Berbagi Sebening Hati

Sunday 17 April 2016

TKI “Pejantan” itu Jadi Korban Nafsu Berahi Majikan Sekeluarga

Membaca berita Kompas.com Senin (15/9) lalu yang berjudul: PRT Indonesia Dihamili Bocah Bahrain Berusia 13 Tahun, membawa ingatan saya akan peristiwa yang menimpa salah seorang kawan saya sendiri di era 1980-an lalu. Dan peristiwa yang dialami kawan saya tersebut hampir serupa dengan berita itu. Sementara yang membedakannya adalah jenis kelaminnya. TKI dalam berita Kompas.com adalah seorang perempuan, sedangkan kawan saya adalah lelaki tulen.

Kisah tentang kawan saya, sebut saja SR itu saya mendengarnya langsung dari yang bersangkutan. Tatkala SR mengabarkan via surat (HP waktu itu belum ada lho) bahwa dia akan segera balik ke Indonesia. Dan kami – saya bersama tiga kawan yang lain, diminta SR untuk menjemputnya di bandara.

Kami keheranan - tentu saja, mendengar kabar kepulangan SR. Di Saudi Arabia dia bekerja belum genap satu tahun. Sementara dalam kontraknya ‘kan dua tahun. Ada apa gerangan ? Tapi pertanyaan saya itu untuk sementara tidak menemui jawabannya. komunikasi lewat surat jauh beda dengan telepon. Hanya saja kami menduga SR memang tidak betah bekerja sebagai sopir pribadi di sana.

Orang sekampung pun tahu kalau SR selama ini seorang ‘anak mami’. Dan manjanya gak ketulungan. Hanya setelah ayahnya meninggal, kebutuhan hidup SR jadi sulit terpenuhi. Sehingga diapun nekad untuk mendaptar jadi TKI. Dan apa yang dialaminya di kawasan Timur Tengah, apalagi sebagai ‘jongos’, sudah tentu membuatnya tidak kerasan.

Sebagaimana yang dikatakan SR dalam suratnya, keberangkatannya dari Saudi Arabia ke tanah air hanya berjarak tiga hari setelah suratnya itu kami terima. Dan pada saat yang sudah ditentukan kami berempat berangkat menuju ke bandara di Ibu Kota, Jakarta. Sedangkan keluarganya, ibu kandungnya, tidak bisa ikut menjemput. Selain usianya sudah uzur, juga beliau sering sakit-sakitan. Begitu alasannya.

Nah, saat di bandara kami mendengar pengumuman dari bagian informasi, bahwa pesawat dengan penerbangan nomor sekian dari Arab Saudi, sebagaimana yang disebutkan SR dalam suratnya, sudah mendarat, maka kami pun bersiap-siap untuk menyambut kedatangan sobat kami tersebut.

Satu per satu para penumpang yang menuruni tangga kami perhatikan. Tapi SR belum juga terlihat. Sungguh. Sampai perkiraan kami para penumpang dari pesawat itu hampir semuanya turun, batang hidung sobat kami tak juga tampak. Dan begitu dari pintu pesawat muncul seseorang dengan rambut gondrong, dan tubuh kerempeng di kursi roda yang didorong pramugara, kami pun tidak melihat SR sama sekali.

Apakah SR  sedang “mengerjai” kami, pura-pura minta dijemput di bandara padahal sebetulnya dia tidak balik? Kami pun sudah mulai gelisah dibuatnya ketika itu.

Hanya saja ketika kami mendengar suara memanggil-manggil nami kami berempat, dengan serentak kami pun mencari arah datangnya suara itu. Tak syak lagi itu memang suara SR, teman kami.

Lha, suara itu ternyata dari orang dari kursi roda itu. Rasa-rasanya kami tidak mengenal sosok kerempeng dan berambut gondrong itu. Apalagi seperti orang lumpuh yang duduk di kursi roda. Sungguh. SR yang kami kenal selama ini adalah seorang bertubuh tegap, sehat, dan ngganteng. Malahan karena kegantengannya itu juga acapkali membuat kami iri. Betapa tidak. Kami masih jomblo, SR justru sudah gonta-ganti pacar. Dia memang dikanal sebagai playboy cap dua anting sih.

Akan tetapi dari suaranya yang terus-terusan memanggil nama kami sambil melambaikan tangannya, maka kami pun dengan seksama melihat orang tersebut yang semakin mendekat ke arah kami.

OMG! Setelah hampir lima meter jarak antara kami dengan orang yang di kursi roda itu, barulah kami ‘ngeh’. Ternyata sosok kerempeng dan berambut gondrong tersebut adalah SR. Bermacam-macam pertanyaan muncul dalam hati. Hanya saja belum saya ungkapkan langsung kala itu.

Baru setelah kami selesai berpelukan untuk melepas rindu, dan segala macam urusan keimigrasian selesai, serta sudah mendapatkan tempat duduk yang nyaman di area bandara, SR pun berkisah.
Kondisi yang saat itu dialaminya tak lain karena selama di Arab Saudi dirinya selain bekerja sebagai sopir pribadi, juga sudah dijadikan ‘pejantan’ oleh istri dan tiga orang anak perempuan majikannya!!!

Wah.

Dirinya dipaksa harus selalu mau melayani nafsu berahi mereka sekeluarga. Dan akibatnya, SR mengalami kelumpuhan. Apa boleh buat. Setelah keadaannya tak berdaya, SR pun disuruh pulang oleh majikannya.

 Begitulah. ***


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arsudradjat/tki-pejantan-itu-jadi-korban-nafsu-berahi-majikannya-sekeluarga_54f5cd84a33311a2518b458a
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive