah hal itu, bukan?

Sumber: Gus Dur
Share:

Monday 30 May 2016

Karena Tak Ada Lagi Cinta di Hatinya



"Jangan katakan lagi I love you,  dan segala tetek-bengeknya. Mendingan kita nikmati malam indah ini dengan bersenang-senang,” kata perempuan muda itu sambil mengedikkan bahunya, kemudian menjentikkan abu rokok di tangannya pada asbak di atas meja.

“Tapi sungguh, Vey, aku terlanjur menyayangimu…” kata lelaki setengah tua itu dengan suara yang sedikit parau.

“Kalau memang abang sayang sama Vey, ya terima kasih. Berarti abang mau menuruti segala permintaanku,” kata perempuan itu sambil mengerling manja.

Kemudian tangan kirinya meraih gelas yang isinya tinggal setengahnya. Wine berwarna merah dalam gelas itu perlahan diminumnya hingga tandas. Sambil kembali meletakkan gelas yang telah kosong, bibir yang bergincu merah itu dijilati dengan lidahnya.  Sementara lelaki setengah baya itu meraih botol wine, kemudian menuangkan isinya ke dalam gelas milik Vey.

“Ya dengan atas nama cinta dan sayangku padamu, aku akan menuruti segala keinginanmu…”

Belum tuntas lelaki itu bicara, telunjuk tangan Vey ditempelkan di bibirnya.

 “Sssttt… Lagi-lagi cinta. Sudahlah jangan katakan lagi cinta. Aku sudah muak mendengarnya. Malam ini berapa abang sanggup membayarku untuk menemanimu ?” bisik Vey di telinga lelaki setengah tua itu.

Tanpa menunggu lagi lelaki setengah baya itu mengambil dompet dari saku belakang celananya. Kemudian dompet yang cukup tebal itu diletakkannya di atas meja,

“Ambillah seluruh isinya. Bahkan kalau perlu seluruh kartu ATMnya pun boleh kamu ambil pula,” katanya sambil menyeringai.
Sementara telunjuknya mencolek pipi Vey yang memerah oleh pulasan bedak, dan efek dari wine yang telah dua gelas dihabiskannya.

“Serius nih ? Tapi nggaklah… Berilah aku seperti biasanya saja,” kata Vey sambil bangkit dari kursi. Lalu beranjak menghampiri lelaki setengah tua itu. Dengan manjanya Vey duduk dipangkuan lelaki setengah tua itu.

***
Alunan musik dangdut memenuhi ruangan itu. Di kursi tampak Vey duduk seorang diri sambil mematut-matut riasan wajahnya pada cermin kecil yang dipegang sebelah tangannya lagi. Dan sebentar-sebentar matanya berpaling ke arah pintu yang tertutup.

Tiba-tiba handphone di tasnya berdering. Vey meletakkan cermin di atas meja. Lalu meraih handphonenya dari dalam tas yang tergeletak di sampingnya.

Sebuah SMS diterimanya. “Sayang, aku lagi di jalan…” Begitu pesan yang dibacanya. Lalu Vey mengetik balasan pada nomor itu, “ Yupz, aku sudah menunggu.”

Hari ini Vey ada janji. Dengan pria langganan lamanya, yang biasa merangkap tukang ojek. Vey minta diantar untuk pergi ke orang pintar yang biasa dipanggilnya “Eyang”.
 
Vey ingin Eyang menambah aura kecantikannya agar lelaki setengah tua yang sudah beberapa kali menemuinya itu semakin menyayanginya. Sehingga dengan demikian dirinya akan semakin mudah untuk mendapatkan lembaran uang dari lelaki setengah tua itu. Dan yang paling penting, Vey tidak perlu repot-repot lagi melayani lelaki tua itu di atas ranjang. Kalau memang lelaki setengah tua itu betul-betul mencintai dirinya, tokh dirinya bisa berkelit dengan segala macam alasan.

“Kalau memang abang mencintaiku, nanti pun buat siapa lagi diriku ini kalau bukan untuk abang seorang,” Vey mereka-reka.

***
Semakin hari hubungan Vey dengan lelaki setengah tua pemilik bengkel sepeda motor itu semakin dekat saja. Dan memang lelaki setengah tua yang sudah memiliki isteri dua orang itu merasakan semakin mencintai Vey. Sehingga segala permintaan Vey selalu dipenuhinya. Mulai dari kebutuhan sebagaimana biasanya perempuan untuk mempercantik penampilannya, untuk kebutuhan sehari-hari Vey bersama tiga orang anaknya, bahkan sebuah sepeda motor matik pun yang diminta Vey dibelikannya. Dengan begitu mudahnya. Hanya dengan mengatakan, “Masa setiap kali untuk menemui abang, Vey harus minta diantar tukang ojek. Bagaimana kalau nanti tukang ojek itu bikin gossip, bisa-bisa hubungan kita ini didengar isteri abang,” katanya di suatu ketika.
Setelah memiliki sepeda motor, Vey semakin leluasa pergi kemana ia suka. Terutama untuk mencari pria lain yang tebal dompetnya, tentu saja.

***
“Jangan katakana cinta, aku sudah muak mendengarnya. Lebih baik kita nikmati saja malam ini sesuka kita berdua, “ bisik Vey kepada seorang lelaki yang kesekian orang yang menjadi mangsanya.

 “Berilah aku uang, aku akan berikan kehangatan buat abang seorang.” ***


Share:

3 Presiden Naik Pesawat



Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Prancis terbang bersama buat keliling dunia. Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Tidak lama terbang, Presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"

Presiden Indonesia ( Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?"

"Itu, patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.

Tidak mau kalah, Presiden Prancis Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tahu nggak? Kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya dengan sombongnya.

Presiden Indonesia: "Wah, kok bisa tau juga?"

"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Prancis tersebut.

Giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat. "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!" teriak Gus Dur.

"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran.

"Ini, jam tangan saya ilang," jawab Gus Dur kalem.

Sumber: gusdur.net
Share:

Guru yang Meminta Miras kepada Muridnya



Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;

“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)

Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.

“Iya”, jawab Syams.

Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.

“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.

“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.

“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.

“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.

“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”
.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.

Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak.

“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.

Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman
Bersandarlah hanya kepada Allah SWT.

Dikutip dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi.
Share:

Tuesday 3 May 2016

Astaga, Istri Minta Suami Menyaksikan Perkawinannya dengan Pria Lain


Betapa terpukulnya Harun (60) saat mendengar pernyataan istrinya, Entin (55) yang meminta diceraikan, dan ingin disaksikan perkawinannya dengan seorang lelaki, Uus (52) namanya ,dari kampung sebelah. Apabila permintaan dirinya tidak dituruti Harun, Entin mengancam akan bunuh diri dengan cara menabrakkan dirinya pada kereta api yang sedang melaju kencang.

 Sebenarnya permintaan Entin bukan sekali itu saja didengarnya. Dalam sebulan ini hampir pada setiap kesempatan istrinya mengutarakan permintaan yang sama. Dan bagi Harun hal itu merupakan dilema, tentu saja.

Betapa tidak. Meski pekerjaan Harun hanyalah seorang buruh serabutan; sebagaimana biasanya di kampung bila musim bercocok tanam jadi buruh tani, mengolah sawah milik orang dengan upah Rp 20 ribu dari pagi sampai tiba shalat dhuhur, dan di lain waktu kadang-kadang jadi buruh pemecah batu untuk bahan bangunan, selama hampir sekitar tigapuluh lima tahun berumah tangga, Entin dan Harun sudah dikaruniai sembilan orang anak. Malahan tiga di antaranya sudah berkeluarga.

Setahun yang lalu memang Harun pernah mendengar selentingan kabar, bahwa Entin memiliki hubungan gelap dengan Uus. Bahkan, kata kabar itu juga, beberapa warga sekampungnya pernah memergoki Entin dan Uus sedang bersetubuh di pematang sawah. Ketika itu Uus sedang menunggui air di sawahnya pada malam hari. Karena sebagaimana biasanya bila musim kemarau tiba, supaya sawah mereka tidak kekeringan, maka airnya harus dijaga. Siang dan malam.

Kabar itu tidak begitu dipedulikannya. Harun malah beranggapan sebagai upaya orang yang ingin menghancurkan rumah tangganya saja. Karena saat ditanyakan kepada Entin, istrinya itu tidak mengakuinya. Malahan marah-marah pula. Dan kabar itu dikatakan Entin sebagai fitnah orang yang tak suka melihat ketentraman rumah tangganya.

Apalagi Harun sendiri tahu kalau Uus yang tinggal di kampung sebelah, selain sudah berkeluarga, dan walau saat ini istrinya sedang pergi jauh ke negeri orang, untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, tokh antara dirinya dengan Uus masih ada tali persaudaraan walau sudah jauh juga. Suatu hal yang mustahil saudara sendiri mau berselingkuh dengan istrinya, demikian pikir Harun saat itu.
Begitu juga ketika menjelang lebaran Idul fitri lalu, saat dirinya melihat Entin mengirim banyak makanan ke rumah Uus, Harun sama sekali tidak menaruh curiga. Malahan Harun merasa senang istrinya cukup memperhatikan saudaranya yang sedang ditinggal lama istrinya. Apalagi ketika Entin pulang, dan diperlihatkannya beberapa lembar uang lima puluh ribuan pemberian Uus, Harun pun ikut senang juga.

Barulah dalam satu bulan ini Harun seringkali melihat istrinya uring-uringan. Setiap menyerahkan uang hasil usahanya seharian, dikatakan Entin tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lalu dikatakannya juga kalau Harun sebagai lelaki yang tak tahu diri. Sudah tak mampu mencukupi nafkah sehari-hari, kehangatan di malam hari pun tidak ditemukan lagi. Dan seperti diakuinya, Harun memang sudah beberapa tahun ini tak memiliki gairah lagi. Bisa jadi karena faktor usia, atau juga terlalu kecapekan bekerja keras saban hari.

Puncaknya sebulan lalu, Entin mengakui kalau dirinya selama ini memiliki hubungan gelap dengan Uus. Malah sudah seringkali dirinya melakukan hubungan layaknya suami-istri. Lalu dengan gamblangnya Entin minta cerai dari Harun. Dan ingin dikawinkan dengan Uus. Juga harus disaksikan oleh Harun. Kalau tidak Entin mau bunuh diri.


Apa boleh buat. Daripada persoalan semakin runyam, kemarin malam Harun berterus-terang menyampaikan persoalan rumah tangganya kepada beberapa orang tetua kampung. Dan malam itu juga meminta bantuan untuk bersama-sama menyerahkan istrinya kepada Uus. ***

Share:

Monday 2 May 2016

Indonesia Dewasa Ini di Mata Bung Karno dan Pak Harto


Pada suatu ketika saya mendapat kesempatan untuk berdialog dengan Presiden pertama dan Presiden kedua Republik Indonesia ini. Kebetulan dua sosok pemimpin bangsa ini ketika saya temui sedang berbincang  serius  di sebuah taman yang entah dimana, tetapi jelas masih di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Aneh. Bisa-bisanya Bung Karno dengan Pak Harto begitu akrabnya, duduk dalam satu meja. Bukankah waktu itu Bung Karno dikudeta oleh Jenderal bintang lima ini. Malahan sampai ditahan di Wisma Yasa lagi.
Tapi bisa jadi yang namanya politik tidak ada teman dan musuh yang abadi. Saya malah bersyukur keduanya bisa akur kembali.
Dari kejauhan saya melihat Bung Karno – seperti biasanya bicara lantang dan berapi-api dengan lawan bicaranya. Sedangkan Pak Harto menanggapinya dengan tutur kata yang kalem, dan selalu dibarengi smiling General-nya yang terkenal itu.  Dan saat jarak antara saya dengan beliau-beliau ini sudah dekat,  saya menghentikan langkah. Ada sedikit keraguan, dan takut mengganggu keasyikan mereka berdua yang kelihatannya cukup serius.
 Bung Karno rupanya yang pertama kali melihat kehadiran saya. Sambil melambaikan tangannya, beliau berteriak memanggil.
“Hei, kamu.  Ayo ke sini !”
“Kebetulan ada anak muda angkatan ‘98. Mungkin bisa melengkapi diskusi ini, “ kata Bung Karno sambil menerima jabat tangan saya. Sedangkan Pak Harto hanya mengangguk sambil tetap tersenyum. “Eh, ngomong-ngomong, kamu waktu itu ikut demonstrasi melengserkan  Bapak yang satu ini ya ? ” Bung Karno melempar tanya seraya telunjuknya menuding ke arah Pak Harto.
Saya hanya mengangguk kecil sambil tersipu menjawab pertanyaan itu. Lalu saya menatap Pak Harto. Tak ada reaksi sama sekali. Dan senyumnya justru semangkin, eh, semakin mengembang.
“Silahkan duduk, nak !” Pak Harto menyuruh saya untuk menempati kursi yang ada di antara beliau dengan Bung Karno.
Diam-diam dalam hati muncul suatu kebanggaan tersendiri. Saya bisa duduk bersama dua orang mantan Presiden. Betapa ini sebuah kehormatan, dan anugrah Tuhan juga.
“Sebagaimana Negara Kesatuan Republik indonesia ini, adalah suatu anugrah Tuhan YME yang tiada terhingga bagi seluruh bangsa di Nusantara. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban semua rakyat untuk menjaga, dan memeliharanya, agar anak-cucu kita, dapat menikmati kehidupan yang damai dan sejahtera di negeri zamrud khatulistiwa yang kaya-raya alamnya, sebagaimana cita-cita kami dahulu saat merebut kemerdekaan negara ini dari tangan kolonialis,” ujar Bung Karno seperti menyambung apa yang muncul dalam hati saya.
Saya mengangguk takzim.
“Ketika saya dilengserkan oleh mereka yang mengaku sebagai para reformis, dengan alasan untuk memperbaiki negeri ini agar lebih demokratis lagi,  dan agar cita-cita Bung ntuk umenjadikan negeri ini sebagai negara yang adil-makmur, gemah ripah repeh rapih loh jinawi dapat segera tercapai. Akan tetapi kenyataannya yang saya saksikan sekarang ini, seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita bangun malah diacak-acak, dirusak, dengan mengatasnamakan Bung dan saya. Mereka saling berebut kekuasaan demi kepentingan diri sendiri dan golongannya. Sementara rakyat dibiarkan sengsara, “ Pak Harto yang sejak tadi hanya mengumbar senyum angkat bicara.
“Sehingga kalau dipikir-pikir sepertinya rakyat kecil justru lebih menikmati kehidupan pada jaman kepemimpinan saya. Iya tokh, Nak ? Enakan di jamanku ‘kan?” sambungnya seraya menatap ke arah saya.
Sungguh. Saya tak mampu menjawab pertanyaan Pak Harto tersebut. Bagaimanapun saya merasa malu. Malu kepada kedua Founding fathers ini, terlebih merasa malu pada diri sendiri. Karena terus terang, meskipun peran saya teramat kecil ketika itu, saya termasuk orang yang mengaku reformis itu. Sedangkan kenyataannya sekarang ini...
Ya, begitulah. Para elit seakan tak lagi memikirkan nasib rakyat yang kian terombang-ambing tak menentu. Mereka justru sibuk sikut sana tendang sini demi mengamankan ambisi diri sendiri dan golongannya masing-masing. ***
#Sekilas dalam Dialog Imajiner bersama dua mantan Presiden 
Share:

Awal Mula Munculnya Partai Komunis di Indonesia


Belakangan ini di negeri kita sedang ramai diperbincangkan mengenai munculnya tuntutan agar Presiden Jokowi menyampaikan permintaan maap kepada korban pelanggaran Ham pasca-1965. Tuntutan itu muncul dari kelompok pegiat hak asasi manusia, termasuk juga lembaga Komnas HAM. Bahkan baru-baru ini telah diselenggarakan sebuah simposium terkait hal itu.

Tragedi yang bermula dengan peristiwa pembantaian tujuh perwira TNI-AD, yakni enam perwira tinggi dan satu perwira pertama itu selama ini dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September, dan di belakangnya selalu ditambah dengan tulisan PKI (Partai Komunis Indonesia).

Sejarah Orde Baru menulis apabila peristiwa tersebut memang terkait dengan PKI yang selama awal kemerdekaan negara ini sampai tumbangnya rezim Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno dilegalkan di Indonesia. Bahkan termasuk parpol yang memiliki basis massa lumayan banyak.

Terlepas dari pro dan kontra tuntutan permintaan maap pemerintah terhadap para korban pasca peristiwa G30S/PKI itu, penulis mencoba mencari tahu awal mula munculnya partai politik yang sejak rezim Orde Baru sampai sekarang dinyatakan terlarang itu.


Awal mula terbentuknya PKI  tak bisa dipisah dari untaian Sarekat Islam (SI) dan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV). Sedikit banyak rekam jejak Sarekat Islam sudah diulas dalam serial sebelumnya. Kini, giliran ISDV... 

Majalah De Indier, pimpinan Dr. Tjipto Mangunkusumo edisi Mei 1914 memuat berita lahirnya ISDV. Berikut cuplikannya: 

Dengan dipersiapkan terlebih dahulu oleh Tuan Reeser, seorang pemuda dari kaum sosial demokrat Hindia, pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 1914 telah berlangsung di Gedung Marine Surabaya, rapat pertama kaum sosial demokrat Hindia di mana dihadiri oleh lebih dari 30 orang, sementara yang bertempat tinggal jauh mengirimkan telegram dan surat persetujuannya.

Sejak lahir, ISDV merumuskan 8 pasal programnya; 
1. Memperjuangkan kemerdekaan atas kehancuran kapitalisme. Kaum buruh dan tani karena senasib harus bersatu melawan.
2. Mempersatukan rakyat, buruh dan tani segala bangsa dan agama atas dasar perjuangan kelas. 
3. Mendidik rakyat dengan pengetahuan sosialisme.
4. Membangun koperasi untuk kaum tani.
5. Membangun serikat-serikat buruh.
6. Menerbitkan surat kabar-surat kabar.
7. Menyiarkan buku-buku sosialisme.
8. Turut memilih dalam pembentukan badan-badan perwakilan dan berjuang dalam badan-badan perwakilan ini.

"Dengan program 8 pasal tersebut, ISDV berusaha mengadakan persatuan dengan Sarekat Islam, Budi Utomo dan Indische Party," tulis Busjarie Latif dalam Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965)

Usaha ISDV membuahkkan hasil. Para jurnalis dari kelompok-kelompok tersebut bersatu membangun Inlandse Journalisten Bond (IJB) pada 1914. Sekadar catatan, masa itu sebuah organisasi normlanya punya surat kabar. 

Dalam kepemimpinan IJB, terdapat nama Dr. Tjipto Mangunkusumo dari Indische Party, Agus Salim dari Sarekat Islam, dan Marco dari ISDV.
Nama Tjiptomangunkusumo dan Haji Agus Salim cukup familiar. Bagaimana dengan Marco dari ISDV? 

Si Tajam Pena
Nama panjangnya Marco Kartodikromo. Bila Anda googling nama tersebut, maka akan didapat informasi bahwa dia adalah jurnalis dan penulis. 

Ada kisah Marco yang belum banyak diketahui orang, dan agaknya mbah gugel juga belum tahu. Khusus buat pembaca sekalian, kita akan ceritakan (sebenarnya ini rahasia)...

Marco anak nakal dari Cepu. Sangat nakal. Dia pandai main pisau. Lempar pisau memang keahliannya. Nah, suatu waktu dia dititipkan ke Tirto Adhi Soerjo, pemimpin redaksi Medan Prijaji--sekaligus pendiri Sarekat Dagang Islam, kemudian berganti Sarekat Islam (SI).

Di tangan Tirto, Marco yang tadinya si tajam pisau, berubah menjadi si tajam pena. Tirto menempahnya jadi jurnalis di Medan Prijaji. Saat Medan Prijaji digulung pemerintah Hindia Belanda, dia menulis untuk Sarotomo, korannya SI cabang Solo. Kemudian Marco menerbitkan Doenia Bergerak

Karena penanya yang tajam, tokoh IJB ini kerap keluar masuk penjara kolonial, terkena delik pers. 
Di ranah perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia, anak didik Tirto ini pernah menjadi pimpinan teras SI Solo, ISDV dan kemudian PKI. Dia ikut dibuang ke Boven Digul ketika meletus pemberontakan PKI 1926-1927.

Kongsi Para Jurnalis

Angin Revolusi Rusia 1917 sampai pula ke Hindia Belanda. Tjipto Mangunkusumo menaikkan tulisan Sneevliet, dedengkot ISDV tentang kemenangan Lenin dan kaum Bolshevik di surat kabar yang dipimpinnnya, De Indier

"Lonceng kemerdekaan kini terdengar di mana-mana...apakah suara lonceng kegembiraan juga sampai di kota-kota dan desa-desa negeri ini?..di sini hidup rakyat yang menghasilkan kekayaan yang telah berabad-abad mengalir ke lemari besi kaum yang berkuasa di Eropa Barat, terutama di negeri kecil yang menjalankan kekuasaan politik di sini..." --begitu cuplikan tulisan Sneevliet di De Indier, 19 Maret 1917. 

Seiring berjalan waktu, kongsi kaum pergerakan dari berbagai aliran tak lagi hanya di ranah jurnalistik. Sebab memahami bahwa organisasi hanyalah alat perlawanan, maka, tak sedikit aktivis yang rangkap organ dan rangkap jabatan.

Hal ini tercermin dalam perdebatan kubu Semaoen, Ketua SI Semarang dan kubu Hartogh, Ketua ISDV saat kongres VII ISDV di Semarang, 23 Mei 1920. 

Semaoen bersikeras merubah ISDV menjadi PKI. Sementara Hartogh menolak. Berikut cuplikan ringkas perdebatan kedua kubu tersebut, sebagaimana dilansir dari majalah ISDV, Het Vrije Woord, 25 Juni 1920: 

Semaun, Bergsma, csBanyak orang menamakan dirinya sosialis, tetapi sebetulnya mereka pengkhianat-pengkhianat sosialis. Di Hindia juga terdapat sosialis-sosialis palsu. Sosialisme palsu mematahkan kepercayaan-kepercayaan proletariat akan kemampuan dirinya sendiri dan terpaksa menggantungkan diri pada kapitalisme

HartoghSudahkah kita siap sekarang? Pergerakan sosialisme di Indonesia baru tumbuh. Masih ada orang yang merangkap keanggotaan Budi Utomo dengan ISDV dan sebagainya. Dan usul perubahan ini baru kemauan dari beberapa orang saja, belum kemauan anggota yang luas.
Pendeknya, kubu Semaoen berhasil memenangkan gagasannya. Itulah kongres terakhir ISDV, karena selanjutnya organ ini berganti nama jadi PKI.

PARTAI Komunis Indonesia lahir dari "persekawinan" Sarekat Islam (SI) dan Indische Societal Democratishe Veereniging (ISDV). Mari kita telusuri rekam jejak dua organ tersebut. Dimulai dari Sarekat Islam...

Pemimpin redaksi Medan Prijaji, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo mendirikan Sarekat Dagang Islamiah--kemudian menjadi Sarekat Dagang Islam--di Bogor, pada 1909. Tirto adalah kakek buyut dari penyanyi Dewi Yull.

"Maka R.M Tirto Adisuryo berkelilinglah seluruh Jawa tapi yang dikunjunginya hanya kota-kota besar saja. Di kota-kota besar itu masing-masing dianjurkan mendirikan Sarekat Dagang Islam. Akhirnya dia sampai di Solo," papar Dr. Moh. Hatta dalamPermulaan Pergerakan Nasional.
Apa yang diceritakan Bung Hatta berkesesuian dengan surat rahasia Residen Surakarta, F.F. van Wijk pada Gubernur Jenderal Idenburg, 11 Agustus 1912: 

Perhimpunan Sarekat Dagang Islam didirikan di sini (Solo--red) beberapa bulan yang lalu oleh redaktur kepala Medan Prijaji yang terkenal itu; Raden Mas Tirtoadisurjo. Juga di Buitenzorg sudah berdiri perhimpunan seperti itu juga pada 1909. Dalam waktu dekat jumlah anggota membengkak cepat.

Sekadar catatan, penulisan nama Tirto di atas berbeda-beda sesuai sumber rujukan literatur. 
Nama Sarekat Dagang Islam (SDI) tidak lama. Merujuk pasal I Peraturan Dasar yang disusun Tirto tanggal 9 November 1911, "Perkumpulan Sarikat Islam akan didirikan pada tiap-tiap tempat di mana terdapat anggota sekurang-kurangnya 50 orang...kalau anggotanya kurang dari 50 orang, tidak diadakan."

Setahun kemudian, persisnya 10 September 1912, Sarekat Islam dicatatkan di notaris. "Sifat perkumpulan itu disebutnya nasional demokratis. Ini berbau politik," kata Bung Hatta. 
Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dalam Naar Aanleiding van de Relletjes, menulis, "Tirto gaf de leiding over aan H. Samanhoedi van Solo. (Tirto menyerahkan kepemimpinan (SI--red) ke H. Samanhudi dari Solo."

Lima tahun lamanya Haji Samanhudi memegang tampuk kepemimpinan SI, "kemudian tersingkir sama sekali oleh Tjokroaminoto setelah ia membuat Central SI tandingan," tulis Pramudya Ananta Toer dalam Sang Pemula.

Tjokroaminoto kakek buyut penyanyi Maia Estianty. Di bawah kepemimpinannya, SI meluas. Dia tokoh legendaris SI. 

SI Merah

 Kongres SI V diadakan di Yogyakarta, 2 hingga 6 Maret (versi Semaoen 1921 dan versi Lembaga Sejarah PKI 1920. Keduanya menggunakan tanggal yang sama. Hanya beda tahun).   

Dalam kongres itu, dua kader terkemuka SI, Semaoen dan Haji Agus Salim menyusun dasar baru organisasi. Disimpulkan bahwa kapitalisme-lah pangkal bala penjajahan di lapangan kebangsaan dan perekonomian. Dan ini harus dilawan.   

Mengusung semangat yang sebetulnya sama, sama-sama melawan kapitalisme, Semaoen, Komisaris SI Daerah Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang, mendirikan dan terpilih menjadi ketua PKI pada 23 Mei 1920.

Ini membuat Abdul Muis, tokoh SI Bandung berang. Dia menyoal masalah rangkap keanggotaan. Maka pada Kongres SI VI, 10 Oktober 1921 di Surabaya, setelah melampui perdebatan sengit, diputuskan anggota SI yang komunis dan pro komunis keluar dari SI.

Kubu komunis tidak begitu saja menyerah. Mereka membentuk SI Merah dan mempengaruhi kongres SI 1923 di Madiun. Ratusan bendera merah bergambar palu arit bergantungan di dinding dan di meja podium. 


"Kongres ini berjalan dalam suasana ribut dan kacau, di mana podium digulingkan," tulis Busjarie Latif dalam Manuskrip Sejarah PKI (1920-1965).

Share:

Sunday 1 May 2016

Sepasang Suami-Istri Pada Suatu Ketika


Menjelang senja yang basah usai hujan sepanjang sore tadi, sepasang suami istri sedang menikmati teh hangat sambil menanti tibanya malam hari,  di teras belakang rumah mereka.

 “Sepertinya kamu tidak pernah merindukan cucu kita yang di Jakarta, ya ?!” kata istrinya seraya membetulkan letak kacamatanya. 

“Ah, siapa bilang ? Justru saking rindunya aku tidak lagi bisa menulis seperti biasanya.” 

“Lalu apa saja yang dikerjakan saban malam di kamar kerja ?” 

“Paling hanya membaca. Dan kalau tidak, mengikuti berita dari media online. Itu saja.” 

“Hmmm... Pantesan dua minggu ini kamu tidak pernah lagi ke bank.” 

Lewat ekor matanya, istrinya melihat suaminya mengeluarkan bungkusan rokok kretek dari saku jaketnya.

 “Pantesan batuk-batuk terus. Rupanya kamu belum juga berhenti...” 

Seperti maling yang tertangkap basah, suaminya buru-buru memasukan lagi bungkusan rokok kreteknya. Tapi terlambat. Istrinya berdiri, lalu mendekatinya seraya tangannya merogoh saku jaket suaminya. Bungkusan rokok itu kemudian dilemparkannya ke halaman yang masih tergenang air hujan.

 *** 

Usai shalat Maghrib, istrinya duduk di depan televisi. Sementara tangannya masih tetap memegang tasbih. 

Tak lama kemudian, ia memanggil suaminya dengan suara yang menengahi suara penyiar di televisi.

 “Pak, coba ke sini. Ada berita dari Poso. Pasukan Brimob katanya akan melakukan operasi lagi untuk mengepung Santoso. Siapa tahu si sulung disorot kamera...” 

Dari dalam kamar suaminya tergesa keluar. Lalu duduk di samping istrinya. Hanya saja dia lupa dengan rokok yang dijepit jari tangan kirinya. 

“Nah, sudah diingatkan masih bandel juga rupanya...” jerit istrinya sambil menatap tajam. Suaminya tersenyum kikuk. Lalu beranjak menuju pintu depan. Rokok kretek yang masih panjang itu dibuangnya ke luar.

“Masih jorok lagi. Buang rokok sembarangan. Seperti suka menyapu saja,” omel istrinya lagi. 

“Sudah. Jangan duduk di dekatku. Malam ini pun jangan tidur di kamarku. Bau rokok!” Keduanya duduk berjauhan. Sedangkan di layar televisi penyiar telah menyampaikan berita lain lagi. 

Tak ada lagi pembicaraan di atara mereka. Keduanya seakan asyik dengan menyaksikan tayangan acara di layar kaca. 

Sebuah sinetron yang seakan gambaran perjalanan hidup rumah tangga mereka. Sepasang suami-istri yang kesepian menjelang hari tuanya. Anak-anaknya sudah pergi meninggalkan keduanya untuk mengikuti gurat nasibnya masing-masing. 

Sebagaimana tugas orang tua, setelah dilahirkan dari rahim ibunya, keduanya membimbing dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih-sayang. Dan setelah anaknya dewasa, suami-istri itu pun kembali hidup hanya berdua saja. 

Saat melirik, tampak istrinya komat-kamit. Lalu perlahan dia beranjak menuju kamar kerjanya. Meninggalkan istrinya yang tampaknya masih terpukau dengan lakon itu.

 *** 

Lelaki tua itu duduk di kursi goyang. Sebuah novel lama karya Ernest Hemingway, The Old Man and The Sea sedang dibacanya. Padahal sudah berulang kali dalam hidupnya lelaki itu membaca karya pengarang Amerika Serikat yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri itu. 

Mata lelaki itu memang sedang mengeja kata demi kata yang tertera dalam buku cerita itu. Akan tetapi pikirannya melayang-layang jauh sekali. Seperti mengikuti Pak tua yang berlayar untuk memancing di samudera luas. 

Ia teringat kepada anaknya yang sulung, dan sudah beberapa tahun ini tidak pernah bertemu lagi. Kecuali bicara lewat sambungan telpon genggam dengan fitur video call. Pernikahannya dengan gadis di tempat tugasnya, sampai sekarang sesudah memiliki  anak, tidak sekalipun melihatnya secara langsung. Jarak yang memisahkan orang tua dan anaknya itu mesti ditempuh dengan melewati laut dan udara yang lumayan jauh. Selain biaya perjalanan yang lumayan mahal, juga kesibukan mengurus kebutuhan hidup sehari-hari menjadi kendala yang sulit untuk dienyahkan. 

Sedangkan anaknya yang kedua, yang biasanya mudik bersama suami dan anaknya saban ada libur panjang, sejak mengantar pulang ibunya dari ibadah umrah setahun lalu, setelah itu tak pernah mengunjunginya lagi. Mungkin karena masih tersinggung saat suaminya diomeli gara-gara bersikap tidak sopan terhadap dirinya. Bukannya sok gila hormat, tapi seorang anak sudah sepatutnya bersikap hormat pada orang tuanya. Apalagi di depan mertua sendiri, memantunya itu bersikap kasar pada istrinya, yang tak lain anaknya sendiri. Jangan-jangan di belakangnya malah diperlakukan lebih dari itu. 

Akan tetapi semua itu sudah terjadi. Anak-anak yang sudah dewasa telah memilih jalannya sendiri-sendiri. Sebagai orang tua mungkin sekarang ini paling hanya menyaksikannya saja. Sebagaimana menyaksikan sebuah lakon sinetron saja. ***

Dapat ditemukan juga di...
Share: